Memaknai Kembali "Mahabbatullah"

Bismillahirrahmaanirrahiim
Siang itu,  disisi selatan ruang suci yang cukup lebar, melingkar beberapa orang dipimpin oleh seorang kakak yang lembut dan sejuk jika dipandang. Mereka sedang berbicang tentang sebuah ilmu. Seperti biasanya, dipimpin salah satu, mereka membuka pertemuan itu dengan beberapa agenda. Lalu, kakak itu memberi instruksi kepada beberapa siswa yang duduk dihadapannya untuk merobek secarik kertas sebelum memulai materi.

"Adik-adik hari ini kita akan berbicara tentang cinta, sekarang buat kolom "ya" dan "tidak" pada kertas kalian masing-masing" tuturnya
Senyum simpul saling menengok kanan kiri, itulah yang dilakukan siswa-siswa tersebut. Kemudian dilontarkannya beberapa pertanyaan dan setiap siswa menjawab dalam kertas.
  • Seandainya adik-adik cinta kepada kekasih, apakah adik akan selalu mengingatnya?
  • Apakah adik-adik akan rela melakukan apa saja demi sang kekasih?
  • Apakah adik siap berkorban jiwa dan raga untuk cinta kepada kekasih?
  • Apa adik akan takut kehilangannya?
  • Apakah adik akan ikut menyukai apa yang disukainya? dan menjauhi atau membenci apa yang kekasih benci?
"Ok, sudah Dik menjawabnya?" tanya kakak
"Sudah Mbak" jawab serentak
"Ya sudah sekarang jawaban itu untuk adik sendiri. Sekarang kita masuk kedalam materi kita hari ini"
*
Percakapan diatas merupakan salah satu metode beberapa tahun silam saat masih duduk dibangku SMA. Mungkin pada saat itu, hal itu terkesan kurang bermakna dan hanya menjadi catatan semata. Hari ini aku kembali menemukan apa yang disampaikan oleh kakak yang sudah dianggap keluarga sendiri itu. 

Sebenarnya percakapan diatas adalah awalan dari materi "Mahabbatullah" atau mencintai Allah. Saat itu kami masih awam dengan pemaparan yang sedikit detail itu. Sekarang semua berbeda, materi-materi itu banyak sudah ditemukan diinternet. Tinggal kembali ke pribadi masing-masing bagaimana mempelajarinya kembali. Salah satu materinya ada di web ini.


Dalam pembahasan Mahabbatullah tersebut garis besarnya seperti yang teringkas dibawah ini :
  1. Hakikat Cinta:
  1. Ciri-ciri Cinta:
    • Selalu mengingat-ingat (QS. 8:2 )
    • Mengagumi (QS. 1:1 )
    • Ridha /rela (QS. 9:61 )
    • Siap berkorban (QS. 2:207 )
    • Takut(QS. 21:90 )
    • Mengharap(QS. 21:90 )
    • Menaati(QS. 4:80 )
  1. Tingkatan Cinta:
    • Cinta menghamba —hanya dengan Allah —untuk menyembah atau mengabdikan diri (QS. 2:21 )
    • Mesra —dengan Rasulullah dan Islam —untuk diikuti
    • Rasa rindu —dengan Mukminin (keluarga atau jamaah)— untuk saling kasih sayang dan saling mencintai (QS. 48:29 , 5:54 , 55 dan 56 )
    • Curahan hati — untuk kaum Muslimin umumnya — untuk persaudaraan Islam
    • Rasa simpati — pada manusia umumnya — untuk dida'wahi
    • Hubungan hati — hanya dengan benda-benda — untuk memanfaatkan
  1. Kelaziman Cinta:
    1. Menghasilkan loyalitas (wala').
      • Mencintai siapa-siapa yang dicintai Kekasih
      • Mencintai apa saja yang dicintai Kekasih
    1. Melepaskan diri (bara'):
      • Membenci siapa saja yang dibenci Kekasih
      • Membenci apa saja yang dibenci Kekasih
Nah, sebenarnya dari  pertanyaan diatas agar kita menyadari kembali bagaimana sebuah cinta itu seharusnya, terutama dalam konteks ini adalah cinta kepada Allah. Ketika kita sudah mengatakan mencintai Allah maka konsekuensinya adalah menjadikan cinta kepada Allah diatas segala-galanya. Seperti yang disebutkan diatas ketika kita cinta maka kita akan selalu mengingat-Nya, rela berkorban untuk berada dalam kebaikan, takut jika ditinggalkan oleh Allah, mengharap hanya kepada-Nya, menaati perintah-Nya dan juga harus mau meninggalkan apa yang dibenci oleh Allah. 
 
Semoga sekelumit ini bermanfaat, mari kita saling sharing dan berbagi apa yang telah didapat. Afwan ya jika ada kesalahan yang datangnya dari dalam diri dan yang benar hanyalah dari Allah. Semoga Allah mengampuni saya atas apa-apa yang keliru dalam sharing ini. Akhirnya rindu lagi dengan suasana belajar SMA, tulisan ini sebagai pengobat sekaligus tak henti-hentinya mengoreksi diri sendiri.

*Materi ini dahulunya disampaikan pada sebuah halaqah namun tidak mendetail dan disempurnakan kembali dari materi tarbiyah yang telah disusun menjadi sebuah kurikulum.
Malang, 11 November 2013
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments