Kita Berjodoh, Nanti atau Tidak Sama Sekali!

Bismillahirrahmaanirrahiim
Jum’at, 8 Agustus 2014. Siang itu satu lagi berita yang harus ku tempel di bagian “Kabar Hari Ini”, sebuah pernyataan konsekuensi karena terjadi penurunan akademik 6,03% dari semester 5 ke 6, sekalipun pada sisi lain terjadi peningkatan dibidang non akademik. Beberapa menit kemudian muncullah berita kawan-kawan yang lolos PIMNAS 27, hingga harus kutambahkan lagi coretan dalam berita hari ini.

Aku merebahkan tubuhku, memandangi langit-langit kamar, kemudian memejamkan mata sejenak untuk menahan tangis yang sebentar lagi akan tumpah,  hingga akhirnya aku terbangun karena adzan berkumandang. “Ya Rabb, jangan Engkau sesatkan hatiku setelah Engkau beri petunjuk kepadaku” bisikku dalam hati.
*

Alhamdulillah hari itu aku bertemu Mbak Alfiyah disuatu tempat. Setelah menggenapkan kegiatan dengan membeli buku, aku kembali ke Kos. Malamnya aku sengaja menghidupkan paket data di HP, beberapa saat kemudian ada sebuah email masuk dari alamat yang tak asing bagiku. Email  tersebut bertanda urgent sehingga membuatku semakin bertanya “ada apa?”. Setelah ku buka, dua baris awal dari badan email tersebut bertuliskan “Dear candidates. Congratulations for making to the top 60!”. Tanpa meneruskan membaca email, aku tersungkur dan menyesal sempat down gara-gara tulisanku sendiri tadi siang.

Hari itu ternyata pengumuman top 60 dalam sebuah seleksi  kegiatan berskala ASEAN. Dari 60 tersebut akan dipilih 50 peserta terbaik dari 10 Negara anggota ASEAN. Masing-masing Negara akan dipilih 5 delegasi sebagai wakil Negaranya. Saat itu juga, aku mengingat Ibu yang berada di Rumah. Menjelang final interview, Ibu menemaniku ke Warnet mencari bahan-bahan tambahan tentang ASEAN.

Ketika final interview berlangsung, Ibu juga berada disampingku, mendengarkanku menjawab pertanyaan-pertanyaan melalui telepon genggam. Kemudian Ibu meyakinkanku “Kalau sudah berusaha, sekarang saatnya menyerahkan hasilnya pada Allah. Kalau rezeki, ga bakal lari”.  

Dari final interview tersebut keluarlah pengumuman top 60. Malam itu juga aku segera menjawab konfirmasi dari panitia dan melengkapi PIS(Passenger Info Sheet). Aku termenung lagi membayangkan sebuah Negara. Malaysia, salah satu Negara yang mungkin hanya sebuah impian untuk mengunjunginya gratis. Namun, saat itu juga pikiranku pecah. Aku ingat peristiwa beberapa bulan yang lalu.

Kullu kalam addu’a, setiap perkataan itu adalah doa. Sebuah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kejadian di Ruang 1.3 Gedung Baru Teknik. Saat itu aku dan beberapa temanku berbincang tentang wacana visa Jepang yang akan digratiskan. Kemudian Mbak Evy mengatakan tanpa sengaja, “Mbak Ve nanti Juni ke Jepang ya!”. Aku menanggapinya dengan tertawa kecil, dan tak terlintas bayangan bahwa kata-kata yang dianggap lelucon itu akan menjadi kenyataan. Ucapan yang keluar dari Mbak Evy didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT, tepatnya Juni kemarin Allah memperkenankan aku ke Jepang gratis melalui program Jenesys. Maka nikmat  Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Kemudian aku teringat saat pertama kali mengetahui informasi pendaftaran program ini melalui seorang teman yang dikenalkan Mbak Anggun yang ternyata beliau juga merupakan anggota keluarga FIM. Dunia ini sempit atau ukhuwah kita yang luas?

Untuk pendaftaran awal aku hanya mengirimkan sebuah CV. Dari CV yang dikirimkan tersebut kemudian pertengahan Juli ada email pemberitahuan bahwa aku menjadi salah satu kandidat peserta. Alhamdulillah. Meskipun beberapa saat sebelumnya, aku menerima berita bahwa aku tidak lolos dalam sebuah program ke Thailand. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu…. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”, sebuah kalimat QS. Al Baqarah: 216 yang akan membuat hati kembali tenang ketika menghadapi sebuah kegagalan. Allah memiliki rencana yang indah untuk hamba-Nya, sebuah kegagalan akan digantikan sesuatu yang lebih baik, Insya Allah.

Setelah dinyatakan sebagai kandidat, aku kembali mengirimkan sebuah form yang telah aku isi sesuai arahan panitia. Ku kira hanya sampai pada tahap itu saja,  kemudian langsung ada pengumuman peserta terpilih. Ternyata pikiranku salah besar. Siang hari setelah lebaran, ada panggilan tak terjawab dari sebuah nomor berkode (+60). Ku kira itu adalah telepon dari Mbak Candra, sahabat SMP yang sekarang berada di Malaysia. Aku tak berniat menelpon balik ketika itu. Beberapa menit kemudian, nomor itu menelpon lagi. Akhirnya aku terjebak dalam situasi wawancara tak terduga atau tanpa pemberitahuan. Sekitar 10 menit berlangsung, wawancara ditutup dengan pemberitahuan bahwa minggu selanjutnya ada final interview.

Kulupakan wawancara dadakan itu dan kembali bersilaturahim dengan keluarga. Tibalah saat final interview pada hari Senin, 4 Agustus 2014, tepatnya 5 jam setelah tetanggaku dikhitbah. Sebelum wawancara itu berlangsung, Allah memberikan bantuan dengan tambahan ilmu, sebuah sharing dari seorang sahabat yang merupakan hasil kuliah tamu mengenai isu terkini ASEAN.

Setelah melalui beberapa tahap sampai email terakhir panitia tanggal 8 Agustusaku hanya dapat berdoa, menyerahkan hasilnya kepada Allah, insya Allah akan diberikan yang terbaik. Masuk menjadi 5 delegasi terpilih dari Indonesia atau tidak, bagiku proses ini telah memberikan banyak sekali pelajaran, baik secara keyakinan dan pemikiran.
*

Senin, 11 Agustus 2014. Saat perjalanan menuju Wilis, aku membuka email kembali. “Thank you. Our travel agent will contact you shortly. Looking forward to see you soon” Begitulah berita yang ku baca saat itu. “Apa ini artinya? Apakah aku lolos untuk mengikuti kegiatan ini?”. Aku semakin bertanya dalam hati. Kemudian aku mengirim email kepada panitia.

Dear committee,
When the final list selected participant will be announced?
Thank you.

Tak berapa lama email itu berbalas. “By the end of today, Ayu!” katanya. “Oh..belum pasti ternyata” sahutku dalam hati. Aku masih harus menunggu setidaknya sampai nanti malam untuk memastikan apakah namaku menjadi salah satu yang tercantum di daftar peserta terpilih.
*

13 Agustus 2014, sehari sebelum check in di tempat kegiatan berlangsung. Aku belum juga mendapat kabar. Mencoba menelusuri alamat email lain, akhirnya aku menemukan 9 alamat email peserta yang masuk 60 besar. Aku mengirim sebuah pesan kepada beberapa diantara mereka. Satu dari mereka menjawab kalau belum mendapatkan email balasan dari panitia. Pikiranku berkecamuk, apakah kami hanya masuk sebagai cadangan saja? 10 diantara 60 besar yang lolos? Tanyaku dalam hati. Saat-saat harus mengikhlaskanpun terjadi. Mungkin belum saatnya mencicipi Negeri Jiran dengan gratis. Seperti ada beban yang mengintai disela-sela penantian itu. Mulai beradu dengan ketidakketenangan. Saat itu kubuka kembali salah satu grup. Sebuah potongan pesan kiriman dari Pak Ketum, “Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”.

*
14 Agustus 2014. Selamat Hari Pramuka. Sebuah wadah yang mempertemukanku dengan beberapa manusia menginspirasi dan alam yang memberikan sejuta pelajaran. Sudah lewat 26 menit dari tengah malam. Lantunan gitar penghibur saat lembur dokumen dengan para pejuang semakin lirih tak beraturan. Aku masih berbalas email dengan beberapa sahabat di Negara seberang sembari mengerjakan lembar demi lembar yang harus diselesaikan sebelum fajar bersinar terang.

 Ya, sampai pagi ini tidak ada kabar. Sekarang sudah pukul 01.40 WIB. Jadi, semua dapat disimpulkan, keberhasilan yang tertunda untuk kesekian kalinya dalam bulan ini. Tenang wahai hati, akan ada hal indah didepan yang menanti. Selamat tinggal Malaysia, kita belum berjodoh untuk saat ini.

Kuharap nanti akan ada kesempatan kembali, kalaupun tidak sama sekali, setidaknya aku pernah bermimpi. Karena tak selamanya keinginan menjadi kebutuhan. Tak selamanya harapan akan menjadi kenyataan. Sebuah kepastian bahwa tak ada doa yang tidak dikabulkan, hanya butuh waktu dan kesabaran untuk menunggu pengganti yang diluar dugaan dan menakjubkan. Allah knows what the best for you, dear. :)

Terlihat sebuah kalimat dari jendela ruang dosen…

“Never give up, everyone has bad days, pick yourself up and keep going…” 
***

Ruang Belajar Lt.2 Laboratorium Mekanika Tanah, 14 Agustus 2014
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments