Bismillahirrahmaanirrahiim
Akhirnya kemarin (6/7/2014) pagi bisa sejenak berjalan-jalan ke Waduk Sangiran depan rumah sebelum kembali ke Malang. Selain refreshing sebenarnya ingin mengetahui kondisi fisik bendungan Sangiran juga. Secara teknik bendungan dan waduk berbeda. Bendungan itu konstruksinya, waduk adalah tampungan.
Nah, kemarin pagi, aku, dek Mita, dek Tika dan Reno jalan-jalan melewati bendung yang ada didekat saluran irigasi, namanya Kalipang. Kondisinya sudah tidak normal lagi. Uniknya kolam olak di bendung ini alami. Ini foto kondisi bendung Kalipang.
Melewati jalan yang bukan semestinya memberikan suasana baru, berpetualang di pagi hari. Meski masih sedikit kabut tak menyurutkan kami untuk sampai di tubuh bendungan. Dan pagi itu, sejuknya udara di hutan yang dulunya berupa jalan raya namun sekarang sudah tak berupa, mengingatkanku tentang semua hal. Ya, masa kecil itu hadir kembali....
Akhirnya setelah beberapa menit berjalan sampailah kami disamping pelimpah samping bendungan. Masih lengkap bangunannya, ada saluran transisi, mercu pelimpah, saluran peluncur, di tubuh bendungan ada rip-rap, dan banyak lagi yang dapat kupelajari di Bendungan Sangiran ini.
Setelah itu kami menuju waduk, tampungannya. Muka airnya sedang turun, banyak orang memancing disisi-sisi waduk. Terlihat banyak Bapak-bapak yang sedang bergotong royong mengangkat perahu ke daratan. Pelajaran pagi yang tak tergantikan. Disaat semua orang mungkin masih dirumah dengan kesibukannya, di Sangiran telah banyak orang datang saling membantu sama lain.
Pun juga dengan adik-adik dan para pemancing, memberikan pelajaran tentang kesabaran dan persaudaraan. Ada yang pancingnya sederhana, ada yang sudah modern, dan mereka sama-sama mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi, menurutku. Ditengah terik matahari mereka terus bersemangat, adik-adik ini membuatku ingin ikut bersama mereka. Bermodalkan uang 4000 rupiah aku membeli senar, kail pancing dan pur. Reno yang berlari membeli dan tampaknya dia senang.
Pagi itu tampak gembira, bercengkerama dengan alam. Melihat ikan-ikan meloncat saat diberi makan, dan anak-anak itu, memberikan hikmah yang tak kudapat ditempat lain. Disisi waduk yang lain ada pemancing yang berjajar.
Akhirnya setelah beberapa menit berjalan sampailah kami disamping pelimpah samping bendungan. Masih lengkap bangunannya, ada saluran transisi, mercu pelimpah, saluran peluncur, di tubuh bendungan ada rip-rap, dan banyak lagi yang dapat kupelajari di Bendungan Sangiran ini.
Pun juga dengan adik-adik dan para pemancing, memberikan pelajaran tentang kesabaran dan persaudaraan. Ada yang pancingnya sederhana, ada yang sudah modern, dan mereka sama-sama mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi, menurutku. Ditengah terik matahari mereka terus bersemangat, adik-adik ini membuatku ingin ikut bersama mereka. Bermodalkan uang 4000 rupiah aku membeli senar, kail pancing dan pur. Reno yang berlari membeli dan tampaknya dia senang.
Pagi itu tampak gembira, bercengkerama dengan alam. Melihat ikan-ikan meloncat saat diberi makan, dan anak-anak itu, memberikan hikmah yang tak kudapat ditempat lain. Disisi waduk yang lain ada pemancing yang berjajar.
Wisata di Sangiran juga menawarkan keliling dengan perahu, jika para pengunjung menginginkan. Insya Allah aman. ^^
Pagi itu kusudahi dengan melihat mata air "Kuncur" yang membuat pikiranku melayang ke tugas akhir, ingin menjadikannya salah satu obyek. Semoga, jika itu memang yang terbaik.
***
Perpustakaan WRE, 8 Juli 2014
Vita Ayu Kusuma Dewi
Wow....keren tempatnya :)
ReplyDeletekata sangiran langsung mengingatkan saya dengan pelajaran sejarah saat SMA tentang jaman prasejarah :)
ReplyDeleteAchito : bener banget yuk wisata ke Sangiran :)
ReplyDeleteDaftar Obat : Sangiran ini berbeda dengan situs sangiran yang ada di jawa tengah :)
ReplyDelete