16 menit yang
lalu, hari telah berganti. Lapangan bulutangkis itu tetap semakin memanas,
bahkan wajah lelah akibat bermain sejak babak penyisihan, semakin tampak. Namun
tetap saja, teriakan semangat masih bergelora. Aku baru saja menyelesaikan 2
set pertandingan final dengan harus menerima kekalahan dan puas di posisi 2 cabang
bulutangkis kategori ganda campuran untuk angkatanku. Maaf partner, saya tidak bisa mengembalikan bola-bola itu ketika
diarahkan kepadaku, maaf banyak kesalahan yang
kulakukan…
Bukan tanpa
sebab dan akibat, dalam permainan ini aku belajar banyak hal dari mereka….
Aku
akan mencoba mendekatimu, permainan…
Sekitar 2 bulan yang lalu, aku
dikenalkan dengan permainan ini. Mungkin inilah pertama kalinya selama
mahasiswa mengikuti bulutangkis. Sejak lama Mbak Mustika sudah mengajakku untuk
latihan setiap hari rabu, tapi entah mengapa aku selalu tidak datang. Hingga
pada suatu waktu, 2 bulan yang lalu, hatiku tergerak untuk ikut. Sejak itulah
aku jatuh cinta dan ketagihan tiap minggu untuk datang.
Di Gedung Serbaguna Balai RW 10,
Mojolangu, aku dipertemukan dengan orang-orang yang telah berpengalaman di
permainan ini. Ah.. kamu tahu bagaimana
rasanya pertama kali main, meskipun sudah melakukan pemanasan? Pulang dari
latihan mulai terasa nyeri di tangan, namun itu tak bertahan lama, minggu kedua
dan seterusnya sudah terbiasa.
Witing trisno, jalaran soko kulino…
Minggu demi minggu terlewat, aku banyak
diajari tentang teknik permainan bulutangkis. Satu hal yang kupelajari, aku
kira dengan kemampuan bulutangkisku yang minus (-) bukan lagi nol (0),
mereka tak akan menerimaku. Ternyata aku salah, justru mereka dengan sabar
mengajari, dan pastinya tetap memperhatikan hak-hak kami sebagai perempuan. Coach putri adalah Mbak Mustika, dan
hampir semua pemain putra kuanggap coach,
karena mereka telah mengajariku dan mengevaluasi permainanku.
Aku mulai terpukau dengan permainan
putra, seperti ia telah lama bersahabat dengan raket dan cock itu. Ingin sekali kuteriakkan “kalian hebat”, tapi aku takut mereka akan berkata seperti Keenan
dalam film perahu kertas, “kamu tahu
pemain bulu tangkis ada berapa sih Vit?”. Ya, aku hanya bisa melihat dan kagum dengan
sportivitas yang mereka junjung.
Aku bermain di Lapangan?
Mendekati hari H pertandingan, kurang
lebih tiga minggu yang lalu, pemain putri angkatanku masih kurang. Ketika itu
Mas Sandi menawarkan kepadaku. Sebenarnya aku tidak mau karena aku sadar, aku
belum bisa apa-apa untuk bulutangkis ini. Dibandingkan anak-anak yang lain, aku
kalah jauh. Namun setelah negosiasi dan diberi motivasi, akhirnya kuputuskan
untuk bergabung dalam Tim. Aku bermain di ganda campuran bersama Mas Ridwan di
Tim C. Ada 3 Tim yang akan bertanding di WRE games mewakili angkatan.
Bermain dengan “Bye”…
4 Desember 2014, diakhirnya diumumkan
juga hasil drawing pertandingan
cabang bulutangkis. Kulihat satu persatu, ternyata namaku berada di Tim A, dan
Tim A tidak bertanding pada hari pertama. Aku dan kawan-kawan Tim A bertanding
di minggu selanjutnya, 13 Desember 2014. Sedikit lega karena masih ada waktu
untuk latihan. Rabu terakhir latihan, pertama kali aku dipertemukan dengan Mas
Ridwan di Lapangan. Aku belajar banyak tentang teknik bulutangkis dari partner ganda campuran ini. Saat latihan
tersebut aku diajari teknik bola pendek. Bola yang katanya lebih mematikan
daripada smash.
Bismillah, kita bisa atas ijin-Nya…
13 Desember 2014 akhirnya datang juga.
Pagi itu aku telah bersiap untuk menghadapi pertandingan yang dijadwalkan pukul
11.00 WIB. Siangnya, aku berangkat bersama Mbak Amel, partner ganda putri Tim A. Sesampainya di Lapangan Tombro, suasana
masih lengang dan beberapa pemain serta panitia melakukan pemanasan. Akupun
langsung ikut bergabung. Pertama aku melakukan permainan dengan Mbak Amel,
kemudian kembali diajari pukulan melambung oleh Mas Ridwan. Aku sadar dengan
kelemahanku, aku sangat lemah dengan bola melambung belakang, yang katanya bola
yang sangat mudah untuk dismash. Pun
juga diajari dengan dropshoot, posisi
attack serta defense.
Tentang raket dan sepatu…
Selama bermain bulutangkis aku selalu
meminjam raket dari Mbak Priska, Mbak Amel, Mas Sandy atau Mbak Vivi. Seperti
pemain yang tidak pernah menyiapkan diri. Alhamdulillah mereka mau meminjamiku
raket selama latihan dan pertandingan.
Sepatu, sepatu Jazz Girvi yang kukenakan adalah sepatu pemberian orang tuaku saat
aku akan memasuki SMA. Aku lupa waktu
tepatnya aku mulai memiliki sepatu itu, yang pasti sepatu itu telah menemaniku
sekitar 5 tahun. Sepatu kain yang tiada tandingannya karena tidak ada sepatu sport lain yang kupunya. Meskipun sudah usang,
kekuatannya untuk menapak masih sempurna. Alhamdulillah, setidaknya masih
memiliki sepatu sport yang terus
memanjang dengan sendirinya.
Partner baru? Mampukah aku?
Waktu telah menunjukkan pukul 13.00 WIB
namun permainan tak kunjung dimulai. Saat aku memasuki lapangan kembali, Mas
Ridwan telah menggendong tas raketnya keluar lapangan. Aku bertanya kepadanya,
ternyata Mas Ridwan ada janji dengan konsultan. How about me? Mas Ridwan mempercayakan posisinya digantikan Mas
Fery, pemain ganda putra di Tim A. Fery?
Ya, pemain dengan andalan smashnya
dan mungkin spesialis pemain belakang ketika di Tim campuran. Kemampuanku hanya
seujung kuku dihadapannya. Apa aku bisa
berpasangan dengannya di Lapangan? Atau hanya memalukan saja? Tiba-tiba
muncul ketidakpercayaan diri terhadap diriku sendiri. Aku belum terlalu
memahami karakter bermainnya.
Kalian penentu, lakukan yang terbaik…
Usai menunaikan shalat ashar, aku
dipanggil panitia karena sebentar lain bermain dibabak penyisihan melawan Tim B
2011. Yah..rasanya tidak enak main
dengan seangkatan, karena kita sama-sama berjuang atas nama angkatan. Namun
disinilah saya diajari sportivitas. Selamat…
lawan tanding kali ini adalah Mbak Fany, pemain tunggal putri sekaligus
ganda campuran yang sudah tidak diragukan lagi teknik penempatan bolanya. Pasangan
Mbak Fany adalah Mas Ridho, sama-sama kuatnya. Hmm… dari empat orang yang ada di Lapangan, mungkin hanya aku yang
pemula. Satu lagi, pertandingan penyisihan ini penentu apakah Tim A dapat lolos
dipertandingan selanjutnya atau tidak, karena posisi Tim A dan Tim B sama-sama
2-2. Jika pertandingan ini kalah, maka Tim A tidak dapat lanjut ke babak
semifinal. Apakah kita bisa? Insya
Allah! Ya Rabb, hanya atas ijin-Mu aku
disini, hanya atas pertolongan-Mu, kemenangan ini dapat kami raih.
Aku ingat dengan perkataan seorang
sahabat, kemenangan itu hanyalah bonus, yang terpenting adalah kita berusaha
melakukan yang terbaik. Ya, kemenangan sudah ada yang mengatur, dan teman-teman
langsung menimpali “diatur wasit”.
Samping Lapangan telah ramai supporter dari seluruh angkatan.
Alhamdulillah, tidak ada yang berkomentar dengan kostum yang kukenakan. Di
Lapangan, Mas Fery selalu meyakinkan kepadaku “Bisa, confidence, tenang…” dan setiap mendapat poin selalu
mengucapkan “Alhamdulillah”. Inilah
yang kucari, bawalah Allah dimanapun kita berpijak, dalam posisi diatas,
dibawah ataupun tak dimengerti. Mungkin ini adalah permainan dengan teriakan supporter paling absurd yang pernah kujalani. Terima kasih coach Anggih dengan andalannya
“nice”, coach Rahmat, coach Redha, coach Mustika dan semua pemain serta teman-teman seangkatan yang
menyemangati dari pinggir lapangan.
Aku semakin grogi dengan permainan yang
semakin memanas, mulai cock yang
mengarah ke wajahku, hingga bola melambung yang sangat kutakutkan. Ditengah
permainan, Mas Fery mengingatkanku untuk tetap pada posisi attack, seperti berasa hanya pelengkap jika melihat smashnya yang mematikan. Namun aku ingat
lagi bahwa aku telah berjanji akan melakukan yang terbaik ketika di Lapangan.
Permainan semakin tak terkendali, score
beda tipis, dan Tim kami unggul di set pertama dengan memenangkan permainan.
Set 2 dimulai, aku kembali melakukan kesalahan
menerima bola bawah dagu dan bola out.
Maafkan aku teman-teman 2011, maafkan aku
Mas Fer, tidak bisa menjadi partner yang baik.
“Mbak
Ve diam aja di posisi depan, yang belakang biar aku yang ngatasi” terus Mas Fery
mengingatkan.
Sebuah pelajaran berharga ketika bermain
dalam Tim, terutama ganda campuran. Tidak boleh egois, harus mau menerima saran
dan kritik, saling memahami satu sama lain, saling melengkapi satu sama lain,
saling mengingatkan satu sama lain dan saling-saling lainnya. Mungkin seperti itu juga masalah jodoh.
*eeeyyyaaaa #plak #fokus
Entah sungkan atau apapun alasannya, Mas
Fery tidak pernah sekalipun memarahiku ketika di Lapangan. Disela istirahat coach Rahmat dan coach Anggih memberikan
pengarahan permainan. Score yang tipis berakhir dengan
kemenangan untuk Tim C. Hmm.. lelah dan
keringat mulai bercucuran.
Set 3 ini kupasrahkan sepenuhnya kepada
Allah, hanya Dia, dan karena-Nya, kami dapat lanjut ke babak selanjutnya. Semangat
semakin membara beriringan dengan capai yang kian terasa. Masih seperti
permainan sebelumnya, jaga depan. Menit demi menit bergulir, suara mulai tak
beraturan dan set 3 ini Alhamdulillah kami unggul. Akhirnya bisa melanjutkan
permainan. Usai penyisihan akan ada pergantian pemain karena beberapa ada yang
sakit. Ya Allah, terima kasih, kehebatan
partnerku hanyalah atas pemberian-Mu, dan kemenangan awal ini hanyalah karena
ijin-Mu.
Pertandingan lanjutan dan semifinal
hingga selesai final dilanjutkan usai sholat isya. Akhirnya kami pulang sejenak
ke Kos, dan merebahkan tubuh. Terasa nyaman rasanya, Alhamdulillah.
***
*Bersambung...
GOR Tombro-GANIZ, 14 Desember
2014
Vita Ayu Kusuma Dewi
Comments
Post a Comment
Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^