Dulu

 



Hai, sejak perjalanan dinas ke Jakarta tempo lalu, rasanya aku ingin kembali menjadi "aku" yang dulu. Katanya, kita kan tidak perlu membandingkan diri dengan yang lain ya. Justru yang perlu di lihat apakah kita yang sekarang adalah lebih baik dari sebelumnya. 

Jakarta kemarin seperti menjadi cermin besar dihadapanku, apakah aku yang sekarang adalah lebih baik dari aku yang dulu? Rasanya tidak, perjalanan kereta dari Jakarta Kota menuju Bandara terasa lambat, pikiran berkecamuk dan banyak hal entah apa yang menyerang pikiran. Akhirnya otakku tidak kuat dan aku tertidur, tiba-tiba satpam di stasiun kereta Bandara membangunkanku. "Mbak, sudah sampai Bandara" tuturnya.

Aku ingat  betul, Jabodetabek adalah kota penuh makna bagiku, banyak hal baru kudapatkan di sana, dan ada hal besar juga yang kuselesaikan di sana. Makanya, perjalanan melintasi Jabodetabek adalah "hal berat" yang berusaha membangkitkan kenangan betapa aktifnya aku yang dulu. 24 jam rasanya kurang dan tidur di perjalanan sudah menjadi makanan.

Lalu aku bertanya pada sahabatku, apakah itu artinya aku tidak "terjun" di peranku saat ini?  "Sudah dilakoni kan? Ibu, Istri, sekaligus pendidik yang ketje badai" jawabnya. Apakah saat sudah melalui itu dikatakan sudah terjun sepenuhnya? Aku masih mencari jawaban ini. 

"Emang kereen---emang dari dulu tak lihati kiprahmu sat set..." Kata temanku. Kadang aku juga berpikir, apakah semua "ke-keren-an"ku sudah ku habiskan di masa lalu? Dan masa kini adalah sisanya. Ah tidak juga, batinku mengelak. 

Tahun ini, hal terberat yang perlu kuketahui adalah mengetahui diriku sendiri, apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri? 

Comments