Bismillahirrahmaanirrahiim
Setelah menikmati perjalanan di hari pertama seperti yang kuceritakan di Day 1: Branti-Kota Metro-Bumi Nabung, hari kedua di Lampung kunikmati dengan berkeliling keluarga di Kampung Sri Kencono.
...“Dan bertakwalah kepada Allah yang kalian saling meminta dengan nama-Nya dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan"... (QS. An-Nisa [4]:1)
Setelah Subuh rumah Mbah Sati sudah digebrek saudara dari Bu dhe Parti, yey...ternyata memang benar aku jadi rebutan.hehe.. Akupun diintrogasi bagaimana bisa sampai Lampung sendirian.Tenang Pak dhe, Bu dhe..mbolang...
Kemudian perlahan satu persatu saudara datang, dan pukul enam pagi kiranya, semua saudara sudah kumpul. Wow...warbiyasahhhhh...
Pagi itu kami habiskan saling bertukar cerita satu sama lain, pun tak luput juga masih dijelaskan silsilah keluarga yang aku belum paham. Disela-sela mengobrol ibuku yang di Jawa telepon, akhirnya saudaraku bergantian telepon dengan ibu. Ohys..pagi itu kami ditemani beberapa toples kerupuk Ponorogo dan kripik sukun, tak lupa duku yang sangat digemari anak-anak pagi itu. Kemudian kami sarapan pagi bersama, walau lauknya biasa tapi kebersamaan membuatnya luar biasa.
Ada pemandangan menarik, mainan adik-adik di SK1 ini masih tradisional, bahkan masih ada yang punya gembot. Tahukah kawan apa itu gembot? Itu loh yang mainan dipencet-pencet modelnya seperti handphone tapi tidak pakai listrik. Sayangnya tidak bisa mendokumentasikan mainannya karena handphone aku tinggal di kamar selama bertemu keluarga.Quality time -lah, karena kalau ada handphone, kebersamaan itu akan terasa berkurang. Kemudian aku juga ikut main masak-masakan yang isinya peralatan dapur lengkap.hehe...asyik kan mainan jaman dulu, masa kecil mereka terselamatkan, bedanya kalau di kota kebanyakan sudah pakai gadget.
Disela obrolan keluarga tersebut, datang 2 anak, tetangganya Mbah Sati. Kedua anak itu sekarang tinggal dengan bapaknya karena ibunya pergi ke Jakarta dan tidak mengurus anak itu sejak kecil. Waktu aku tanya "ibu dimana dek?", anak lugu perempuan itu menjawab "mati". Ya Allah..miris rasanya mendengar, karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang ibunya, dia menganggap ibunya meninggal, padahal ibunya di Jakarta. Wahai para ibu, ingatlah betapa mulianya tugasmu, mendidik, yang derajatnya lebih tinggi daripada pekerja kantoran meskipun gajinya besar. Ingatlah bahwa dari wanitalah akan lahir generasi-generasi terbaik yang akan meneruskan perjuangan kita dan menegakkan sesuai syariat-Nya. Jangan sampai kita meninggalkan kewajiban kita sebagai istri dan ibu hanya karena pekerjaan ya. Ini peringatan juga buat aku :'(
Tak terasa obrolan banyak kami menghantarkan hingga pukul 09.00 pagi, sebelum kami bubar ada satu insiden, ada salah satu anak yang hidungnya kemasukan gagang bunga, semuanya panik dan mencoba mengeluarkan batang kecil tersebut. Namun setelah diusahakan tetap saja belum bisa keluar dan mungkin sudah tertelan dari hidung ke tenggorokan. Ini juga peringatan buat para orang tua untuk selalu mengawasi apa yang dikerjakan anak terutama saat main.
Pukul 10.00 akupun memutuskan untuk memulai roadshow kekeluargaan dengan berkunjung ke tempat tinggal satu persatu saudara, sebab aku sendiri tidak enak kalau tidak mampir, mumpung sudah sampai Lampung dan mereka sangat antusias sejak kedatanganku dan bela-belain pagi itu mereka berkumpul di rumah.
Roadshow rumah Bu dhe Sum
Rumah pertama adalah rumah Bu dhe Sum. Sederhana, kami hanya ngemper, dan saling bercerita. Ah...entahlah aku merasa nyaman walaupun hanya di rumah dan berbincang, sepertinya memang mengeratkan persaudaraan itu sesuatu banget. Bagi orang lain biasa saja, tapi bagiku, ini sunggu investasi luar biasa sebelum terhalang usia. Di rumah pertama ini aku juga belajar bersyukur. Anak Bu dhe Sum sangat ingin melanjutkan kuliah, namun apa daya karena alasan ekonomi sekarang anaknya belum bisa lanjut, masih kerja terlebih dahulu.
Alhamdulillah...anaknya mengetahui keterbatasan orang tuanya dan tidak menyerah. Akhirnya aku sharing tentang beasiswa disini, banyak hal yang aku sharingkan. Mungkin buat yang lain dan aku sendiri, pengalaman beasiswa di Kota besar itu biasa saja, tapi bagi orang di Kampung ini, mereka sangat menyimak dan banyak bertanya, katanya mereka tidak tahu bagaimana mengurusnya. Ya Allah, padahal banyak jalan untuk mendapatkan beasiswa, tapi belum semua orang mengetahuinya.
Hai kawan-kawan yang malas kuliah? Banyak loh diluar sana yang pengen kuliah tapi banyak kendala, tidakkah dengan statusmu sebagai mahasiswa engkau lebih bersyukur dan tidak mengeluh untuk menjalani hari-harinya?
Sejujurnya sejak rumah pertama kusinggahi ini aku merasa hidupku sedikit semakin berarti, meskipun hanya sekedar cerita beasiswa, namun bisa membuka wawasan baru bagi mereka. Bahagia itu sederhana bukan?
Roadshow rumah Bu dhe Taji
Mbah Sati segera mengajakku untuk ke rumah kedua, rumah Bu dhe Taji. Berbeda dengan yang pertama, di rumah kedua ini aku banyak berbincang mengenai seluk beluk kenapa keluarga Mbah Sati dulu ikut transmigrasi. Ya, jadi belasan tahun yang lalu, tepatnya 1977, Mbah Sati dan Mbah Kemis ikut program transmigrasi karena tak ada lahan di Jawa, mulai dari situlah akhirnya mereka menetap di Lampung Tengah ini.
Kabupaten Lampung Tengah sendiri telah mengalami pemekaran menjadi Lampung Tengah, Lampung Timur dan Kota Metro, begitujuga dengan Kampung Sri Kencono (SK1) , tahun 2015 lalu telah dimekarkan lagi dengan adanya Kampung Sri Kencono Baru (SKB) yang hanya terdiri dari 1 dusun. Lampung Tengah ini aku bilang unik karena ibaratnya miniatur "Indonesia Mini", setelah membaca sejarahnya di website Pemerintah Daerahnya di portal Lampung Tengah. Beberapa suku-suku di Indonesia hidup berdampingan di Lampung Tengah, karena dulunya wilayah transmigrasi.
Perjalananku lanjut ke rumah ketiga, tidak terlalu jauh juga, masih satu kampung. Disini sekalian aku sholat dzuhur. Ohya..sejak perjalanan roadshow pertama aku kenyang sebab tiap rumah makan, hehe..Rekor makan terbanyak dalam satu hari sepanjang sejarah.
Rumah Bu dhe Parti adalah yang paling dekat dengan ladang, jadi kumanfaatkan untuk mengambil beberapa gambar karena hijaunya padi yang menghampar dan juga singkong dari yang muda hingga yang siap untuk dipanen. Berbeda cerita lagi, kalau disini membahas pendidikan, tepatnya karena anak Bu dhe Parti yang setelah nyantri di Malang, disini jadi guru ngaji. Wah...padahal usianya banyakan aku..huhu..aku aja masih belajar terus..ngiri nih kalau soal pengetahuan agama.
Roadshow Rumah Bu dhe Parti
Aku banyak belajar dari mereka, yang selalu semangat menuntut ilmu apapun adanya dan dengan segala perjuangannya. Pun salut karena mereka mau mengabdikannya.
Ketemu saudara sepantaran #eh
Kemudian setelah puas foto-foto di ladang, akupun bergegas melanjutkan perjalanan, karena masih ada 2 rumah utama yang belum disambangi. Selanjutnya rumah Dik Vita. Namanya sama kan?hehe... Disini aku berguru tentang berkebun. Ayahnya Dik Vita ini sudah mencoba berbagai macam usaha menanam buah. Namun saat ini yang digeluti adalah menanam semangka.
Ternyata panennya kebun semangka itu 7x dalam setahun loh. Wow banget kan, tapi wow juga kerugiannya kalau gagal, Pak dhe pernah gagal dan rugi 13 juta karena ada kesalahan pupuk. Namun karena tak menyerah akhirnya sekarang malah Pak dhe dapat kesempatan mengajari petani semangka lainnya, karena beliau dianggap telah berhasil dan tahu bagaimana menanam dan merawat semangka hingga menghasilkan.
Kata Pak dhe satu hektare lahan bisa menghasilkan 36-40 ton semangka. Pak dhe juga pernah merasakan menjual semangka dari harga Rp1400/kg hingga Rp6000/kg. Tergantung musim katanya. Nah satu hal yang aku pengen setelah pulang dari rumah Dik Vita. Makan semangka? Bukan.. Foto dengan pakaian adat Lampung beserta sigernya, efek setelah lihat foto pernikahan Dik Vita.hehe...Rencananya setelah rumah terakhir aku akan berkunjung ke sebuah rumah yang memiliki baju adat Lampung lengkap
Diperjalanan siang itu...padi menghampar
Perjalanan selanjutnya ke rumah Mas Agus,ini juga mewarisi keahlian Ayahnya, menanam semangka. Di rumah Mas Agus aku antusias sharing pengalaman naik pesawat dengan Mbah yang ada di rumah Mas Agus. Naik pesawat? biasa aja kali. Iya biasa memang, tapi bagi mereka luar biasa. Mereka masih berpikir bahwa pesawat itu miliknya orang berduit. Padahal kita kan tahu kalau sekarang banyak promo pesawat, akupun ke Lampung karena promo.
Mereka antusias bertanya mengenai bagaimana kalau didalam pesawat, ada toilet tidak dan pertanyaan lugu lainnya. Kemudian aku juga memberikan perbandingan naik pesawat dan bus, terutama tentang harga dan bagaimana memesan tiket pesawat. Lagi-lagi sederhana kan, tapi jangan salah, sederhana bagi kita, luar biasa bagi mereka, makanya kita harus saling berbagi walau sederhana menurut kita sendiri.
Roadshow rumah Dik Vita #namanyasama
Tanpa terasa sudah hampir magrib dan kamipun berpamitan. Benar saja, setelah dari Mas Agus, aku, Dik April dan Dik Ikhfa berburu baju adat Lampung. Kami datang ke rumah Mbak Sri, salah satu warga dusun sebelah. Sekitar 7 menit perjalanan sampailah kami, tapi ternyata Mbak Sri masih ada acara diluar dan kamipun memutuskan menunggu.
Sudah hampir jam 18.00 lebih, Mbak Sri belum pulang, akhirnya kami memutuskan pulang dulu nanti akan balik setelah isya', toh kami juga belum mandi.hehe... kan sayang mau foto. Kamipun kembali ke rumah Mbah Sati.
Sesampainya di rumah Mbah Sati aku segera berberes dan mandi dan menunggu Dik Ikhfa untuk kembali ke Mbak Sri. Ketika aku mau berangkat, ternyata hujan. huhu... Allahumma shoyyiban nafi'an
Aku tak mungkin memaksakan perjalanan karena hujan lumayan lebat dan petirnya menggelegar, akhirnya aku menunggu reda namun ternyata sampai malam tak kunjung reda, sedangkan esok hari tak bisa lagi karena harus kembali. Ok, fix..ikhlaskan baju adat Lampung dan sigernya..huhu
Disela hujan datanglah Mbak Aya, anak Bu dhe Sum. Ternyata siangnya Mbak Aya kerja dan dia ingin bertemu denganku. Terharu, sungguh sangat terharu bagaimana mereka memperlakukanku sebagai saudara mereka. Diluar hujan dan kamipun akhirnya saling berbincang pengalaman sembari nyemil kerupuk di toples sampai habis.hehe..laper ya
Roadshow rumah Mas Agus
Hari kedua di Lampung banyak memberikan kesan berarti, khususnya aku merasa "lebih berarti". Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain? Meskipun hanya saling getok tular ilmu tapi in syaa Allah itu akan bermanfaat buatku pribadi dan orang lain. Sederhana memang, bukan bahasan berat seperti politik, namun ternyata kesedehanaan itu adalah hebat menurut mereka. Membuat mereka mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahui.
Titip salam buat adminregis FIM 18
Aku bersyukur, bahwa Allah masih memberikan umur. Semoga bisa terus bermanfaat di jalan-Nya. Untuk kawan-kawan semua, dalam segala hal yang kita miliki, ada hak orang lain yang perlu ditunaikan. Kiranya kita punya ilmu, yuk mangga kita bagikan, kita punya rejeki uang, sedekahkan. Ada banyak cara untuk berjalan mendekatkan diri dengan Allah SWT, pun cara kita mensyukuri nikmat-Nya, salah satunya dengan berbagi. Semoga harimu dan hariku lebih berarti dan diridhoi Ilahi ^^
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah).
***
Puri Fikriyyah 12 Februari 2016
Vita Ayu Kusuma Dewi
Senangnya ketemu dengan banyak keluarga. ^^ Suasananya juga asri banget di sana.
ReplyDeleteAlhamdulillah iya mbak setelah belasan tahun tidak ketemu.hehe... Alhamdulillah juga suasana emang asri bgt mb
Deletewah seru neh roadshow keluarga
ReplyDeletesangat menyenangkan bisa menjumpai keluarga dan kawan
tempatnya seger
Alhamdulillag kak iya nih senengnya melebihi jalan2 ketempat wisata.hehe.. Iyap kalau tempat masih asri bgt banyak ladang
Delete