Jangan Tergesa-gesa, Woles Aja

Bismillahirrahmaanirrahiim
Seperti sudah kebiasaan ketika bertemu dengan siapapun dan dimanapun, selalu kusisipkan permohonan doa agar aku dapat segera menyelesaikan skripsi dan lulus. Setiap naik kendaraan umum, bus misalnya, biasanya aku duduk dengan Bapak atau Ibu dan pasti ada bahan perbincangan. Hal ini sudah otomatis terjadi, maklum 6 jam didalam kendaraan umum dari Ngawi-Surabaya membuatku bosan tanpa adanya diskusi. Selalu ada cerita dalam perjalanan, pernah bertemu dengan dosen, kontraktor, pekerja di perusahaan makanan, pengusaha dan pekerjaan lain. Beberapa diantara beliau menanyakan "Kuliah dimana Mbak, semester berapa?". Ketika kujawab semester 7, beliau bertanya jurusan. Disanalah sebuah kesempatan tercipta, "Pangestunipun Bu, saget lulus semester ini" (Mohon doanya Bu, bisa lulus semester ini). 

Selain itu, Bapak dan Ibu itupun kemudian memberikan wejangan atau  pesan-pesan untukku. Salah satu pesan yang disampaikan seorang Bapak adalah “Sepintar apapun kamu Nduk, skripsi itu ndak akan selesai kalau malas mengerjakan. Kuncinya ada di kamu sendiri, Bapak Ibu biasanya cuma bisa mendoakan, tapi kalau kamu tidak mau berusaha, ya sama saja”. Bahkan pernah seorang Bapak memberiku Koran baru dan beliau berpesan, semoga mendapat pengetahuan baru dan belajar dari Koran tersebut. Ya, jalanan membuatku belajar banyak pengalaman…

Kullu kalam addu’a, aku yakin bahwa setiap ucapan adalah doa, dan doa setiap orang pasti berbeda-beda waktu realisasinya. Kata seseorang "Kita ga tau lo doa siapa yang bakal dikabulkan dulu, bisa jadi segera, bisa jadi nyangkut, makanya perlu  juga didoakan orang lain. Apalagi tanpa diketahui orangnya..". Terlepas dari itu semua, aku juga sering memohon doa kawan-kawanku ketika bersua, berkumpul bersama ataupun bertegur sapa melalui kata.

Ada satu cerita mengenai “memohon doa kepada teman-teman” tersebut. Jadi kala itu, biasanya teman-teman membalas “iya Mbak Ve, saling mendoakan ya, semoga diberikan yang terbaik, semoga dimudahkan urusannya oleh Allah”, sebuah kalimat yang kembali meluruskanku bahwa ketika sudah bersyahadat maka salah satu realisasinya adalah yakin dan percaya bahwa segala ketetapan Allah kepada hamba-Nya adalah yang terbaik untuk hamba-Nya.

Namun, ada satu jawaban yang mengingatkanku kepada sebuah pesan akan sebuah kesucian proses. Malam itu aku sedang menanyakan sebuah sistem perkuliahan ditempat temanku SMA, sebagai salah satu referensi untuk kuliah adikku tahun ini. Seperti biasanya, diakhir percakapan kusisipkan “Doakan saja semoga nutut ndang lulus semester ini..”

Dalam balasannya ia menjawab “Aamiin dah pokoknya, semoga disegerakan. Asal jangan tergesa-gesa, karena itu sifat setan.hehe..”. Jleb… tak seperti biasanya. Seperti ada sambaran kecil ketika membaca pesan ini.

“Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku.. Maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya.."
(QS.Al Anbiya :37)

Terlintas dibenakku, iyakah aku tergesa-gesa untuk lulus ini? Ataukah memang sudah pantas untuk lulus? Bismillah… kuperbaharui niat lagi, bahwa skripsi ini untuk disegerakan selesai dan bisa segera lulus, bukan cepat-cepat lulus. Semoga ilmu yang didapat selama kuliah dapat diaplikasikan dan bermanfaat didunia nyata. Aamiin…
 
20 Oktober 2014, seminar proposal skripsi
[Sekali lagi] Mohon doanya nggih, para pembaca, semoga dapat segera ujian skripsi dan segera lulus dari almamater ini. Semoga semua urusan sahabat semua dimudahkan Allah SWT. Aamiin

 “Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa.” 
(QS. Al-Isra’ ayat 11)
***
GANIZ, 16 Januari 2015
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments