Bismillahirrahmaanirrahiim
Rabu,
9 Desember 2015. Pagi itu aku sedang chat line dengan saudara baru di Bogor,
belum pernah ketemu dan kami berencana akan bertemu di suatu tempat pukul
12.00. Tapi ternyata manusia hanya mampu berencana, Allah yang memutuskan.
Ternyata sahabat saya, Mauli tersebut dipanggil dokter pukul 11.00 ada agenda
lain. Akhirnya Mauli mengusulkan pada saat kita menerima pesan tersebut kita
berangkat ketempat ketemuan kita. Intinya kita usahakan ketemu saja dulu,
semoga waktunya cukup.
Awalnya
sedikit tidak yakin bisa ke Kota dalam jangka waktu 2 jam, karena track record
terakhir ke Kota pakai angkot 3 jam. Tapi pagi itu kuusahakan jam 9 dari Kos
jam 11 sudah sampai di BTM, tempat kami ketemu, meski naik angkot.
Alhamdulillah perjalanan lancar dan macet parah di Daerah Gunung Batu, padahal
waktu sudah hampir setengah 11. Tidak
enak juga sama Mauli yang sudah sampai dahulu di BTM, padahal dia dari arah
Cibinong. Alhamdulillah Mauli sabar dan paham kondisi jalan. Alhamdulillahnya
lagi, meski macet Aa’ sopir tancap gas setelah melewati stasiun, Alhamdulillah
sekitar jam 11 beneran sampai di BTM dengan sambutan view Gunung Salak yang
indahnya luar biasa.
Awalnya
tidak mengenali Mauli, meskipun sudah dikasih tanda-tanda, tapi akhirnya ketemu
juga. Kami say hello, sharing, dan langsung akrab padahal baru pertama bertemu.
Hehe.. Mauli ini salah satu anggota Hijaber United Bogor, dan ketemuan kami
dalam rangka persiapan acara yang in syaa Allah dilakukan tanggal 13 Desember
nanti. Alhamdulillah.. Mauli juga memahami karakterku yang ceplas ceplos.hehe..
Terima kasih shalihah ^^
Ternyata
Mauli ini juga orang Jawa, duh klop kompak deh akhirnya, hanya masa kecilnya
berpindah-pindah, Kebumen, Cilacap, Bogor sudah dijelajahi, dan sekarang
bekerja sebagai apoteker. Sukses dan barakah ya Mauli, senang bisa sharing sama
kamu. Satu pelajaran hari itu adalah masalah waktu, bagaimana kita benar-benar
bisa memanfaatkan waktu, mengefisienkan waktu dan pastinya tidak
menunda-menunda sampai benar-benar luang. Jika kita berusaha dan berdoa pasti,
yakin, in syaa Allah, Allah akan berikan jalan keluar, seperti kasus diatas
yang akhirnya Mauli ijin sama Dokter agar sedikit mengundur waktu bertemunya
dan 2 agenda sekaligus jalan, ketemu aku dan ketemu dokter setelahnya.
Konsekuensinya memang ada, capek, iya capek, tapi in syaa Allah capek dijalan
Allah tidak akan terasa.
Nah
setelah Mauli pulang aku masih melanjutkan menikmati makananku yang belum habis
ditemani view Gunung Salak yang indah, dan parahnya ba’da dzuhur aku melihat
pump it up, ya ampun sudah tidak bisa ditahan lagi mana hanya 3500 sekali main.
Hehe… Ini salah satu kelemahanku kalau lihat mesin PIU, pasti ingin main.
Akhirnya kuturuti sekaligus olahraga siang dan hasilnya aku benar-benar
keringetan ngos-ngosan main 2x, Rp7000,- dengan 7 lagu. Hehe… levelnya yang
tertinggi baru 6. Huhu..stag..tidak pernah berubah.
Setelah
keliling-keliling akhirnya memutuskan pulang, takut sore hujan, dan tanpa tanya
aku langsung masuk angkot 02, ya aku tahu persis 02 itu angkot Sukasari –
Bubulak. Awalnya Bapak/Ibu didalamnya sudah sangat akrab, sudah mengira kalau
mereka adalah satu keluarga. Awalnya biasa saja, lancar, dan keanehan terjadi
saat berada di persimpangan Gunung Batu-Ciomas. Kok angkotnya belok ke Ciomas
ya, padahal arah Bubulak lurus. Aku cek lagi kode angkot benar 02. Positive thinkingku ini angkot karena penuh
mau lewat jalur trabasan karena kalau sore pasti macet, ya sudah aku
benar-benar masih tenang. Kemudian, sampai Ciomas belok ke Perumahan, sudah
mulai merasa lebih aneh lagi, apalagi Abang penumpang dan satu Ibu-ibu keluar
ijin ke Alfamart belanja, dan masih sempat bilang ke aku “Maaf ya teh mampir
dulu”. Akupun mengiyakan, mungkin angkotnya baik hati. Setelah dari Alfamart
benar saja Aa’ sopir nganter penumpang sampai depan rumah, kemudian Abang
penumpang bilang lagi “Maaf ya teh jadi jalan-jalan dulu”, dan setelah ucapan
itu berakhir semua penumpang turun dan tinggalah aku bersama Aa’ sopir.
Kemudian
Aa’ tanya dengan bahasa sunda yang intinya kalau aku pahami, “Teh, ga turun
juga?”. Ya aku jawab “ga A’ turun Laladon atau Bubulak A’”. Si Aa’ terkekeh
“Oh..teteh bukan saudaranya penumpang tadi. Punten ya teh jalan-jalan dulu
jadinya si teteh”.
Jujur
pengen ketawa ternyata aku naik angkot
yang sudah di carter orang, hehe. Tapi si Aa’ baik, akupun ga mau perjalananku
sia-sia, ya sudah aku wawancara Aa’ yang asli Bandung tapi suka narik Angkot di
Bogor ini. Ya hitung-hitung aku tahu tempat baru gratis walau pakai angkot.
Sepanjang jalan kita masih ketawa gegara kejadian Aa’ yang ngira aku
saudaranya yang nyarter dan aku yang ngira itu angkot umum makanya aku boleh
masuk. Alhamdulillahnya di pertigaan Gunung Batu ada penumpang yang mau kearah
Laladon jadi akupun tidak jadi diturunkan ke Gunung Batu.
Aa’
sudah kerja jadi sopir angkot 4 tahunan. Akupun tanya kenapa A’ mau nyopir
angkot, padahal Bogor kebanyakan angkot daripada penumpang. Kata si Aa’ “nyaman
Teh sudah, saya mah ga betah naik mobil pribadi, saya pernah kerja di Restoran,
pernah jadi sopir, tapi akhirnya lebih lama di angkotnya. Saya juga baru bisa
nyetir di Bogor”. Sebenarnya Aa’ pakai bahasa sunda campur, jadi dialognya saya
translate saja ya, hehe, takut salah nulis bahasa sunda.
Aa’
tersebut juga masih sering pulang ke Bandung, kadang juga menerima jadi sopir
ke Jawa, yang biasanya sampai 2-3 malam. Intinya mah Aa’ mau nglakuin kerja
apapun asal halal. Itu yang aku tangkap, waktu ngomongin setoran si Aa’
kelihatan banget kalau dia “nerima”, intinya penghasilan berapapun disyukuri
dan cukup, kata si Aa’. Alhamdulillah kita juga bicarain kondisi Bogor dan
Bandung, intinya mah aku dapat ilmu. Berasa ngabaikan penumpang lain, hehe..
Maaf ya Aa’ banyak nanya, penumpang aktif.
Itulah
jalan-jalan sore yang tak disengaja, dan sesampainya di Bubulak aku pindah
angkot Kampus dalam dan melanjutkan perjalanan. Terima
kasih ya Allah atas kesempatan yang Engkau berikan, banyak pelajaran yang
sangat berguna bagi kehidupan dari hal-hal sepele dalam perjalanan. Semoga aku
menjadi hamba yang bersyukur bukan kufur. Aamiin…
Buat
sahabat semua, apapun yang kita jalani saat ini, nikmati dan syukuri, karena
bukan seberapa banyak uang yang kita miliki, tapi seberapa besar kita
mensyukuri segala anugerah dan nikmat dari Ilahi.
***
Puri
Fikriyyah, 10 Agustus 2015
Vita
Ayu Kusuma Dewi
Comments
Post a Comment
Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^