Quality Time bersama Ibu, Bogor-Lampung

Bismillahirrahmaanirrahiim 
Kamis, 16 Maret 2016, ibu saya datang ke Bogor bersama Budhe, mbok Tris. Ba’da subuh beliau sudah sampai di Terminal Bubulak dan menuju kos saya menggunakan Go-car. Sesampainya di kos, beliau istirahat dan saya menikmati jajan yang dibawa dari rumah.hehe..Ada madumongso, rengginan, kerupuk ketela, dan beberapa olahan lainnya. Saat beliau istirahat, saya turun ke lantai bawah untuk sejenak menembakkan arrow. Intinya setiap hari saya harus memanah, walaupun hanya 30 tembakan.

Usai menembak, saya mengobrol sejenak dengan Ibu dan mbok Tris kemudian mandi. Pagi itu saya ada kelas jam 09.00 WIB hingga 14.00 WIB. Itu artinya saya harus meninggalkan beliau berdua di kos.huhu..sedih, tapi beliau tidak mengijinkan saya untuk bolos kuliah. Study must go on..Pagi itu juga saya membicarakan rencana untuk silaturahim ke Lampung, apakah jadi atau tidak, dan Ibu bilang terserah. Akhirnya saya menghubungi mbak Aya, saudara yang bekerja di DAMRI, menanyakan ketersediaan tiket. Alhamdulillah ada untuk keberangkatan kamis malam dari stasiun Gambir.

Kamis itu adalah hari yang hectic, mulai kuliah, ke toko bangunan, kalibrasi sensor, hingga nge-lab. Alhasil setengah empat sore saya baru sampai di kos. Sesampainya di kos saya langsung packing alat-alat panahan dan 2 baju ganti, sebab hari sabtu, 18 Maret 2017, saya harus mengikuti SKM di Bogor. Kiranya hanya 10 menit packing, kemudian kamipun berangkat dengan memesan Go-car. Alhamdulillah, setelah ditolak sekali, dapatlah sopir yang sama.hehe..Akhirnya mau mengantar. 

Jalanan Bogor seperti biasanya, macet. Sampai-sampai mbok Tris kira sudah sampai Jakarta karena lamanya jalan menuju stasiun Bogor. Ini adalah kali kedua Ibu ke Jakarta dan pertama kalinya mbok Tris ke Jakarta. Kami menikmati perjalanan menuju Gambir. Ini quality time saya bersama Ibu yang hampir semuanya di perjalanan. Saya tau, Ibu masih lelah perjalanan dari Ngawi ke Bogor dengan waktu tempuh 18 jam. Tapi beliau selalu menutupi rasa lelahnya. Ya Allah.. :’(
Kami harus sampai di Gambir sebelum jam 19.00 WIB, dan kamipun maraton dari stasiun Gondangdia menuju Gambir. Kami memanfaatkan kembali jasa Go-car. Kali ini kami mendapat driver perempuan, yang beliaunya ramai orangnya. Hehe...Ibu selalu meng-aamiin-kan dengan keras setiap ibu driver mendoakan saya segera mendapat jodoh. Sabar ya bu, semoga sebentar lagi ada yang datang ke ibu. Saya tau bagaimana perasaan ibu, dan maaf belum bisa membawa orang yang akan menjaga saya hingga nanti, saat kembali kepada Allah SWT.

Alhamdulillah sebelum jam 19.00 WIB kami sampai, dan masih sempat ke mushola. Jam 19.00 WIB tepat, kami berangkat. Perjalanan dimulai dengan kemacetan ibu kota. Alhamdulillah statusnya masih padat merayap. Ibu dan mbok Tris sudah tidur sebelum masuk tol Merak, dan bangun ketik telah sampai pelabuhan. Ini kali pertama beliau berdua menggunakan kapal untuk menyeberang antar pulau. Setelah parkir, kamipun menuju deck atas untuk istirahat. Ibu terserah saya mau dimana, dan saya tawarkan untuk di deck luar, karena biasanya saya pusing kalau didalam. Tapi sebelum memutuskan, ibu saya ajak masuk kedalam ruang kapal. Ada ekonomi dan lesehan. Ruang ekonomi memang sedikit pengap, begitulah yang saya rasa dan di-iya-kan sama Ibu saya. Akhirnya kami memilih menikmati semilir angin di deck kapal, bersama banyak orang lainnya yang memilih hal yang sama. Perjalanan tengah malam di bawah rembulan yang mengobati kerinduan saya kepada Ibu, pun sebaliknya. Quality time walau di perjalanan. Kamipun terlelap, dan alhamdulillah tidak masuk angin.
Malam itu saya tersadar, perut saya melilit tak karuan. Saya ingat-ingat lagi, apa yang salah dengan yang saya makan. Ternyata seharian saya belum makan. Saya hanya menyantap roti mini dari Bread IPB dan sebotol NU. Selebihnya hanya satu buah apel. Alhamdulillah Ibu sudah mempersiapkan makanan, dan alhamdulillah rasa sakit itu berkurang. Terima kasih ya Allah, Engkau anugerahkan Ibu yang pengertian

