Aku dan GOJEK

Bismillahirahmaanirrahiim
Pagi ini, sesampainya di Stasiun Bogor aku langsung menuju pangkalan ojek karena waktu telah menunjukkan 07.22 WIB, sedangkan kuliahku dimulai 08.00 WIB yang diajar oleh Profesor, jadi aku tidak boleh telat. Hanya tersisa 38 menit lagi dari Stasiun Bogor menuju Dramaga, kalau naik angkot bisa lebih dari 1 jam karena macet.

Ketika di Pangkalan Ojek aku langsung menanyakan harga ojek, hari ini memang sengaja tidak memakai GOJEK karena aplikasinya di HP sudah teruninstall karena penyimpanan memori HP hampir penuh.

Alangkah kagetnya ketika si Abang menjawab "biasa Neng, enam puluh ribu saja". Whatsss.....kaget buat main, kemudian aku tawar dua puluh ribu, tetap tidak boleh, Abang ojek itu tetep keukeh meminta lima puluh ribu. 

Akupun berterimakasih dan segera meninggalkan Abang ojek di Stasiun, bukan apa sih, ada yang lebih ekonomis. GOJEK..iya GOJEK. Meski pangkalan ojek di Bara dan IPB memasang spanduk GOJEK disilang.

Nah, karena aplikasinya sudah aku uninstall maka aku menghubungi rekan di Jabodetabek, dibantulah aku sama Mbak Nita, kawan ENJ Surabaya, dan dipesankan GOJEK dengan harga lima belas ribu.
Suasana di Stasiun Bogor pagi ini

Secara analisis ekonomi anak Kos -sekali lagi anak Kos-, lima puluh ribu dengan lima belas ribu super jauh. Bagi anak Kos tiga puluh lima ribu bisa buat makan 3 hari.hehe...

Maka dari itu kalau tidak kepaksa sekali, dan dengan harga tinggi jika pakai ojek biasa, aku lebih memilih GOJEK. Ini baru dari segi ekonomi sih, bukannya tidak mau memberi rejeki ojek biasa, tapi dengan harga segitu, buat anak Kos berpikir ulang.

Maaf ya Abang ojek...

Akhirnya pagi tadi menembus kemacetan Caringin dan sekitarnya dan sampai kelas tepat pukul 08.00 WIB. Alhamdulillah...tidak telat dan kantong alhamdulillah aman.
***
Ruang Kuliah SIL, 16 Desember 2015
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments