Warna-warni Reog City, Ponorogo

Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah, setelah sekian lama mengumpulkan semangat menulis lagi akhirnya bisa menulis beberapa cerita yang masih dalam pikiran. Hmm.. bukan Vita kalau jalan-jalan di sebuah Kota tidak menyempatkan diri untuk jalan kaki keliling atau naik angkot. Yaps.. kali ini aku ingin berbagi cerita tentang ke “absurd”an ku mulai Rabu minggu lalu. Hampir sama seperti kegejeanku di Bandung tahun lalu. Keliling sebagian Bandung, berbekal niat, insya Allah ridho Allah, peta wisata Bandung dan list trayek angkot Bandung, aku jalan-jalan dengan kaki dan dua kali naik angkot untuk start awal.

Alhamdulillah, selasa pagi pukul 05.00 keretaku tiba di Stasiun Besar Madiun. Aku mengurungkan rencanaku untuk pulang ke Ngawi dulu, alhasil baju-baju dari Jakarta yang sudah terpakai selama seminggu masih kotor dan langsung di bawa ke Ponorogo.


Yang bikin FIMsick, beberapa kunang-kunang FIM 15

Selasa itu juga aku langsung memulai aktivitasku. Saat itu aku berada di Kantor di Jl.Lawu, yang lainnya di Kantor Sawo. Hari itu aku mencoba mengedit laporan RMK. Siangnya, karena capek luar biasa udah ga bisa ditahan ini mata (mungkin karena naik kereta semalaman), akhirnya aku terlelap di Kantor. Untung saja tak ada orang, dan saat terbangun aku kaget. Setelah bangun aku lanjutkan lagi pekerjaanku hingga sorenya bertemu Atasan dank e Kos. Malam itu aman, karena mungkin kecapekan.

Rabu pagi sampai sore seperti biasa, rutinitas kantor. Malamnya, keliling kompleks, biasa jalan kaki. Setelah itu ngobrol banyak sama Ibu Kos, dan Mbah yang sedang diuji dengan penyakitnya, struk. Satu hal yang kupelajari dari Mbah, semangatya luar biasa. Insya Allah beliau akan berhaji tahun 2018 karena masih menunggu antrian, beliau rindu sekali dengan Baitullah :’) Beliau bertanya padaku “aku iso kan nduk?” (read: Aku bisa kan Nak?) Beliau takut jika usianya tak akan sampai 2018 :’( Ya Allah..sangat jarang orang yang memikirkan tentang kematian. Ibu juga bercerita Mbah sering bangun sepertiga malam karena dulu sering sholat malam, bahkan saat sakit seperti ini Mbah tetap melakukannya :’) Kata Mbah “lek gak sholat ngono rasane jublek” (read: kalau tidak sholat rasanya pusing). Malam itu kututup dengan berjalan ke Luwes dan membeli peralatan rumah tangga yang kuperlukan.

Kamisnya, pagi tetap seperti biasa, sesuai rutinitas. Siangnya makan siang di Depot Tukri Sobikun. Alhamdulillah, uenak..maknyus..hehe


Ponorogo tak hanya terkenal akan Kebudayaan Reognya. Beberapa kuliner yang diakhiri dengan "khas Ponorogo" adalah Jenang Mirah, Dawet Jabung dan pastinya Sate. Berbicara tentang sate, ada satu Gang di Ponorogo tepatnya Jalan Lawu Gg. 1 yang terkenal dengan sebutan Gang Sate. Di Gang ini kita bisa memilih mana warung/depot yang akan kita tuju karena tiap rumah hampir menjajakan "sate". Yang menarik perhatian saya sejak kemarin adalah warung sate yang jadi langganan Birokrat dan jajaran artis, seperti Pak Jokowi, Pak SBY, Pak ARB, Uya Kuya, Ahmad Dhani, dll (Gb.3). Monggo yang berminat mampir ke Depot Sate Ayam H.Tukri Sobikun di Jl.Lawu Gg.1 No 43k. Soal rasa, mak nyus, alhamdulillah enak. Kalau saya sih YES :D 
FYI: Sate Daging Rp2100,-/tusuk, kalau boleh saran jangan pesan 10 tusuk kalau untuk makan sendiri, karena irisan daging ayamnya gede (Gb.2) dan bisa 3x makan (bagiku) :D
#explore #kuliner #ponorogo
(IG @rescueiffah)
Sorenya setelah pulang Kantor, sholat magrib sekalian di Kantor. Awalnya hanya ingin beli paku, gembok dan kertas aja buat kamar di Luwes dan cari ATM BNI, eh…keterusan jalan kaki terus ke barat sampai ga paham udah sampai mana :D Waktu sampai Pasar Songgolangit, aku terusin aja ke barat soalnya belum ada ATM, menelusuri jalan Urip Sumarharjo dan belok ke jalan Diponegoro. Sudah, disitu aku benar-benar bingung, mau buka GPS cari tempat dulu, karena sepanjang jalan sepi. Akhirnya nemu juga sama warung lalapan, masuk deh dan beli makan. Kebetulan beli makan.hehe Tapi aku bungkus akhirnya takut kemalaman soalnya jalan habis magrib saat disitu udah hampir jam 8. GPS menunjukkan aku hampir jalan kaki 2 km, oh…pulangnya.. Tapi dekat situ sekitar setengah kilo lagi sudah alun-alun. Akhirnya aku lanjutkan perjalananku. Yeyey… ga sia-sia.

Kesalahan saat itu adalah jalan kaki pakai wedges, tas isi laptop :S

Alhamdulillah banyak hal yang kudapat saat itu. Dalam kesendirian kita belajar untuk tidak mengandalkan orang lain, dalam kesendirian kita memiliki waktu berdua dengan Allah yang sangat banyak dan menyadari bahwa terkadang kita lalai dan melupakannya :’(

Alhamdulillah setelah berjalan, sampailah pada Alun-alun Kota Ponorogo dengan eksotiknya. Banyak pedagang pastinya. Akupun berbegas masuk ke Lapangan tengah dan memandang mobil penjual eskrim :3 Nyam..nyam… my favorite ice.

Sembari mengistirahatkan kaki, aku memesan es krim dan ijin duduk di kursi dekat mobil itu. Akupun akhirnya terlibat pembicaraan dengan penjualnya. Alhamdulillah aku belajar untuk selalu bersyukur dengan apa yang kumiliki dan kudapatkan. Baik sepi maupun ramai Bapak ini selalu bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah, tidak menuntut Allah :’)





Setelah kuhabiskan es krim (dan rasanya pengen lagi :S ), serta kakiku sudah enakan buat jalan sendiri akhirnya aku menuju panggung Reog, yang biasanya untuk pentas Reog. Sayang, kamera HP hanya 2MP jadi tidak bisa tampak keseluruhan. Masih jam 8 lebih sedikit, akhirnya aku mampir ke Keraton Ponorogo yang baru diresmikan beberapa hari yang lalu. ^^



Setelah keliling Keraton, aku pulang, takut Kos di tutup. Dan inilah jalur yang kulewati untuk pulang.




Sampainya di Perumahan, aku berulah.hehe Dasar warga baru. Pintu tembus ke Kampung sudah ditutup dan akhirnya diteriaki satpam, mau kemana Mbak. Ya sudah jujur saja mau pulang dan aku tidak menampakkan diri.hehe.. Lucu banget malam itu… sudah baru jadi warga situ tapi tidak mempelajari aturannya. Maaf Pak :S

Pulangnya tepar.. hehe.. Tapi Alhamdulillah malam itu banyak sekali memberikan pengajaran dalam hidupku.

*Masih ada cerita jalan-jalan explore Angkringan Ponorogo, ditunggu ya di episode selanjutnya ^^
***
Nologaten, 15 Mei 2015
Vita Ayu Kusuma Dewi
posted from Bloggeroid

Comments