Bismillahirrahmaanirrahiim
Tak ada lima menit usai mengirim balasan kepada Mbak Ai "Tak pernah bisa berpaling dari orang yang rapi", aku kembali tersadarkan.
Jika aku mengaguminya hanya karena dia rapi, bagaimana ketika suatu saat nanti dia tidak rapi, pakaian lusuh atau tanpa setrika, masihkah rasa itu ada? Sepertinya tidak, karena aku memulainya hanya karena dia rapi.
Jika aku menyukainya karena dia pintar, wajah rupawan, bahkan dia sudah mapan, apakah suatu saat nanti ketika dia tak lagi sepintar yang ku kira, wajahnya mulai keriput, dan tiba-tiba kami hanya hidup pas-pasan, apa aku yakin tetap bisa menerimanya? Ragu, karena aku memulainya hanya karena kepintaran, rupawan dan juga mapan. Tak ada alasan untukku bertahan.
Ah...sepertinya aku salah memulai. Bukankah semua itu tak abadi? Hanya sebatas duniawi yang akan hilang kelak ketika kita mati? Aku harus belajar, belajar kembali menata hati. Mengagumi, mencintai secara layak, parameter yang jelas dan pastinya dapat dipertanggungjawabkan.
Hanya mencintai karena Allahlah yang akan selamat. Memperjuangkan, mempertahankan dan meninggalkan hanya karena Allah. Aku akan berusaha untuk itu.
Aku mencintaimu karena Allah, jika suatu saat kau meninggalkan syariat-Nya, hilang rasa cintamu kepada-Nya, hilang pula rasa cintaku kepadamu.
Semoga tetap terjaga dalam lindungan-Nya....
Ya Allah cintakanlah aku kepada orang yang melabuhkan cintanya pada-Mu...
***
GANIZ, 17 Februari 2015
Yang sedang belajar mencintai karena Allah
Tak ada lima menit usai mengirim balasan kepada Mbak Ai "Tak pernah bisa berpaling dari orang yang rapi", aku kembali tersadarkan.
Jika aku mengaguminya hanya karena dia rapi, bagaimana ketika suatu saat nanti dia tidak rapi, pakaian lusuh atau tanpa setrika, masihkah rasa itu ada? Sepertinya tidak, karena aku memulainya hanya karena dia rapi.
Jika aku menyukainya karena dia pintar, wajah rupawan, bahkan dia sudah mapan, apakah suatu saat nanti ketika dia tak lagi sepintar yang ku kira, wajahnya mulai keriput, dan tiba-tiba kami hanya hidup pas-pasan, apa aku yakin tetap bisa menerimanya? Ragu, karena aku memulainya hanya karena kepintaran, rupawan dan juga mapan. Tak ada alasan untukku bertahan.
Ah...sepertinya aku salah memulai. Bukankah semua itu tak abadi? Hanya sebatas duniawi yang akan hilang kelak ketika kita mati? Aku harus belajar, belajar kembali menata hati. Mengagumi, mencintai secara layak, parameter yang jelas dan pastinya dapat dipertanggungjawabkan.
Hanya mencintai karena Allahlah yang akan selamat. Memperjuangkan, mempertahankan dan meninggalkan hanya karena Allah. Aku akan berusaha untuk itu.
Aku mencintaimu karena Allah, jika suatu saat kau meninggalkan syariat-Nya, hilang rasa cintamu kepada-Nya, hilang pula rasa cintaku kepadamu.
Semoga tetap terjaga dalam lindungan-Nya....
Ya Allah cintakanlah aku kepada orang yang melabuhkan cintanya pada-Mu...
***
GANIZ, 17 Februari 2015
Yang sedang belajar mencintai karena Allah
Comments
Post a Comment
Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^