"Merelakan" Impian

Bismillahirrahmaanirrahiim
Pagi ini saya berdamai dengan hati, untuk semua impian yang telah direncanakan namun karena keadaan harus kembali disimpan rapi entah sampai kapan. Entah bagaimana lagi mewujudkan, sepertinya tidak akan mungkin terjadi karena keterpaksaan keadaan. Kalau bukan karena ilmu-Nya, mungkin ego ini akan membabi buta untuk meraihnya. Namun, ada yang lebih penting, hati nurani, "mengalah" demi kedamaian rasanya lebih penting untuk didahulukan. 
Entah berapa kali hati ini harus merelakan impian. Meski awalnya hati remuk redam tak ingin melewatkan, selalu ada bisikan-Nya yang menguatkan. Bahwa keberkahan bukan tentang banyak atau sedikit, namun tentang kebermanfaatan. Impian yang awalnya sudah di depan mata harus di kubur entah sampai kapan waktunya. Namun saya yakin, sesuatu yang ditakdirkan untuk kita pasti akan datang pada waktunya dan dengan cara yang entah bagaimana. Kalaupun bukan takdirnya untuk kita, sampai menangis darahpun juga tidak akan pernah sampai ke kita. Iya, kata mas Ippo Santosa, semua orang tau bahwa rejeki tidak akan pernah tertukar, namun banyak pula yang tau namun tidak bisa berlapang dada atas keadaannya sekarang. Ya Allah, jika memang ini jalanku, aku terima, aku ridho, asal bisa dekat selalu dengan-Mu. Kuatkan ya Allah...

Semoga ilmu-Mu bisa membuatku taat dan tak tamak akan dunia, merelakan impian mungkin memberatkan, namun lebih berat lagi ketika aku kehilangan kepercayaan kepada-Mu, jangan sampai aku begitu...Aku yakin ini jalan terbaik, ridhoilah dan berkahilah ya Allah....Dunia bukan tujuan kan?
***
Bogor, 16 Oktober 2019
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments