Menangisi Diri Sendiri

Bismillahirrahmaanirrahiim
Malam itu, setelah menghabiskan waktu di Ciampelas aku kembali ke bus. Aku butuh plester, ya, plester. Ada yang terluka? Ada, mulutku. Malam itu entah kenapa seperti bukan aku, ga jelas banget ngikutin ucapan-ucapan yang ngalir. Beberapa menit kemudian aku diam. Meminjam earphone ke Mbak Evy dan kumulai petualangan dalam kata-kataNya. Hanya berselang beberapa menit, memanas dan ga bisa lagi nahan air mata. Semakin menjadi-jadi setelah kuputar ayat-ayat itu untuk kedua kalinya, plus rasa sakit banget, nyeri.

Saat anak-anak turun makan malam, seketika tak berselera, aku beralih kesebuah tempat yang membuatku lebih tenang. Ah...entahlah malam itu aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku. Tapi sejak itulah mulut ini bisa lagi untuk dikontrol. Semoga tak seperti itu lagi. Aku malu ya Allah, malu. Kau menjaga kehormatanku tapi terkadang aku tak sadar aku melakukan hal yang tak sepantasnya dilakukan seorang muslimah meskipun itu bercanda. Aku malu karena bercandaku berlebihan.... :'(

Cukup ya Allah, itu yang terakhir.... Maaf teman-teman merepotkan, maaf malam itu sebenarnya aku ga pilek, mata sembab dan hidung merah karena menangis. Bener kata temenku, dibalik ga papanya cewek, ada apa-apa. Ya itulah teman, aku merasa bercandaku terlalu berlebihan dan itu bukan aku banget. Ya, inilah salah satu fakta tentangku. Aku bisa saja menangis sehari hanya karena menyesali apa yang telah kulakukan, apalagi itu berkaitan dengan sikap yang membahayakan.
***
Ngawi, 18 April 2015
Vita Ayu Kusuma Deei
posted from Bloggeroid

Comments