Kuliah atau Kerja? Tegaskan Pilihanmu!

Bismillahirrahmaanirrahiim
“ Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga” (H.R Muslim)

Aku galau! Yeay…lengkap sudah hidupku gara-gara pernah galau.hehe.. Beberapa hari ini rasanya “sepaneng”, tidak bisa fokus pada satu hal. Seperti ada hal yang mengganjal. Sudah sempat bercerita ke Mbak Lintang sebenarnya, perihal ingin lanjut kuliah lagi atau mencoba kerja dulu. Telepon Ibu, jawabannya kalau ada kesempatan kerja dulu, ya kerja dulu tidak apa-apa. Kalau Ayah masih ada, sudah pasti disuruh kuliah dulu. Yayaya… karena Ayah sudah tidak ada, tidak ada lagi yang mendukung penuh buat aku full sekolah dulu. Hiks...
 Ayah yang selalu memberikan semangat untuk menuntut ilmu

Akhirnya setelah menyelesaikan revisi dari penguji, hari ini berkesempatan untuk menghadap dosen pembimbing, Pak Donny. Pernah konsultasi dengan Bu Lily, dosen pembimbingku juga, disarankan untuk mencari beasiswa S2. Nah, hari ini benar-benar kuungkapkan kegelisahanku setelah asistensi calon jurnal. Sebelumnya, aku cerita ke Pak Very, dosen pembimbing akademik, perihal rencanaku melanjutkan kuliahku di Teknik Pengelolaan Bencana Alam, Alhamdulillah beliau tahu jurusan itu. Kemudian, Beliau menyinggung tentang linearitas study. Linearitas study ini terkait dengan kelanjutan setelah kuliah jika ingin menjadi dosen. Namun, belum ada ketentuan khusus tentang ini. Kemudian Beliau menyarankan untuk berkonsultasi dengan Pak Donny.

Selama ini kalau ditanya teman-teman setelah lulus mau kemana, aku selalu jawab “yang didepan mata mana, insya Allah itu yang aku ambil. Kalau ada tawaran kerja, aku kerja dulu, kalau diterima kuliah aku kuliah dulu, dan kalau memang ada yang lain, bisa jadi pertimbangan”. Setelah aku pikir-pikir, “ternyata kamu ga punya kemantaban hati yang patut kamu perjuangkan ya Vit.hahaha…”.

Jadi ceritanya, kegalauan itu muncul setelah ada tawaran untuk bekerja di salah satu konsultan karena sedang membutuhkan satu cewek dan satu cowok. Ya, siapa yang tak mau kerja, apalagi baru lulus, daripada jadi pengangguran. Tapi dilain sisi, sebenarnya aku sudah punya idealisme kuat sekali dan masuk dalam list impian, menyelesaikan kuliah S1 2015, S2 2017 dan S3 maksimal 2022. Mungkin ada yang berpendapat “Ga bosen kali ya  ini anak, suka banget kuliah”.

Itu masih aku tempel di Kamar, biar ingat terus. Soalnya pertimbangan besarnya itu mumpung masih panas otaknya belum istirahat, mumpung aku masih ada kesempatan kuliah, masih ada biaya (insya Allah), masih belum bertanggungjawab di rumah tangga, lebih singkatnya kata Ibu “masih free buat menggapai impian, belum ada yang melarang”.(Emang kalau udah nikah ada yang ngelarang? Ya ga juga sih, antisipasi aja kalau sama suami nanti ga boleh kuliah lagi )

Nah, setelah tadi mendapat pengarahan dari Pak Donny, aku sedikit tercerahkan dan terus bertanya ke diri sendiri “aku tuh sebenarnya minat kemana? Akademik atau kerja?”. Kalau Pak Donny lebih menyarankan aku dibidang akademisi, atau kalau kerja bidang LitBang insya Allah yang sangat cocok.

Jika memilih kerja tentunya akan ada idealisme-idealisme yang mulai hilang, karena di kerjaan ada batasan-batasan yang mengharuskan mengikuti aturan tertentu. Tentunya dunia kerja juga akan sangat berbeda sekali dengan dunia kuliah. Kalaupun kerja juga tidak serta merta diterima, namun harus disesuaikan dengan skill yang kita punya, takutnya saat kerja tidak kuat dan akhirnya ingin keluar.  Sekalipun kalau sudah bekerja tidak menutup keinginan bisa sembari kuliah sih.

Berbeda dengan jiwa akademisi yang tidak puas menuntut ilmu hanya disatu jenjang. Seperti sudah karakternya ingin sekolah lagi dan sekolah lagi. Hmmm...memahami karakter diri sendiri itulah yang sedikit sulit.

Nah kalau ingin melanjutkan kuliah ke jenjang selanjutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan perlu disiapkan diantaranya:

*Sertifikat bahasa inggris.  Tentunya setiap kita punya Universitas impian di Luar Negeri. Katakanlah Belanda, Australia atau Negara lainnya. Setiap Negara tersebut memiliki standart bahasa yang berbeda-beda. Jika ingin kuliah di Eropa misalnya, kita harus menyiapkan minimal TOEFL IBT >80 atau IELTS >6,5. Wajib punya, karena itu ibarat paspor kedua. Berbeda jika kita ingin kuliah di Indonesia yang bisa menggunakan TOEFL ITP dengan score >500. Atau mungkin yang Negara Jepang, selain memiliki sertifikat bahasa inggris, kita dituntut belajar bahasa Jepang dengan minimal memiliki JLPT N5/N4. So, kalau ingin kuliah harus benar-benar dipersiapkan jauh-jauh hari persiapan bahasa ini. Pak Donny tadi menyarankan ada waktu khusus untuk mendalami bahasa inggris, apalagi jika ingin tes TOEFL IBT atau IELTS, karena bukan mainan yang bisa seenaknya saja dalam mengerjakan. Semua bisa dipelajari, jangan tunggu nanti, segera eksekusi!

*Motivation Letter. Apa keinginan dan harapan serta tujuan belajar di jenjang selanjutnya harus jelas, ga boleh ngambang apalagi main-main. Bahkan untuk Movlet yang berbahasa inggris harusnya sering dikonsultasikan kepada yang berpengalaman.

*Referensi. Kalau ingin lanjut S2 atau S3 biasanya kita diminta untuk menyertakan surat rekomendasi atau promoter. Bisa dosen pembimbing skripsi atau pembimbing akademik atau dosen yang mengenal dekat kita. Biasanya dosen pemberi rekomendasi ini akan menanyakan juga apa tujuan serta rencana kasar kuliah kita dijenjang selanjutnya.

*Research Paper. Jeng.. jeng..jeng… ini sangat penting sekali Mbak, Mas, ga main-main. Research paper atau proposal penelitian (bagi yang eksak) atau kasarnya rencana study ini bisa jadi penentu kita diterima atau tidak di Universitas terkait. Tadi mendapat wejangan dari Pak Donny, seharusnya mahasiswa tidak hanya memikirkan diterima beasiswa kuliah saja namun juga memikirkan selama 2 tahun itu nanti ingin melakukan apa, atau ingin riset tentang apa. Sehingga ibarat kata, kita kuliah ga nge-blank tiba-tiba kuliah, ditengah-tengah bingung “habis ini aku thesis apa ya?”. Jangan sampai itu terjadi, karena dapat memperlama durasi kuliah kita.
Berbeda dengan yang sudah memiliki rencana proposal atau rencana study,mereka sudah memiliki gambaran “mau apa sih aku”, setidaknya lebih terarah untuk melangkah, bisa jadi masa study 2 tahun tidak terasa. Kenapa sih harus direncanain? Bukannya bisa berubah juga nanti? Iya sih bisa saja berubah, namun kita kan tidak tahu apa yang akan terjadi dan dikehendaki Allah, setidaknya dengan merencanakan akan mengurangi tingkat kekecewaan dan penyesalan kan?

*Hubungan baik dengan Allah dan Manusia. Aku terharu mendengar ceritanya Pak Donny. Faktor X memang memberi andil tersendiri. Hal ini bisa berasal dari doa kita atau kerabat kita atau sahabat-sahabat kita. Jadi jangan sampai kita tidak menjaga hubungan baik kita dengan sekeliling kita agar mendapatkan doa yang baik-baik. Pun hubungan dengan Allah, karena atas ridho dan kehendak Allahlah kita dapat menggapai impian-impian kita.
Itulah sedikit cerita hari ini yang dapat kubagi, aku berharap cerita ini dapat bermanfaat bagi sahabat pembaca juga, agar tidak galau ingin kerja atau kuliah. Bagi yang masih galau, sok atuh putuskan. Semoga Allah memudahkan segala urusan sahabat semuanya. Aamiin…

*Terima kasih kepada Pak Donny sudah berkenan mendengarkan curhat saya dan memberikan arahan, motivasi  serta saran kepada saya. Kepada Pak Very, Bu Lily dan seluruh dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, terima kasih telah membimbing dan memberikan ilmu kepada saya. Allah yang membalas semua kebaikan Panjenengan nggih Pak, Bu.
***
Kampus Tercinta, 11 Februari 2015
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments

  1. semangat mbak. semoga kelak bisa tercapai apa yang dicita citakan atau apapun yang terbaik menurut Allah.
    saya pun punya blog silahkan kunjungi anggitkusumaw.wordpress.com ^^

    ReplyDelete
  2. aamiin aamiin.. mohon doanya ya..semangat juga buat anggit ya :) ok berkunjung ")

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^