Bismillahirrahmaanirrahiim
Ini adalah sebuah kisah seseorang yang terus ingin belajar
darimanapun yang dapat menambah pengalaman dan relasinya, sebuah kegiatan yang
dapat membuatnya keluar dari zona nyamannya di Kampus, agar Ia dapat memahami
dirinya, lingkungannya, merenungi rahasia Penciptanya dan bermuhasabah bahwa
masih banyak yang perlu diperbaiki serta dipelajari dalam hidup ini. Kisah yang
terus memberikan cerita tentang sebuah mimpi, tentang ketetapan Allah yang
menggetarkan hati dan juga tentang kekuatan sebuah ucapan yang awalnya
diragukan. Meski tak sampai satu hari penuh, semoga kisah 13 September 2014 ini
akan dapat bermanfaat bagi kawan-kawan semua. Aamiin
*
Pagi itu angkot menuju Terminal Arjosari terus dipenuhi
penumpang berseragam, tak seperti biasanya yang sedikit lengang ketika akhir
pekan. Alhamdulillah meski berdesakan, penumpang-penumpang itu memiliki
toleransi yang tinggi antara satu dengan yang lain. Kemudian sesampainya di
Terminal Arjosari, Allah mempertemukanku dengan Mbak Nia, temanku satu Kos
dulu. Akhirnya bus hijau yang terkenal dengan sebutan Restu Panda
menghantarkanku memecah kemacetan menuju Kota Pahlawan. Perjalanan yang relatif
cepat, 2,5 jam di dalam bus kemudian di Terminal Purabaya aku pindah bus menuju
terminal Joyoboyo.
Surabaya ramai sekali, namun disela keramaian itu masih ada
bocah usia SD yang mengadu nasibnya dijalan. Ya, banyak sekali fenomena itu
saat ini. Alhamdulillah Allah memberikanku kesempatan mengenyam pendidikan
sampai sekarang. Seharusnya aku tak pantas mengeluh karena sudah banyak sekali
kenikmatan dan kemudahan yang Allah berikan. Gerbang Siwalankerto masih sama
seperti lima tahun silam dan satu tahun yang lalu. Aku berjalan menuju sebuah
Kampus Swasta ternama. Saat berjalan, aku melihat bagaimana pekerja-pekerja
memasang gorong-gorong untuk saluran drainasi di sepanjang jalan yang kulewati.
Satu dua orang dari mereka karena mungkin saking
ramahnya, menyapaku dan beberapa masyarakat yang lewat.
Setelah berjalan kurang lebih 10 menit, sampailah aku di
Gedung T, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Akupun bertanya kepada Satpam
yang ada dipintu masuk tentang tempat diadakannya audisi. Ternyata tempatnya
masih sama dari tahun lalu. Aku yang mungkin terlihat berbeda dengan yang
kukenakan, kemudian masuk dan menuju lantai 5. “Kampus ini memaksa mahasiswanya mengetahui apa yang ada dikitab
sucinya ya.” kataku dalam hati. Sebuah kata-kata motivasi, kalau dalam
agamaku itu adalah ayat-ayat Allah, yang ditempel disepanjang sudut Kampus.
Sesampainya di lantai 5, aku menuju meja registrasi. Namun karena masih jam
08.43 WIB, aku diminta menunggu sampai jam 9.
Kemudian aku duduk di kursi dekat jendela, memandangi
seluruh sudut ruang aku jadi teringat dengan tahun 2009 silam dan satu tahun
yang lalu. Sebuah momen seseorang yang ingin menjadi pemimpi kemudian pemimpin.
*
Ayah,
hari ini aku ke tempat itu lagi, sebuah tempat yang sedikit asing saat dulu
pertama kali Kau antarkan aku kesini menghadiri TM. Aku yang dulu terlihat
berbeda dengan kerudung yang kukenakan dan merasa hopeless melihat kawan-kawan
peserta lain yang tampilannya sangat ilmuwan. Tapi Ayah selalu bilang, tetap
berusaha, lakukan yang terbaik, yakinlah pada Allah atas segala ketetapan-Nya
dan jangan pernah merasa minder karena kita sama-sama manusia, pasti Allah
titipkan kemampuan dan keunikan pada setiap orang.
Tahun 2009, saat itulah pertama kali kuinjakkan kaki di
Kampus Petra. Awalnya hanya menghadiri TM, kemudian minggu berikutnya aku
bersama dua temanku dan dua pembimbingku mengikuti lomba IRGL (Informatics Rally Games and Logic). Aku,
Yona, Adi, Pak Ali dan Pak Alfan, bersama merekalah aku belajar banyak bersama
peserta lain dengan konsep lomba yang sangat berbeda dari lomba-lomba dibidang
komputer. Aku sangat tertarik dengan tawaran beasiswa masuk ke Petra jika
menang dalam lomba tersebut. Apalagi kerjasama Universitas Kristen Petra.
dengan Universitas luar negeri sangat banyak. Pernah bermimpi melanjutkan
kuliah disana karena ingin memperdalam informatika. Mungkin karena euphoria saat itu saja karena senang
dengan dunia komputer dan informatika yang kukira sesederhana bilangan 1 dan 0.
Asyiknya saat itu, aku merasa di Kampus tersebut sangat nyaman tempatnya,
bersih dan spot-spot mahasiswanya
banyak, meskipun harus ke Kantor Kelurahan untuk melaksanakan ibadah sholat.
Menurutku lebih tertantang untuk mempertahankan identitas diri saat kuliah di
Kampus tersebut, pikirku saat itu.
Tahun demi tahun berselang, hingga tahun lalu, 2013, aku
dipertemukan dengan pemuda-pemuda yang keren prestasi akademik dan non
akademiknya. Alhamdulillah saat itu aku menjadi salah satu peserta yang
beruntung dapat bertemu dengan para calon pemimpin Negeri. Acara itu adalah Nutrifood Leadership Award 2013 dengan
tema Social Entrepreneurship. Saat
itu tahap 2 seleksi, audisi hanya berupa issue
statement saja, jadi siang hari sudah selesai dan langsung pulang ke
Malang. Saat itu sempat sharing
dengan mahasiswa dari Solo dan juga yang paling jauh yaitu Mataram. Aku
berangkat dari Malang juga masih bersama kakak tingkat di Pengairan, Mas Zaid.
Sejak NLA 2013 itu juga aku kenal dengan teman-teman beda jurusan dan Alhamdulillah
sampai sekarang kalau kebetulan bertemu masih saling sapa.
Sejatinya
dalam sebuah kompetisi ada yang menang ada yang kalah, namun bukan itu yang
terpenting. Menang dan kalah hanya bonus, proseslah yang akan menambah pengalaman,
kapasitas diri dan jaringan. Itulah hadiah terindah yang tidak akan pernah habis masa berlakunya
*
Pukul 09.00 WIB tepat aku dan kawan-kawan lain diperkenankan
melakukan registrasi. Peserta yang pertama kali kusapa saat itu adalah Mbak
Dila. Kemudian bertemu dengan Lufi. Entah mengapa kami bertiga langsung akrab
dan saling bercerita meski berada dalam barisan untuk registrasi. Awal yang
baik untuk memulai sebuah persahabatan. Kemudian aku bertemu dengan kawan lain
ketika telah masuk kedalam ruang Audio visual. Aura positif dan semangat mulai
terasa ketika melangkahkan kaki menuju ruang audisi. Alhamdulillah kesempatan
kedua untuk bisa menjalin persahabatan dan mengupgrade diri. Apapun hasilnya yang penting ada usaha serta dapat
memetik segala hikmah yang ada dalam proses tersebut. Kami bertiga duduk
berurutan. Sembari menunggu acara dimulai kami saling bercengkerama berbagi
cerita.
Masya Allah, Mbak Dila ternyata baru pulang dari Eropa
karena mendapat beasiswa summer school
di Oslo University di Norwegia. Mbak Dila ini mendapatkan beasiswa yang
harusnya untuk S2. Dalam bincang itulah aku hanya tertegun memperhatikan Mbak
Dila bercerita sembari membayangkan Negara yang katanya terbaik dalam
menerapkan HAM. Mbak Dila bercerita banyak mulai dari pengalamannya transit di
Belanda dengan pemeriksaan keamanannya, kuliahnya di Oslo University serta
perjuangannya mendapatkan beasiswa tersebut. Mbak Dila beruntung menjadi
satu-satunya mahasiswa S1 dari Indonesia yang mendapat kesempatan tersebut.
“Kita
tidak pernah tahu rencana Allah, yang pasti Allah akan memberikan yang terbaik dari jalan yang
tidak kita duga” kata Mbak Dila meyakinkan kami. Ternyata Mbak Dila
mengalami hal yang sama dengan yang ku alami. Kullu kalam addu’a, setiap perkataan adalah doa. Aku semakin yakin
dengan kalimat ini setelah mendengar Mbak Dila bercerita. Mbak Dila pernah
mengatakan kepada temannya bahwa dia merasa akan berangkat ke Eropa tahun ini,
itu diucapkannya jauh sebelum adanya seleksi beasiswa ini. Ditertawakan dan
dianggap guyonan awalnya, tapi Allah
menunjukkan kuasa-Nya. Itulah jalan Allah yang kadang manusia mengunderestimate sebuah doa. Mbak Dila
semester 7 sama sepertiku, jadi kami saling sharing
hal akademik dan non akademik. Mbak Dila adalah mahasiswi yang rajin, dia
memberitahukan kepada kami tentang sebuah kedisiplinan. Aku belajar banyak
dengan Mbak Dila.
Kemudian Lufi, traditional
dancer yang IPKnya nyaris sempurna ini juga banyak bercerita pengalaman di
Kampusnya. Kuliahnya di jurusan akutansi, aku belajar tentang semangatnya yang
tidak pernah menyerah dan selalu mencoba untuk menghadapi tantangan. Ah… terima
kasih ya Allah, Engkau pertemukan aku dengan mereka.
Kakak MC pun membuka acara, kami menyanyikan lagu Indonesia
Raya sebagai pembuka dan sedikit sambutan dari pihak kemahasiswaan, Universitas
Kristen Petra. “Saat mahasiswa adalah
waktunya berlatih dan menemukan jati diri” Ucap Pak Roni, Universitas
Kristen Petra. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan singkat
sebagai penghangat suasana. Sangat menantang karena pertanyaannya merupakan
pengetahuan umum tentang Indonesia dan juga pengetahuan lainnya. Salah satu
pertanyaannya “Negara mana yang menjuarai piala dunia terbanyak dan berapa kali?”,
pertanyaan lainnya “Antara Kalimantan dan Sulawesi, mana yang mempunyai
provinsi lebih banyak? Sebutkan provinsi mana saja?”.
Usai 5 pertanyaan pembuka itu acara dilanjutkan dengan mini leadership class dari Pak Bukik. Kami berbicara tentang kepemimpinan. Saat kami membicarakan tentang header dan leader, ada satu kalimat yang mudah diingat dari Kak Yosef, salah satu peserta yang berpendapat bahwa header adalah posisi, leader adalah aksi. Kami saling sharing tentang seorang pemimpin. Dalam sebuah video yang dianalogikan makna pemimpin, menunjukkan, awalnya seorang yang berjiwa kepemimpinan dianggap orang yang sudah gila atau lebih tepatnya banyak orang yang underestimate, namun aksinya dapat mengundang first follower serta akhirnya mempengaruhi orang yang disekitarnya.
Usai 5 pertanyaan pembuka itu acara dilanjutkan dengan mini leadership class dari Pak Bukik. Kami berbicara tentang kepemimpinan. Saat kami membicarakan tentang header dan leader, ada satu kalimat yang mudah diingat dari Kak Yosef, salah satu peserta yang berpendapat bahwa header adalah posisi, leader adalah aksi. Kami saling sharing tentang seorang pemimpin. Dalam sebuah video yang dianalogikan makna pemimpin, menunjukkan, awalnya seorang yang berjiwa kepemimpinan dianggap orang yang sudah gila atau lebih tepatnya banyak orang yang underestimate, namun aksinya dapat mengundang first follower serta akhirnya mempengaruhi orang yang disekitarnya.
“Jangan
pernah menghalangi orang untuk berpartisipasi, karena kita tidak akan pernah
tahu niat orang lain sebelum melihat aksi nyatanya” #NutriLead #SBY
Menjadi seorang leader
tidak harus inovatif, yang penting aksinya berbeda. Contohnya Jokowi. Bagi masyarakat hal ‘blusukan’ adalah inovatif, padahal
memang seharusnya tugasnya sebagai pemimpin ya salah satunya itu, untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karena pemimpin sebelumnya tidak pernah
melakukan itu akhirnya Jokowi dianggap menciptakan sesuatu yang baru. Dalam
bahasa sederhanyanya, sebuah visi yang besar diwujudkan dengan sebuah aksi yang
kecil namun sangat mengena.
“Dimanapun
tempatnya, meskipun jauh pasti kita dapat mengambil nilai positifnya” penggalan
cerita dari peserta yang berasal dari Palangkaraya. Teman-temannya berpendapat “Ngapain kamu ikut-ikut audisi jauh-jauh ke
Surabaya, yang belum tentu lolos juga”. Namun Kak Ahmad meyakinkan
teman-temannya dan ingin menginspirasi teman-temannya bahwa bukan hasilnya saja yang ingin dicapai, namun sebuah proses
yang banyak memberikan pengalaman. “Ya,
mungkin satu ruangan kalau disuruh sharing termasuk orang yang dianggap gila
semua”kata Pak Bukik
sembari bercanda.
Kemudian salah satu cerita dari peserta PENS, Kakak tersebut
dianggap melakukan hal yang ga terlalu penting oleh teman-temannya.
Dia masih aktif berorganisasi di semester akhir, bahkan menginisiasi sebuah
komunitas/organisasi baru di Kampusnya. Kata teman-temannya seharusnya semester
akhir harus fokus terhadap tugas akhir dan fokus kuliah bukan malah aktif organisasi. Aku suka banget dengan jawaban Kak Aswad “semester akhir bukanlah penghalang untuk
berorganisasi dan berkontribusi terhadap lingkungan”. That’s right, karena banyak sekali fenomena ini di kemahasiswaan
yang menganggap semester akhir kita harus fokus kuliah dan mengesampingkan
organisasi.
Banyak lagi sharing dari peserta-peserta yang
menunjukkan bahwa mahasiswa yang ada di ruangan itu sangat berbeda dengan yang
lain, Alhamdulillah aku banyak belajar dari mereka.
Disinilah aku kembali teringat dengan sebuah ucapan pemateri Amazing Camp tahun 2012, “Orang hebat selalu menemukan caranya untuk
bertemu dengan orang hebat lainnya…”,
meskipun aku bukanlah orang yang hebat.
*
“Tentang
passion, saat ini mungkin kita masing menjadi mahasiswa yang senang bercabang
dalam mempelajari sesuatu. Terlihat seperti lingkungan-lingkungan itu menarik
diri kita untuk ikut didalamnya. Namun sebenarnya dalam diri kita sendiri itu
sudah tahu dan mengontrol apa yang kita lakukan, sehingga kita tahu kapan kita
kan bertahan dan kapan kita akan berhenti” #NutriLead #SBY
Pak Bukik juga memberikan sebuah formulasi sebagai seorang leader. Mindfulness dan hope yang akan menciptakan sebuah compassion. Mindfulness berarti kita sadar diri, sadar posisi. Kita merasakan
betul apa yang kita lakukan. Ibaratnya hati, jiwa dan fikiran menyatu ada
disana. Jika tidak, maka kita akan terjebak dalam sebuah rutinitas dan
kewajiban. Hope berarti memiliki
keyakinan bahwa segalanya bisa dirubah. Apalagi dengan kondisi sekarang yang
sangat mudah dan enak dibandingkan jaman dahulu. Dua hal tersebut akan
menciptakan compassion, yaitu
kepedulian kita kepada orang yang membuat kita akan merasakan serta bertindak. Mindfulness dan hope merupakan modal dasarnya, compassion itu
adalah media untuk menggetarkan atau mempengaruhi sekitarnya.
*
Diatas
langit masih ada langit. Usai mini leadership class, kami istirahat makan dan paralel untuk
sholat. Aku berbincang dengan Evi dari UNS. Meskipun baru semester tiga
ternyata dia adalah seorang yang mengisiasi Bogor Menyala. Kuliah di Solo tak
menghalanginya berkoordinasi dengan kawan-kawannya di Bogor serta berkontribusi
penuh dalam kegiatan tersebut. Kami akhirnya saling cerita, akupun belajar
menjadi seorang leader dari Evi.
Setelah istirahat Audisipun dimulai. Mahasiswa terpilih yang
saat itu mengikuti audisi telah melewati tahap seleksi administrasi yang kata
panitia pendaftarnya lebih dari 1000 orang. Tahap audisi ini diikuti sekitar
200 mahasiswa yang terbagi menjadi 4 Kota audisi, Jakarta, Bandung, Surabaya
dan Yogyakarta. Nah, yang paling salut
sama sistem kompetisi ini adalah rangking nasional atau tidak ada kuota per
Kota. Jadi audisi di Kota manapun sama saja karena penilaian akan dilakukan
bukan berdasarkan Kota audisi. Satu hal ucapan temanku IYF 2014 yang kuingat
saat kita dipertemukan di kegiatan lain dengan orang yang kita kenal, “Kegiatan kaya gini itu pasti 4L, Lo lagi Lo
lagi”. Ya, dikegiatan NLA 2014 ini aku bertemu lagi dengan orang-orang yang
pernah kudengar namanya atau dia merupakan kawan dari temanku. Dunia ini sempit atau ukhuwah kita yang
luas?
*
Audisi dimulai, satu persatu mahasiswa mengutarakan
pendapatnya tentang isu nasional yang dilontarkan oleh Kakak MC. Dewan juri
sangat jeli dan pastinya orang yang berpengalaman karena kami para peserta
hanya diberikan waktu satu menit untuk berkomentar dan setelah itu diberikan feedback oleh Kakak MC dan kita
mengomentarinya kembali. Awesome moment.
Saat pemanggilan satu peserta inilah yang membuatku semakin merasa tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Mereka banyak yang sudah berpengalaman dalam kegiatan dalam negeri maupun luar negeri. Nano-nano banget, organisatoris, IPK hampir nyaris sempurna dan banyak juga yang cumlaude, para juara-juara perlombaan, dan masih banyak lagi prestasinya. Kalau mendengar prestasi mereka rasanya menjadi cambukan berharga untuk lebih bersemangat untuk berprestasi lagi setelah kembali ke Malang. Uniknya, mereka itu seperti mahasiswa biasa tapi sebenarnya luar biasa. Terlihat pendiam tapi ketika speak up, mantab banget. Kelihatannya kalem, ternyata sudah sering menjadi delegasi Indonesia. Memang benar ya peribahasa, seperti padi, kian berisi kian merunduk. Terima kasih ya Allah telah mempertemukanku dengan mereka, inspiring future leaders.
Saat pemanggilan satu peserta inilah yang membuatku semakin merasa tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Mereka banyak yang sudah berpengalaman dalam kegiatan dalam negeri maupun luar negeri. Nano-nano banget, organisatoris, IPK hampir nyaris sempurna dan banyak juga yang cumlaude, para juara-juara perlombaan, dan masih banyak lagi prestasinya. Kalau mendengar prestasi mereka rasanya menjadi cambukan berharga untuk lebih bersemangat untuk berprestasi lagi setelah kembali ke Malang. Uniknya, mereka itu seperti mahasiswa biasa tapi sebenarnya luar biasa. Terlihat pendiam tapi ketika speak up, mantab banget. Kelihatannya kalem, ternyata sudah sering menjadi delegasi Indonesia. Memang benar ya peribahasa, seperti padi, kian berisi kian merunduk. Terima kasih ya Allah telah mempertemukanku dengan mereka, inspiring future leaders.
“Ambisi itu baik, tapi yang perlu
diingat, ambisi itu layaknya vitamin. Jika digunakan sesuai dosis dan tahu
penggunaannya, tidak akan menjadi masalah. Namun jika melebihi dosis, ia akan
mengganggu kesehatan” #NutriLead #SBY
*
Masih banyak
hal yang dapat kupelajari dari kegiatan yang hanya berlangsung beberapa jam
tersebut, issue yang disampaikan juga
membuat kita sebagai mahasiswa sadar bahwa banyak hal disekitar kita yang
membutuhkan kontribusi kita. Salah satu kegiatan yang membukakan mata bahwa
mahasiswa tugasnya bukan hanya kuliah saja.
Sore itu, usai kegiatan kami masih saling bercengkrama dan disanalah aku
menemukan kawan-kawan yang satu pemikiran bahwa seorang mahasiswa jika hanya
kuliah saja, semua mahasiswa bisa melakukannya. Jadilah mahasiswa yang berbeda
yang mau keluar dari zona nyaman kuliah, yang mau belajar dari lingkungannya,
yang mau terus mengupgrade dirinya. Dan
menyakini bahwa Allah telah menciptakan manusia sebagai sebaik-baik makhluk. Jika
dengan hijrah akan membuat kita semakin sadar bahwa kita hanyalah makhluk Allah
yang telah diberikan kemampuan dan keistimewaan pada setiap orang, salah satu
cara mensyukurinya adalah mempergunakannya dalam hal yang positif dan
menebarkannya menjadi kebermanfaatan.
“Meskipun
kita sebagai leader, belum tentu semua orang suka dengan kita. Pasti ada yang
menjadi haters. Jangan khawatir, keberhasilan kita tergantung seberapa banyak
haters. Dengan haters itulah kita akan menjadi manusia yang berprinsip”
#NutriLead #SBY
*
Sore harinya setelah keluar dari gerbang Siwalankerto aku
tidak langsung pulang. Aku melakukan perjalanan ke Daerah Kletek, Sidoarjo
karena salah bus. Namun dengan itulah aku menemukan sebuah hal yang kusebut one minute awareness setelah berbincang
dengan seorang ibu muda. Semoga bermanfaat :)
#NutriLead
Inspiring Future Leaders. Be at your best to INSPIRE and IMPACT generations. (Nutrifood)
***
Himpunan Mahasiswa Pengairan, 14 September
2014
Vita Ayu Kusuma Dewi
Inspirasional sekali kakak, sy juga ikut mendaftar kegiatan ini, namun Allah belum menghendaki sepertinya.
ReplyDeleteTerima kasih telah memberikan pencerahan hidup, saya jadi lebih mengerti arti dr sebuah proses, terlebih lagi dgn makna dr sebuah tulisan.
:)
Maaf kalau boleh kenal namanya siapa dan darimana? Kegagalan bukan berarti semuanya berakhir, mungkin ada jalan lain yang lebih baik yang akan Allah tunjukkan. :) Tetap semangat ya dengan ini kita akan memaknai sebuah perjuangan. Semoga apa yang ada disini bermanfaat ya kak :)
ReplyDeleteHi Vita! Terima kasih sudah sharing tentang pengalaman dan refleksi di #Nutrilead kemarin ya :) Ceritanya sangat halus dan mengena. Semoga kita semakin dimampukan untuk mengembangkan diri dan memberikan dampak positif untuk masyarakat sekitar kita :)
ReplyDeleteSehat selalu ya Vita. Semoga bisa berjumpa dan ngobrol suatu waktu. All the best!
Halo kak Yosea, terima kasih sudah menginspirasi saya :) kita pernah ketemu lo kak di NFEC tahun lalu :) Semoga bisa ngobrol lagi dan sharing sama kakak :) makasih ya kak :)
ReplyDeletekeren nih kampusnyaa
ReplyDeleteiya kak, rapi :)
ReplyDeleteiya kak, rapi :)
ReplyDeleteSemangat adik vita ^_^
ReplyDeleteterima kasih, semangat juga :)
ReplyDelete