Wisuda : Ketika Kehendak Manusia Bertemu Kehendak Allah

Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah suasana syahdu antara mau hujan dan tidak hari ini mengiringi langkah kaki dalam mewujudkan salah satu impian. Wisuda itulah yang saya harapkan bisa segera terlaksana, sekaligus ingin merealisasikan harapan orang tua dan membuatnya bahagia. Mengapa saya menuliskan kehendak manusia bertemu kehendak Allah? Sebab harapan wisuda adalah kehendak saya dan realisasinya adalah kehendak Allah. Sebelumnya dalam sebuah materi sekolah online yang saya ikuti, perumpamaan ketika kehendak manusia bertemu dengan kehendak Allah adalah seperti kita pergi ke bengkel memperbaiki kendaraan kita. 

Bunda Kurnia, pemateri Sekolah Bidadari Surga,  saat itu memberi contoh saat kita pergi ke bengkel, sampai di bengkel ternyata alat yang dibutuhkan untuk memperbaiki mobil kita tidak ada, ini artinya kita punya kehendak tapi tidak bisa di penuhi karena barang yang kita butuhkan tidak ada. Lalu kemudian kita membuat janji dengan pemilik bengkel dan kita menanyakan ke pemilik bengkel kapan alat tersebut tersedia. Mungkin pihak bengkel menjawab 2 bulan lagi. Ketika 2 bulan lagi tiba pihak bengkel memberi tahu bahwa alat yang kita butuhkan sudah ada tapi ternyata kita tidak punya waktu untuk ke bengkel, dalam artian pada saat itu kita memiliki uang namun tidak memiliki waktu. Akhirnya tertunda kembali. Atau perumpamaan lainnya, alat sudah ada, waktu tersedia namun uang yang akan kita pakai untuk memperbaiki mobil kita sudah habis Karena terlalu lama menunggu waktu yang ada. Berdasarkan perumpamaan tersebut berarti ketika Allah menghendaki maka semua sistem, proses, waktu dan kesempatannya pasti telah Allah atur dengan sangat rapi.


Begitupula dengan proses saya hingga hari ini, detik ini, saat tadi pagi bisa mendaftar wisuda. Sebenarnya, saya berharap bisa wisuda bulan September, dan atas ijin Allah, Allah lancarkan proses sidang tesis dan revisinya selesai bulan Agustus. Namun, ketika saya masih menunggu SKL selesai, ternyata kuota September telah habis. Selang beberapa hari, kabar duka dari Bapak Dekan, Alm.Pak Dahrul yang meninggal karena sakit (Al Fatihah untuk beliau). SKL pun akhirnya tertunda lagi karena terkait tanda tangan pimpinan. Saat itulah saya merasa kehendak saya belum bertemu dengan kehendak Allah, ada sesuatu yang Allah ingin tunjukkan. Pada proses itu Allah memberikan kesempatan untuk terus belajar sabar. Menunggu lagi, sembari ada satu koreksi yang masih diproses, sayapun Allah ijinkan belajar menghormati guru. Sebab revisi berulang, terkadang hati ini tergoda "mengeluh dan berprasangka". Alhamdulillahnya, Allah ingatkan diri ini melalui hadits yang muncul saat membaca nasehat Imam Syafi'i, "Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya” . Semoga Allah mengampuni atas segala khilaf ini :"(


Lalu saya mengusahakan untuk mengejar wisuda Oktober, namun ada satu yang mengganjal jika memaksakan. Akhirnya agar semua proses menjadi barakah dan diridhoi Allah, sayapun mengikuti proses dan tidak memaksakan untuk cepat-cepat. Berserah saja pokoknya saat itu, ketika mengambil SKL, bapak-ibu admin loket memberitahu belum, sayapun mundur dan menunggu. Ketika ada satu perbaikan masih dikoreksi, sayapun mengusahakan untuk menikmati prosesnya dan menunggu keluangan yang mengoreksi, intinya saya mencoba berserah dengan apa-apa yang telah diusahakan. Inipun juga nasehat dari sahabat untuk menyerahkan segala prosesnya jika telah kita usahakan dan tidak memburu-burukan karena yang diurus pihak SPs atau dosen bukan hanay kita.  Alhamdulillah sejak saat itu Allah berikan jalan dimudahkan dalam mengurus akademik selanjutnya. Ternyata itu belum selesai, setelah SKL keluar masih ada masalah transkrip. Nilai yang saya tabung untuk S3 masih bercampur di S2, lalu sayapun menunggu NRP S3 keluar, memprosesnya di loket. Qadarullah, ternyata beberapa hari kemudian masih belum hilang di S2nya, dan alhamdulillah baru tadi Allah ijinkan urusan transkrip selesai. Terima kasih bapak ibu loket dan bu Fatma yang selalu saya repotkan dan kadang sayanya tidak sabar :")

Tadi pagi, setelah dari loket SPs sayapun menuju loket Wisuda di Rektorat, berharap masih ada kesempatan wisuda bulan Desember. Alhamdulillah walau antri bisa mendaftar dan mendapatkan nomor urut foto ijazah. Saat menuju tempat foto ternyata antri panjang, adik-adik S1 banyak yang mau foto juga. Sayapun mengurus yang lain dulu di lt.5 turun ke paling bawah pakai tangga sekaligus menunggu. Ternyata sampai di depan foto masih antri, hingga sayapun memutuskan siang saja kembali dan menunggu sambil mengerjakan yang lain di Lab. Alhamdulillah dari proses inilah saya belajar banyak, terutama memahami mana yang kehendak saya, mana yang kehendak Allah. Pada akhirnya, kehendak Allah-lah yang terbaik. Kalaupun saat ini keinginan kita belum direalisasikan Allah, Allah Maha yang Mengetahui yang terbaik, waktu terbaik untuk setiap episode harapan kita. 

Semoga kita bisa menjadi pribadi yang sabar dan selalu yakin atas rencana Allah, sebab rencana-Nya adalah yang terbaik, yang tak pernah kita tau kebaikan-kebaikan di dalamnya. Semoga kita terhindar dari memaksakan kehendak, dan senantiasa aktivitas kita diridhoi Allah.
***
Wisma Wageningen, 12 Oktober 2017
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments

  1. Replies
    1. Alhamdulillah mbak, in syaa Allah desember

      Delete
    2. YA ALLAH SENENGNYAAAAAA WISUDA LAGIIIII ;;-;;
      selamat ya mbak vheeeee
      ih kereeennnnnnn

      Delete
    3. mbak Dyan juga keren...semangat mbak buat kuliahnya semoga barakah ilmunya :)

      Delete

Post a Comment

Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^