Sekitar 2 jam perjalanan, sampailah kami di pelabuhan Bakauheni, Lampung. Menara Siger menyambut, dan kamipun menuju bus kembali untuk melanjutkan perjalanan darat. Perjalanan kami masih panjang, estimasi sampai di Sri Kencono, Bumi Nabung, Lampung Tengah adalah sekitar jam tujuh pagi. Kami kembali terlelap di bus, hingga akhirnya terbangun karena AC di bus sangat dingin. Sekitar subuh, kami sampai di kota Metro. Istirahat sejenak untuk sholat subuh, kemudian melanjutkan kembali perjalanan. Saya jadi teringat pertama kali menginjakkan kaki di Lampung.
Sekitar pukul tujuh pagi kami baru memasuki kecamatan Rumbia dengan kondisi jalan rusak parah sepanjang 8 km. Beberapa truk bermuatan besar terhenti di jalan karena terjebak pada lubang jalan. Kondisi yang sama seperti tahun lalu. Kami fokus pada pegangan bus karena sering oleng dengan kondisi jalan setelah hujan. Ibu dan mbok Tris yang baru pertama kali kaget melihat kondisi jalannya. Sebab jalanan dari Bakauheni melalui Lintas Timur mulus. Hari jum’at, sekitar pukul delapan pagi kami sampai di SK 1, Bumi Nabung dan memberi kejutan ke saudara di Lampung. Akhirnya kami menikmati kebersamaan hingga sore hari. 

Sore harinya saya bersiap kembali ke Bogor untuk mengikuti SKM di Bogor. Rencananya setelah SKM langsung kembali ke Lampung untuk menjemput Ibu. Sedih rasanya, quality time singkat dengan Ibu harus ditunda ketika saya harus kembali ke Bogor. Ibupun mendukung saya mengikuti SKM dan begitulah keluarga saya, termasuk almarhum Bapak, mendukung apa yang dilakukan anaknya jika memang untuk pengembangan diri.

Sore itu, saya berat meninggalkan Ibu di Lampung yang pastinya ke Bogor demi bertemu anaknya. Namun dengan ijin beliau pula akhirnya saya kembali ke Bogor. Di bus, sepanjang perjalanan, tak terasa saya menangis. Antara sedih, haru dan perasaan yang tek terdefinisikan. Tubuh saya mulai bereaksi, tepat seperti apa yang di sampaikan Ibu sebelum saya berangkat pulang ke Bogor. Di kapal penyeberangan Adinda Wisnu Karsa, akhirnya saya memilih di ruang ekonomi, bukan di deck. Saya tahu kondisi saya tidak maksimal dan mulai flu, saya takut drop ketika SKM. Alhamdulillah di kapal Bakauheni-Merak ini bersih, tidak pengap, tidka seperti kapal yang membawa saya dan Ibu saya dari Merak.
Kiranya hari sabtu pagi, pukul setengah enam saya sampai di Gambir, dan menuju kos mbak Eva untuk menumpang mandi sebelum menuju tempat SKM. Alhamdulillah Allah mudahkan, Allah berikan tempat persinggahan. Setelah melahap makan pagi dan mandi, akhirnya saya bertolak ke Cibinong menggunakan Bajaj, KRL dan ojek ditengah hujan yang mengguyur. Alhamdulillah saya sampai, meski basah namun Allah masih kuatkan diri ini untuk melaju menembus SKM. Alhamdulillah... Terima kasih Ibu atas pengorbanannya, love you Mom.. :’) 
***
Puri Fikriyyah, 19 Maret 2016
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments