Bismillahirrahmaanirrahiim
Jarum jam
menunjuk ke angka tiga, aku terbangun seperti biasanya. Rupanya aku tidak sadar
masih dilantai setelah mengisi malam dengan begadang mengerjakan tugas dan
beberapa amanah lain. Segera kubasuh mukaku dengan siraman air yang masih
segar, berharap mendapatkan ketenangan dan kembali mengerjakan tugas yang belum
usai.
Ku bersimpuh
kepada Allah pada akhir malam menjelang shubuh. Tenang, sungguh ketenangan yang
tiada bandingannya disaat semua mata masih terpejam. Tak berapa lama usai
sujudku satu persatu penghuni rumah lantai 3 itu terbangun dan beranjak untuk
menunaikan shalat shubuh.
Adzan
berkumandang, sayup-sayup mulai berderai berubah menjadi keramaian. Ada satu
pembahasan pagi ini. Aku bisa menangkap garis besarnya “Men sini in women sono”. Sungguh Allah telah mentakdirkan wanita
sebagai kodratnya dan begitu mulianya jika setiap wanita khususnya muslimah,
menyadarinya.
Sebuah bekal
yang kelak akan kubagikan kepada putra-putriku. Saat ini memang aku sedang
gencar-gencarnya mencari pengalaman yang nantinya, pada suatu saat nanti aku
berkomitmen untuk keluargaku, membagikan pengalaman-pengalaman berharga itu.
Agenda pagi
seperti biasa, menjalani aktivitas sebagai mahasiswa, kuliah hari jum’at memang
sedikit melelahkan karena full dari
pagi sampai sore setengah 5. Namun karena hari jum’at hari ini diminta oleh
kemuslimahan fakultas lain untuk membedah sebuah buku, tepatnya antologi yang
salah satu penulisnya adalah aku sendiri. Tema “Karena Aku Wanita” diangkat pada pertemuan hari ini.
Jika minggu lalu
sedikit berbagi tentang hijab dan bedah buku “La Tahzan for Hijabers” karya Mbak Asma Nadia, maka untuk hari ini
akan ku bawakan dengan cara yang berbeda. Insya Allah untuk pertemuan kali ini
lebih siap dengan persiapan-persiapan yang sudah kulakukan. Karena yang namanya
ilmu harus dibagikan, sebab kalau seseorang beralasan nunggu paham dulu baru
membagikan maka sampai nyawa diambilpun rasanya juga belum siap. Maka dari itu
berbekal ilmu yang diperoleh aku ingin menularkannya. Hanya karena Allah tentunya,
hanya ingin saudari-saudariku diluar sana
juga merasakan nikmat Allah yang begitu dasyatnya.
Pagi tadi juga
sudah dihabiskan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang
asistan, tentang transportasi sedimen pastinya. Aku bersyukur dengan amanah ini
aku bisa belajar lagi. Bukan berarti seorang asisten itu sudah tidak perlu
belajar justru saat inilah saat yang tepat dalam mentransfer ilmu dan kembali
mengulang apa saja yang telah dipelajari.
Pun juga dengan
PKM, Alhamdulillah ada adik-adik yang antusias untuk mengirimkan PKM yang telah
dia buat. Itu juga pemacu semangatku karena aku saja belum membuatnya.
*
Kuliah
pengelolaan DAS telah usai, aku segera menuju mushola yang terletak disebelah
Gedung yang kutempati untuk berbagi ilmu. Sempat merasa tidak PD namun hati
menguatkan dimana dengan tujuan baik, insya Allah, Allah akan meridhoi. Ku
mantabkan dan kuluruskan niat kembali karena Allah, sebenarnya aku mau menjadi
pembicara bukan berarti aku yang paling benar, pun juga yang paling baik, namun
dibalik itu sebenarnya akupun juga belum sempurna dan masih sama-sama belajar
untuk mengkaji ilmu-Nya.
Hal itu selalu
kulontarkan kepada audience agar
sepaham bahwa kita sama-sama berjalan menuju Allah. Banyak hal yang kusampaikan
siang ini. Bagaimana urgensi seorang wanita dalam kehidupannya, bahaya feminism
yang diselubungkan dengan fun, food and
fashion, kemudian juga meyakinkan betapa berharganya seorang wanita dari
segala hal.
Kemudian setelah
kusampaikan materi yang tidak banyak itu, muncullah satu persatu pertanyaan.
Berawal dari pertanyaan bagaimana kegiatan kemuslimahan selama ini, hokum sms
antara ikhwan akhwat, tentang berpakaian dan bersikap dan yang paling ekstrim
untukku. An Nisa’ ayat 3. Aku utarakan pendapatku kemudian kubacakan tafsir Al
misbah tentang ayat tersebut.
Memang sedikit
sensitif kalau wanita disinggung dengan masalah poligami. Bukan tidak mau,
namun lebih ketidaksiapan. Tapi Islam adalah agama yang indah, semua teratur
dan dibatasi. Poligamipun ada aturannya, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Allah Maha Mengetahui segalanya, sedangkan kita tidak. Kajian yang berlangsung
seru, satu persatu pertanyaan dan saling sharing terkuak. Hingga menemukan
sebuah kesimpulan “ditangan para
wanitalah akan berkembang suatu peradaban, karena dari wanitalah akan terlahir
generasi-generasi emas masa depan yang hasilnya ditentukan oleh bimbingan dan
didikan wanita. Memperbaiki diri dengan menambah imu agama. So, proud to be
muslimah, learn, learn and learn for better future”
Kuliah masih
berlanjut hingga pukul setengah lima sore. Kemudian aku yang berencana pulang
ke tempat Lintang, mengurungkan niatku karena mendapat tumpangan oleh Amilya.
Akhirnya aku pulang dan menunggu jam enam tiba untuk memberi kejutan untuk sahabatku.
***
*Basic on true story, diambil dari buku diary 11 October 2013
GBT, 7 Januari 2015
Vita Ayu Kusuma Dewi
Comments
Post a Comment
Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^