Bismillahirrahmaanirrahiim
Kini aku beranjak pada sisi sebuah selatan, sebuah pigora berisi kata-kata untuk empat sahabat. Empat sahabat yang telah menjadi kawan dalam mewujudkan mimpi. Episode perahu karet jilid 2 mungkin. Masih banyak sahabat lain yang dipertemukan Allah dalam menggapai mimpi-mimpi. Juga mading kecil A3 dengan judul “Berbagi Spirit Bersama Sahabat” dan “Passion”. Mading dengan potongan-potongan surat kabar yang tidak terpakai yang dirangkai untuk menumbuhkan kembali semangat dan passion, kala itu. Semuanya yang tertulis mengingatkanku akan suatu peristiwa.
Belum lengkap dua minggu aku berada di Kota Ngawi, aku harus
memaksa diriku untuk kembali ke Malang. Mengembalikan kepercayaan kepada diri
sendiri dan juga memupuk kembali semangat menyelesaikan amanah dari orang tua.
Dua minggu rasanya tak produktif berkarya hanya karena ada sesuatu yang tertinggal di Kota
Malang. Dreamland itu kini berpindah
tempat. Dari alam menjadi anak rumahan. Dreamland
Bromo akhirnya berubah menjadi Griya Anissa Nur Izzati. Cukup 3 tahun untuk
menyukai dunia outdoor, dan tahun terakhir
ini kuharap akan lebih baik seperti nama itu.
Enam jam cukup menjadi pelajaran, berdiri ditengah goncangan laju
bus bersama penumpang lain yang saling mendesak. Ditemani lagu-lagu musisi
jalanan yang topiknya hampir sama, kegalauan. Lagu-lagu melankolis itu sama
sekali tak menggambarkan apa yang terjadi di dalam bus. Mungkin karena overload, banyak penumpang yang mabuk
dan bayi yang menangis. Ditambah hiruk pikuk pedagang asongan yang menjajakan
buku, makanan dan juga minuman. Kini semua sibuk dengan aktivitasnya sendiri, tidur,
menelpon, chatting, sms atau mereka
yang mempunyai jiwa sosialis tinggi sedang mengobrol dengan penumpang
sebelahnya. Dengan itulah aku belajar banyak hal, tentang makna egois, tenggang
rasa, toleransi, menolong sesama, ikhlas dan kesabaran.
Berjalan sekitar 100 m dari jalan raya, sampailah pada suatu rumah
yang tak begitu besar. Sederhana tapi banyak menyimpan makna. Ku buka pintu
kamar dan disambut oleh peta dunia disisi barat yang seakan berbicara “Kemana saja kamu Vita? Tak bersemangatkah
kamu kembali menjelajahiku?”.
“Insya Allah, ijinkan aku menunaikan
kewajibanku dulu ya, Dunia” lirih dalam hati.
Lalu kuletakkan tas yang kubawa di tempat tidur. Saat tak sengaja
menghadap utara, ada lagi yang menyapa, “Hanya
inikah impianmu? Atau kamu tak lagi mempunyai hasrat bermimpi dan mewujudkannya?”. Sebuah
tempelan-tempelan model klasik dihiasi berita-berita di Koran, kata-kata
penyemangat dan juga cacian karena sesuatu hal. Kemudian mendapati pesan-pesan
yang tergantung dengan jepit dan tali. Semua pesan itu kembali membuatku
bergetar.
“Jaga lisan
ya Vit”, “Katanya ingin menjadi wanita shalihah? Wanita shalihah bukan saja
terlihat dari kerudungnya yang panjang, selalu memakai kaos kaki……… tapi wanita
shalihah itu HARUS KOKOH PONDASI AGAMANYA”, “Bismillah, apapun skripsinya tetap
Allah dosen pembimbingnya”, “Skripsiku bermanfaat untuk Allah dan Ummat” dan puluhan tulisan lain yang saling
menghimpit karena media sudah tidak mampu lagi menampung banyaknya curhat yang
mampir.
Pajangan fotoku dan adikku, Mita, dalam pigora serta foto keluarga
menjadi amunisi tersendiri. Pun juga foto 3Div, Mbak Ayus, Mbak Devi dengan
slogan “Together to reach heaven”
kembali mengingatkan sebuah ukhuwah dijalan-Nya. Ya, kamar kecil ini bak
pameran lukisan yang tak tersusun rapi tapi memikat hati walaupun hanya untukku
sendiri. Membaca kembali surat-surat kecil ditembok dan juga tempelan almari seperti
diingatkan akan salah satu ayat pada surah ketiga dalam Al Qur'an “…janganlah kau
bersikap lemah dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang
paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman…”.
Kini aku beranjak pada sisi sebuah selatan, sebuah pigora berisi kata-kata untuk empat sahabat. Empat sahabat yang telah menjadi kawan dalam mewujudkan mimpi. Episode perahu karet jilid 2 mungkin. Masih banyak sahabat lain yang dipertemukan Allah dalam menggapai mimpi-mimpi. Juga mading kecil A3 dengan judul “Berbagi Spirit Bersama Sahabat” dan “Passion”. Mading dengan potongan-potongan surat kabar yang tidak terpakai yang dirangkai untuk menumbuhkan kembali semangat dan passion, kala itu. Semuanya yang tertulis mengingatkanku akan suatu peristiwa.
“Ingatkah saat
ku terpuruk disini, kaulah yang selalu disisiku. Terima kasih telah menjadi
bagian yang berarti tuk persahabatan kita. Semoga abadi persahabatan kita…”
(Sahabat-Ali Sastra)
(Sahabat-Ali Sastra)
Kini, aku benar-benar kembali ke Dreamland. Ini saatnya aku kembali menjadi pribadi visioner bukan hanya seorang dreamer. Catatan ini akan berakhir pada
satu pandangan kertas A4 dalam dreamsbook
dengan sebuah pesan “dan bahwasanya
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm:39)
Bersama-Mu, kubulatkan
tekadku…..
GANIZ, 6 Agustus 2014
Vita Ayu Kusuma Dewi
Peta itu,
ReplyDeleteDoanya untuk mengitarinya....
#Inspiratif
Kak wahyu kan juga ada peta dikamarnya :)
ReplyDeleteInspiratif juga :)