Sebuah Cerita dari Nasi Teknik dan Roti Teknik

Bismillahirrahmaanirrahiim
Waktu begitu cepat berganti, atau memang kita yang tidak menyadari akan perputaran yang terjadi. Seakan Kota ini menjadi saksi akan berakhirnya sebuah perjalanan, mungkin. Eh..salah...pantang mengucapkan kata "mungkin". Kalau "ya" katakan "ya", kalau "tidak" katakan "tidak". Belajar konkret dan logis sedari dini.

Dua tahun yang lalu, seorang mahasiswi telah menyesal mengeluarkan air matanya untuk hal yang ternyata fatamorgana. Alam menjadi saksi, tidak akan pernah ada lagi titik air mata untuk satu kata, enam huruf yang dapat dieja dengan tegas.

Satu, dua, tiga, hingga berpuluh hari telah berlalu, masih sama dengan apa yang dilontarkan pada sepertiga malam itu. Ritual demi ritual pun juga terlewat, namun aku masih ingat dengan ucapan seorang putra yang tegap melantangkan bahwa semua ini belum berakhir. Sampai saat nanti, semua masih berjalan.

Berpindah dari pembicaraan, ada satu idealisme yang akhirnya menetap hingga kehidupan sehari-hari. Dengan percaya dirinya semua berakhiran "teknik". Kata seorang sahabat, makan di Pak Teknik, beli bakso di bakso Teknik, hanya karena letaknya di Gerbang Teknik. Ah..apakah semua benda harus diberi embel-embel kata itu untuk menegaskan kehidupan saat ini?
 
Tentang sebuah benda, yang memang ia tak dapat berbicara menyampaikan rasa. Dalam satu kesatuan, menciptakan paduan gizi yang serasi. Bening satu setengah liter tanpa merek, ditemani sebuah roti langka bernama roti teknik.

Ini hanya sebuah cerita di balik sebuah nasi bernama nasi teknik. Nasi teknik, campuran cita rasa nasi putih, tahu, tempe, timun dan telur itupun seakan menjadi saksi bisu tentang apa yang terjadi dalam perjalanan memperoleh ilmu. Lalu cita rasa itu ditambah dengan beraneka rasa yang menguap dalam satu ruang. Jika roti teknik selalu menemani aktivitas pagi kami, nasi teknik akan menjadi pelampiasan siang sebelum menjalani sebuah episode satu rasa, satu hati, dan saling memiliki.

Terlihat sederhana memang, namun nasi teknik menyimpan banyak sekali kandungan gizi dari masing-masing itemnya. Ya, mereka saling melengkapi satu sama lain, seperti kami yang memakannya. Aamiin...

Dalam satu porsi 100 gr nasi teknik, terkandung 80 gr karbohidrat, air, 242 kalori dan sedikit protein yaitu sekitar 2 gr per 100 gr. Dalam telur kita ketahui bahwa didalam 100 gr telur rebus, mengandung energi sebesar 154 kilokalori, protein 12,2 gram, kalsium 54 miligram dan zat besi 2,7 miligram. Selain itu di dalam Telur Rebus juga terkandung vitamin A sebanyak 900 IU, vitamin B1 0,1 miligram dan vitamin C 0 miligram. Tempe goreng, makanan favorit ini mengandung 34 kalori, 58% lemak, 20% karbohidrat, 22% protein. Tahu goreng mengandung 35 kalori,  62% lemak, 16% karbohidrat, 22% protein. Kandungan mentimun diantaranya air yang tinggi, vitamin A, B, dan C, serta mineral, seperti magnesium, kalium, mangan, dan silika. (dari berbagai sumber)

Belum lagi satu kalimat  yang mengiringi, "yok opo coro" (baca: bagaimanapun caranya). Kata-kata itu, aji-aji pamungkas yang mantab. Sebuah kalimat yang mampu menghentikan sebuah pembelaan. Kadang diri ini tergelitik, tersenyum sendiri, kenapa bisa sejauh ini?

Sudah..sudah..membahasnya tak akan ada habisnya, karena memang semuanya tidak akan pernah berakhir, kecuali suatu saat nanti Allah menghendaki semua ini berakhir. Dan saat ini semua memanggil...menandakan tulisan ini harus berakhir.

Selamat berjuang kawan, selamat mempertahankan pendapat yang memang pantas dipertahankan. Allah selalu bersama kita. Mari kita tambahkan sebuah kalimat terakhir dibelakang "yok opo coro". "Yok opo coro sing penting sik ndek dalane sing Maha Kuasa" (baca: bagaimanapun caranya yang penting tetap dijalan Yang Maha Kuasa". Keep fighting Lillahi Ta'ala!!!

#H-10menitTOTPanitiaKKMXXXVI
Himpunan Mahasiswa Pengairan
Malang, 27 Maret 2014. 20:50 WIB
Vita Ayu Kusuma Dewi


Comments

Post a Comment

Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^