Ketika Iblis Membentangkan Sajadah

Assalamu’alaykum….
Bismillahirrahmannirrahim….
Apa kabar sahabat semua? Lama tak bersua ^_^
Pernah dengar tentang “Dialog Kyai dan Iblis” ? Materi tersebut ana dapatkan dari halaqah waktu SMA dan pernah saya bagikan ketemen2 waktu Tafakur Alam. Semoga bermanfaat ya sahabat (yang belum tau menjadi tau, yang tau akan bisa diulang lagi ^_^)
Okey, let’s begin the story….

Siang itu menjelang dzuhur, salah satu iblis ada dimasjid. Kebetulan hari itu hari jum’at, saat berkumpulnya orang. Saat itu iblis sudah ada didalam masjid. Ia tampak begitu khusyuk dan orang – orang mulai berdatangan.


Iblis menjelma menjadi bermacam bentuk, dan masuk dari segala penjuru. Lewat jendela, pintu, ventilasi atau masuk lewat lubang pembuangan air. Pada setiap manusia, iblis juga masuk lewat  telinga, melalui syaraf  mata, kedalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap jama’ah yang hadir. 

Iblis juga menempel disetiap sajadah. Dan terjadilah dialog antara kyai dan iblis.

“Hai, Iblis!” Panggi kyai yang barui masuk kedalam masjid

Iblis merasa terusik : “ Kau kerjakan saja tugasmu, kyai. Tidak perlu kau larang – larang saya. Ini hak saya untuk mengganggu setiap orang yang ada dimasjidini!” Jawab iblis ketus

“Ini rumah Allah, Blis.  Ini tempat suci. Kalau kamu mau ganggu diluar saja nanti! ” Kiai mencoba mengusir

“Kiai, hari ini adalah uji coba system terbaru!” Kata Iblis hingga kiai tercenung

“Saya mencoba cara baru untuk menjerat kaummu” Iblis menambahkan

“Dengan apa?”  Tanya kiai penasaran

“Sajadah!” Iblis menjawab singkat

“Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, wahai laknatullah?” Tanya kiai

“Pertama, saya akan masuk kesetiap pemilik saham industry sajadah. Mereka akan saya jebak untuk bemimpi dalam keuntungan yang sangat besar, sehingga mereka akan tega memeras para buruh dengan upah dibawah UMR.  Demi keuntungan besar!” Begitulah penjelasan awal sang Iblis

“Ah.. itu cara lama yang memang seruing kau pakai, Blis. Tidak ada yang baru Blis?” Tanya sang Kiai

“Tidak itu saja!” Tegas sang Iblis

“Lalu?”

“Saya juga akan masuk kedalam desainer – desainer sajadah untuk menumbuhkan  gagasan mereka agar mereka membuat sajadah yang lebar – lebar”

“Untuk apa?”

“Supaya, saya berpeluang untuk menanamkan rasa egois kepada setiap kaum yang engkau pimpin, kiai. Selain itu juga memberi keleluasaan kepada saya untuk masuk kedalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar – lebar maka barisan shaf sholat akan menjadi renggang. Dan disela kerenggangan itu saya pun dapat ikut membentangkan sajadah” Jawab iblis

Sejenak percakapan kiai dan iblis itu pun terputus.

Ada dua orang yang datang.  Mereka saling membentangkan sajadah. Satu diantara mereka bersajadah lebar dan yang satunya lagi mempunyai  sajadah yang lebih kecil ukurannya. Keduanya berdampingan. Orang yang memiliki sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadah, tanpa melihat kanan kirinya. Sementara, orang yang mempunyai sajadah kecil tidak enak hati jika harus mendesak jama’ah lain yang sudah lebih dahulu datang. Tanpa berpikir panjang, orang yang mempunyai sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya. Sehingga, sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya oleh sajadah kecil. Keduanya masih melaksanakan sholat sunnah.

“Nah, lihat itu kiai!” Iblis memulai dialog lagi

“Yang mana?” Tanya kiai

“Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka mempunyai ukuran sajadah yang berbeda. Lihat sekarang aku akan masuk diantara mereka berdua”

Iblis lenyap

Ia sudah masuk kedalam barisan shaf. Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang  melaksanakan sholat sunnah itu.  Kiai akan menyaksikan kebenaran rencana iblis yang ia kataklan tadi. Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud namun sembari bangun iamembuka sajadah yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada dibawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara itu, pemilik sajadah yang kecil melakukan hal serupa. Ia juga membuka sajadahnya karena tertumpuk oleh sajadah yang lebar. Hal tersebut berjalan sampai akhir sholat.

“Astaghfirullahal ‘Adziim..” ujar kiai pelan…

Dari cerita diatas bahkan pada sholat – sholat wajib pun , terkadang masih terlihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih diatas ketimbang menerima dibawah. Diatas sajadah orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah yang lebar, maka ia akan meletakkan sajadahnya diatas yang kecil.
Sajadah sudah dijadikan iblis sebagai pembeda kelas. Pemilik sajadah lebar diidentikkan sebagai para pemilik kekayaan , yang setiap saat harus berada diatas dari pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa. Diatas sajadah iblis sudah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.

Dimata Allah kita sama, yang membedakan adalah iman kita. Dunia hanyalah sementara. Kekuasaan di dunia juga akan lenyap. Selain itu makna lain yang terkadung adalah mari kita rapatkan shaf sholat kita ^_^ Afwan jika ada kesalahan mohon koreksinya


Wallahua’lam bish shawwab

Wassalamu’alaykum…

================================================================================
Malang, 16 Oktober 2011

©




Comments

  1. Artikel yang bagus, saya senang membacanya. Bingung saya mau komen apa T.T

    ReplyDelete
  2. ini renungan yang bagus banget. ternyata banyak hal-hal kecil yang bisa luput dari kita.. :|
    Terima kasih sudah mengingatkan..

    ReplyDelete
  3. bermanfaat bangeet mbak.
    Saya suka banget dgan critanya. Terlalu banyak keegoisan yang kadang dianggap sepele malah menjadikan perbedaan dan upaya saling menguasai satu sama lain...

    Terima kasih atas ilmunya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^