Ibu, Sahabat dan Teladan (Eps. Pump It Up)

Bismillahirrahmaanirrahiim
Siang itu, aku dan sahabatku Mbak Fita sedang menikmati cilok (yang kami beli sewaktu berada di Bendung namun belum sempat di makan) bersama segelas teh segar di food court yang bersebelahan dengan wahana permainan. Kami beristirahat sejenak usai berkeliling di kawasan Bendung Gerak Waru-Turi, Kediri. Selain itu, kami juga saling sharing karena kami belum pernah bertemu sejak dinyatakan lulus dari SMAN 1 Ngawi.

Bendung Gerak Waru Turi, Kediri

Disela kami menikmati makanan, datanglah sekeluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan 2 anaknya. Mereka duduk disamping permainan Pump it up. Adik imut yang kira-kita usia sekolah dasar itu beranjak dari tempat duduknya dan mulai memasukkan satu persatu koin, hingga 5 credit. Mata kami mulai terfokus dengan apa yang akan dilakukan gadis mungil itu. Ternyata, adik itu bermain PIU dengan level minimal Hard(8). Hmm…kami saja paling tinggi bermain dengan level normal.

Dalam perbincanganku dengan Mbak Fita, Mbak Fita juga bercerita salah satu manfaat PIU ini jika dikaitkan dengan ilmu yang sedang Dia tekuni. Selain membakar kalori, PIU juga meningkatkan hormon adrenalin. Salah satu manfaat adanya peningkatan hormon adrenalin ini adalah membuat indera kita lebih sensitif untuk bereaksi. 
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa peningkatan hormon adrenalin dalam tubuh yang terjadi secara alamiah, menghasilkan peningkatan kekuatan stamina yang jauh lebih besar dari sekedar peningkatan yang diciptakan melalui dooping zat-zat kimia.(http://grahita.net/2011/08/02/fakta-tentang-hormon-adrenalin/)

Selain hormon adrenalin, juga ada hormon endorfin. Kata Mbak Fita, hormon endorfin sama saja dengan hormon kebahagiaan. Senyawa kimia yang membuat seseorang merasa senang. Endorfin itu disekresi oleh kelenjar pituitary yang ada di otak, yang dikeluarkan saat seseorang merasa senang dan rileks. Manfaatnya banyak, diantaranya mengendalikan stres, aliran darah lancar dan bisa meningkatkan sistem imun. Terima kasih Mbak Fita, sudah mau share ilmunya... ^^

*Kembali ke adik yang tadi* Kakinya dengan sigap menginjak sesuai dengan arahan yang ada dimonitor. Hampir semua mata yang ada disekelilingku mulai memperhatikan permainan adik itu yang nilainya nyaris perfect. “Baik sekali kemampuan fokus Adik ini” gumamku dalam hati. Aku berbincang dengan Mbak Fita, kemudian kami berpikir bahwa kemampuan adik ini pasti diawali dengan latihan yang rutin atau sering memainkan permainan asal Korea ini, dan bisa jadi didampingi oleh seseorang yang dengan sabar memberi arahan kepadanya.

Sesaat kemudian, muncullah seorang Ibu dari samping mesin PIU dengan membawa dua gelas teh dingin yang diletakkan didepan pad permainan. Ya, wanita itu adalah Ibu si mungil itu. Setelah menyelesaikan 2 credit permainan (6 stage), Adik tersebut menarik tangan Ibunya keatas pad. Akhirnya anak dan ibu tersebut bermain arcade, dan ayahnya memperhatikan permainan istri dan anaknya sembari duduk memangku debay.

Disinilah aku dan Mbak Fita mulai penasaran dengan cara bermain ibunya. Apakah ibu ini juga akan selihai anaknya yang masih sangat kecil ini? Ataukah sebaliknya? Kami memperhatikan dengan saksama, terutama saat pemilihan level. That’s right, ibu dan anaknya ini memulai permainan dengan level yang sama, Hard(8). Permainan pun dimulai dan diluar dugaan kami, ibu dan anak ini seperti sebuah tim yang sangat kompak, bahkan ada sesi harus berputar untuk mengikuti arahan yang ada. Sesekali saat jeda, adik imut ini menghampiri ayahnya dan mencium adiknya yang masih bayi. Eh…ternyata si debay juga melihat kearah monitor PIU. Wah…sepertinya si debay sedang merekam dan nantinya saat sudah bisa berjalan, ikut main PIU.hehe
Ayah, Ibu, Anak dengan aktivitasnya (dari kamera Mbak Fita)
Bagi kami, bukan masalah seberapa tinggi level yang anak tersebut capai (walaupun PIU bisa mencapai level very hard atau level diatas 18), namun dari pemandangan tersebut yang aku dan Mbak Fita belajar tentang peran seorang ibu. Ibu adalah madrasah, sahabat sekaligus teladan bagi anak-anaknya.
*
Di jaman yang serba modern ini serta didukung perkembangan teknologi, ada banyak sekali permainan yang tersebar khususnya untuk anak-anak. Namanya permainan, ada dampak positif dan negatif. Terkait PIU sendiri, ada beberapa orang tua yang membatasi anaknya untuk tidak bermain namun (kalau boleh beropini) bagiku ada banyak hal-hal positif yang dapat diajarkan kepada buah hati. Ini menurutku, jika tidak sependapat, saling menghargai ya ^^ *peace

Jadi seperti ini, aku ingat sebuah nasehat “didiklah anakmu sesuai jamannya…”, bagi seorang ibu harus pintar bagaimana mendidik anaknya bukan hanya dengan cara klasik yaitu dengan melarang. Misalnya, saat keluarga sedang jalan dan berbelanja di Mall, bersama anak-anak melewati game center, ini anak kan mudah sekali tertarik, bisa jadi mereka ingin main, walapun hanya sebentar kemudian bosan. Disini nih, seorang orang tua khususnya ibu, harus pandai memperlakukan anaknya. Bisa jadi menolak permintaan anak, bisa jadi mengiyakan namun dengan syarat.

Pengetahuan ibu tentang dunia luar sangat diperlukan disini, jika ingin memperbolehkan anaknya bermain, harus tahu mana permainan yang dapat dijadikan alat untuk menanamkan nilai-nilai positif untuk anaknya, Bisa jadi efek pelarangan anak bermain tanpa alasan akan menyebabkan seorang anak mencari sendiri tentang dunia luar tanpa sepengetahuan orang tuanya, yang ditakutkan adalah ketika anak jauh dari orang tua. Misalnya saat kuliah ia tinggal di Kos, bisakah ia memilih sesuatu yang baik dilingkungan barunya?

Terkait hal diatas, ada beberapa tips (menurut saya yang terlintas saat bermain PIU) menjadi seorang ibu ketika menghadapi anak yang ingin bermain PIU. Sekali lagi, ini opini pribadi, jika ada yang kurang sependapat, saling menghargai dan mari kita diskusikan bukan perdebatan. Setuju?
  • Ketika seorang anak ingin bermain PIU, perbolehkan saja, namun dengan syarat. Permainan PIU menurutku adalah permainan yang mempunyai efek ketagihan ingin bermain terus. Jadi usahakan bagi anak, maksimal 1 credit saja atau 3 stage. Berikan pemahaman bagi anak untuk mengatur waktu. Selain pelajaran mengatur waktu, tanamkan kepada anak nilai saling menghargai dan memberi kesempatan kepada orang lain. Permainan PIU adalah permainan yang sangat diminati banyak orang, bahkan antriannya bisa sampai panjang, tentu melihat kenyataan ini, perlahan anak akan mengerti dan dengan sendirinya anak akan memiliki “warning” jika banyak orang telah mengantri dibelakangnya.
  • Perhatikan pemilihan lagu. Menurutku, seorang ibu jangan hanya berkutat dengan rumah saja, sesekali mengamati sekitarnya, atau ketika masih muda, ada temannya yang suka main, gali informasi yang bermanfaat yang kiranya suatu saat nanti dibutuhkan. Dalam permainan PIU khususnya ketika full mode, akan banyak sekali pilihan lagu, mulai instrumen hingga K-Pop yang dilayarnya disertai video klip. Usahakan untuk anak-anak jangan dipilih lagu-lagu yang mayoritas tentang cinta atau konten negatif, karena masa anak-anak ini rekamannya kuat sekali, kasihan diusianya yang masih kecil, harus mengkonsumsi lagu-lagu yang bukan peruntukkannya. Pilihkan saja instrumen yang ringan, agar anak tidak menghafal lagu yang kontennya tidak pantas bagi anak-anak.
  • Ubahlah background/ animasi video pada monitor. Seperti yang aku bilang sebelumnya, lagu-lagu di PIU dilengkapi dengan video klip yang akan menjadi background monitor. Bayangkan jika anak anda melihat  video klip yang pakaiannya (maaf) tidak pantas ditiru anak-anak, pasti kita sebagai orang tua (aamiin) tidak akan rela anak kita memandang hal-hal seperti itu. Maka dari itu, ketika bermain PIU untuk anak, backgroundnya diubah tanpa video klip dengan cara BGA OFF pada command mode > system.
  • Sebelum memulai permainan, selalu tanamkan kepada anak untuk memulai segala sesuatu dengan mengingat Allah, yaitu dengan berdoa. Tanamkan juga tentang bersyukur, karena atas ijin dan kehendak-Nya, masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bermain.
  • Saat bermain, tanamkan nilai percaya diri, berani menerima tantangan, fokus, cermat, memperbaiki kesalahan dan tidak mudah menyerah serta nilai-nilai positif lainnya. Permainan PIU memiliki tingkatan level dan tingkatan nilai. Manfaatkan level-level ini untuk menyemangati anak untuk tidak menyerah misalnya saat anak dalam stage 1 nilainya E, berikan semangat agar pada stage selanjutnya nilainya lebih baik, dikoreksi juga kenapa bisa mendapat nilai seperti itu. Lakukan komunikasi itu dengan kasih sayang, agar anak dapat mencerna. Ingat, dengan kasih sayang bukan berarti memanjakan.
  • Setelah permainan usai, pasti anak akan meminta istirahat sejenak karena lelah. Ini adalah waktu yang sangat efektif untuk orang tua khususnya ibu, menanamkan nilai-nilai positif. Khususnya di PIU ini, setelah anak selesai, ajak ia duduk, misalnya sambil meminum teh, ajak ia berkomunikasi. Mulai komunikasi kepada anak dengan mengajak bersyukur kepada Allah, karena telah diberikan kelancaran dalam bermain PIU. Kemudian ajak dia diskusi ringan. Misalnya seperti ini, “Menurut adik/kakak, apa sih manfaat bermain PIU ini?”. Arahkan jawaban anak salah satunya untuk kembali bersyukur dengan apa yang Allah karuniakan kepadanya. “Alhamdulillah ya Dik, Allah memberi kita kaki yang sehat, mata yang sehat dan tubuh yang sehat. Bayangkan ketika semua itu tidak ada, kaki adik sakit, kesleo mungkin, adik bisa tidak main PIU ini? Jadi setiap saat kita harus selalu bersyukur ya Dik sama Allah sudah dikasih banyak sekali nikmat salah satunya nikmat kesehatan. Alhamdulillah”.
Itu beberapa tips menurut opini pribadi terkait bermain PIU untuk anak. Semoga dapat bermanfaat untuk sahabat semua, yang mungkin adiknya atau saudaranya yang masih kecil tiba-tiba ingin bermain PIU. Menanamkan nilai-nilai moral kepada anak bukan hanya dilakukan di rumah dengan hanya menyuruh atau melarang, namun dapat juga dilakukan melalui permainan, kejadian sekitar atau saat berjalan-jalan dan berinteraksi dengan masyarakat.

Ingat, ibu adalah seseorang yang tidak hanya pandai dalam urusan rumah tangga saja, lebih dari itu, ibu adalah madrasah, sahabat bermain sekaligus teladan/panutan untuk putra-putrinya, dalam hal apapun. Makanya, bagiku salah besar jika ada yang berpendapat untuk apa seorang wanita bersekolah tinggi, misalnya hingga S3, ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga (saja), toh hanya mengurus anak dan rumah. Jangan salah, profesi ibu rumah tangga adalah profesi yang paling mulia dan membutuhkan skill. Justru seorang ibu harus berpendidikan tinggi dan didukung moral yang baik. Ingat sebuah pepatah, wanita adalah tiang Negara. Benar sekali, karena dari ibulah akan lahir generasi masa depan, bisa jadi baik, bisa jadi buruk. Semoga menjadi ibu yang dapat menjadi teladan dan melahirkan tunas-tunas harapan berpendidikan dan bermoral serta beriman di masa depan. Aamiin
***
GANIZ, 31 Desember 2014
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments