Menuju Puncak Galau Memang Menggalaukan

Bismillahirrahmaanirrahiim

"Hati-hati dengan kata "TAPI", sebab itu bisa mengikis perlahan jati diri dan ketergantungan di zona nyaman" (VAKD, 2015)

3 bulan merantau, rasanya aku mulai kehilangan satu persatu aktivitas yang biasa ku lakukan, terutama aktivitas selama di Malang, kecuali satu aktivitas yaitu lingkaran untuk saling mengingatkan dijalan-Nya, selain itu hampir punah. Badminton, ngebolang, trip ke bangunan air, hampir semuanya kosong selama 3 bulan ini. Kalau trip  ke bangunan air masih sering namun bukan dalam rangka benar-benar murni dari hati, melainkan sudah menjadi agenda  wajib jurusan.

Betapa aku merindukan sosok-sosok coach dan teman-teman yang mengajakku badminton tiap rabu, padahal masih ada kuliah siangnya. Sandhy, Amel, Mustika, Ike, Nadia, Ifan, Fery, Fajar, Ridwan, Redha, Ratih, Tungga, dan coach dengan quote andalannya "nice", Anggih, dan masih banyak lagi yang mengajariku untuk menekuni  salah satu cabang olahraga ini, meskipun belum mahir, alias hanya bisa-bisaan saja.

Rindu Ngopi di Puncak bersama Ratih, Fajar, Jati, Sandhy, Sadewa, yang janjian jam 12 siang buat muncak ke Panderman malamnya, padahal sore hujan, lalu hampir dibatalkan namun jam 8 malam kita jadi berangkat dan sampai Puncak tengah malam, ngopi, dan paginya turun lagi, setelah itu asistensi. Hehe... betapa parahnya hanya ingin ngopi  dengan suasana yang berbeda.

Kemudian, ngetrip bersama keluarga WRE, biasanya ke Pantai dengan guide Fajar dan Sadewa, ah.. semakin aku ingin berontak karena belum menemukan hal-hal itu disini.

Lalu dengan sahabat mbolangers, Lintang. Janjian H-beberapa jam, tiba-tiba ngetrip, pagi-pagi saat masih sepi bahkan pernah tempat yang kita kunjungi belum buka. Satu keistimewaan, kita selalu ngetrip ke Bangunan Air, Bendungan dan segala macamnya. Hal-hal kebersamaan itulah yang sangat aku rindukan selama 3 bulan ini.

13 November 2015, ba'da Isya. Aku mencoba menanyakan ke salah satu anggota Omda Ngawi tempat untuk latihan badminton, kemudian setelah ditanya kenapa, ujung-ujungnya kuungkapkan kalau perlahan aku kehilangan aktivitasku. Kemudian aku bilang ke dia "berencana besok pagi kabur ngangkot ke Pasar Ciampea terus naik ke bukit Ciampea...".  Dan...tada.... sahabat easy going itu membalas "Ayo mbak, bareng aku ae".

Ye..Alhamdulillah ya Allah. Lalu kususun rencana dan malam itu aku umumkan ke Omda dan grup angkatan tentang rencanaku tersebut. Alhasil, yang merespon hanya grup Omda, itupun Dek Riya. 

Awalnya Dek Riya bilang, "tapi banyak yang harus dikerjakan mbak, tapi...." . Banyak kata "tapi" yang seolah menjadi penghalang untuk melangkah. Ku PM Dek Riya dan akhirnya di ikut. Alhamdulillah ada teman cewek. Singkat cerita malam itu juga kulengkapi persiapan singkat dengan mengecek cuaca Bogor yang serba tak menentu dengan kilat yang katanya nomor satu.

Sempat risau karena prakiraan cuaca pagi akan ada kilat gerimis, tapi malam itu juga kami putuskan untuk tetap melangkah dengan Plan B jika hujan maka batal. Demi keselamatan.

Akhirnya kami janjian berangkat dari Kos jam setengah 6 pagi bertemu di Alfamidi. Sedangkan dengan kawan satunya, Tsabit, janjian di Pos pendaftaran karena dia naik motor sedangkan aku dan Riya naik angkot.

bersambung ke postingan selanjutnya..... 
***
Wisma Wageningen, 14 November 2015
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments