Day1:Branti-Kota Metro-Bumi Nabung

Bismillairrahmaanirrahiim
Alhamdulillah hari ini sudah kembali beraktivitas di Bogor, tepatnya di Kampus tercinta mencari wifi. In syaa Allah akan kuceritakan perjalanan kekeluargaan selama 3 hari ke Lampung.

Sebelum keberangkatan
Perjalanan ke Lampung ini berawal dari keisengan saat mencari tiket pesawat di Traveloka sembari menunggu dosen. Saat itu aku bersama Mbak Elda dan Ucrit, kucing kesayangan banyak orang. Pada saat itu aku kaget karena ada promo tiket pesawat Garuda Indonesia ke Lampung seharga bus. Mbak Elda adalah kakak tingkat di SIL yang asli Lampung, dan katanya itu sangat murah, akhirnya tanpa pikir panjang aku segera memesan dan mentransfer uangnya.

Perjalanan ke Lampung sudah lama kuimpikan. Sebenarnya sangat ingin ke Way Kambas, Teluk Kilauan, Pulau Pahawang, dan tempat hits lain di Lampung. Sembari perjalanan itulah aku ingin mampir ke Rumah saudara di Lampung, sebab di Lampung ada saudara dari Mbah  yang dulu transmigrasi kesana. Selama ini baru 3 orang dari keluarga Jawa yang berkunjung ke saudara Lampung, alasan utamanya keluarga Jawa adalah faktor ekonomi. Maka dari itu, aku ingin mengunjungi mereka untuk menyambung kembali persaudaraan.

Rencananya karena tanggal 2-8 aku masih libur dan itu long weekend banget, solo trip ke Lampung ini aku rencanakan sambung ke Palembang-Bangka-Belitung. Jadi 2 hari di Lampung menemui saudara, kemudian melanjutkan perjalanan kereta api Lampung-Palembang seharga 35000 dan menginap di tempat teman S2, Riani. 2 hari explore  Palembang kemudian perjalanan laut menggunakan kapal dengan waktu tempuh 4 jam, disini ada saudara Mbak Riani yang dulu pernah menawarkan kalau ke Bangka bisa explore di dekat tempat tinggal beliau. Di Bangka 1 hari lanjut perjalanan laut explore Belitung selama 2 hari dan kembali ke Bogor dari Belitung dengan tiket hanya 300000an. Makanya saat awal itu tidak langsung membeli tiket pulang karena ingin sekalian explore tempat-tempat tersebut.
Kalau dari Kota Metro ingin ke Pahawang lumayan jauh

H-7 hari berangkat ternyata aku demam tinggi sampai H-2 berangkat, H-1 berangkat diberitahu kalau sabtu harus stay karena sesuatu hal, makanya liburan hanya tinggal 3 hari. Ok, akhirnya kuputuskan untuk ke Lampung saja, yang penting bisa bertemu keluarga. Itinerary yang aku buat intinya hari 1 quaity time, hari kedua explore Way Kambas, hari ketiga pulang ke Jawa dengan ngeteng atau pindah-pindah bus dari Lampung sampai Bogor.

Estimasi biaya perjalanan ngeteng tersebut sekitar 140000an ribu, dengan rincian:
Bus Bumi Nabung-Rajabasa 50000
Bus Rajabasa- Pelabuhan Bakauheni 30000
Kapal Fery Bakauheni-Merak ekonomi 15000
Pelabuhan Merak-Bogor Bus Arimbi 45000
Angkot Baranangsiang-Dramaga 8000

Jika memakai DAMRI Metro-Bogor harganya sekitar 230000an.hehe...masih lumayan kan buat jajan. Beberapa jam sebelum ke Bandara, ketika di Kampus, aku cek Traveloka ternyata tanggal 4 ada harga tiket 180000 Lampung-Jakarta. Dengan segala pertimbangan terutama waktu, akhirnya aku pinjam Tab Mbak Elda dan segera memesan tiket kepulangan 180000 dari Lampung malam hari, jadi hari ketiga masih bisa jalan-jalan di Lampung, walaupun hanya sekitar Bandara.

Bogor - Bandara Raden Inten II Lampung
Kuawali perjalanan malamku dari Dramaga menuju Baranangsiang di Pool DAMRI. Awalnya mau menginap di Bandara karena takut ketinggalan pesawat. Namun ternyata ada pertolongan Allah, Dik Afifah, adik tingkat SMA, yang Kosnya dekat pool DAMRI , menjadi perantara Allah untuk menampungku semalam. Ceritanya ada di "Memulai Perjalanan" dan Solo Trip ke Kampung Gajah. Paginya, 2 Februari 2016, aku menuju Bandara dan perjalanan Bogor-Bandara hanya sekitar satu seperempat jam, sangat cepat daripada perkiraan. Pukul 05.00 pagi aku sampai dan langsung ke Mushola sekaligus menunggu pukul 06.00. Setelah check in aku menunggu keberangkatan ditemani sarapan pagi, Roti O.
Pemadam kelaparan 


Sembari menunggu aku menulis di note HP dan karena terkoneksi wifi Bandara langsung aku posting tentang "Ayah dan Naik Pesawat Gratis". Alhamdulillah setelah menunggu kamipun para penumpang Garuda Indonesia dipersilahkan masuk pesawat, namun kejadian pagi itu adalah lokasi pesawatnya yang lumayan jauh, jadi muterin Bandara sekitar 5 menit lebih.hehe..bahkan sampai Terminal 3 kalau tidak salah 

Penerbangan Soekarno Hatta-Raden Inten II memakan waktu sekitar 29 menit, jadi jam 08.00 aku dan penumpang lain sudah mendarat di Lampung Selatan. Alhamdulillah kalau di Garuda Indonesia (bukan endorse) pelayanannya sangat bagus, dapat camilan juga. Pada penerbangan kali ini aku request saat check in untuk duduk disamping jendela. Saat terbang setelah melintasi laut, aku melihat karateristik sungai yang luar biasa. Allah menciptakan sungai bermeander itu dengan indahnya.
Cacing pita? Lintasan Moto GP? ini sungai


Cuaca pagi itu berkabut dikarenakan sejak dini hari dilanda hujan, tapi tetap tidak mengurangi keindahan alam ciptaan-Nya.
Disambut Siger dan Gajah

Bandara Raden Inten II ini letaknya di Jalan H.Alamsyah Ratu Prawiranegara km.28, Lampung Selatan, sekitar 1 jam dari Bandar Lampung. Bandara Raden Inten II ini dulunya bernama Pelabuhan Udara Branti, peninggalan Pemerintah Jepang tahun 1943. Nah,  nama Raden Inten II itu merupakan nama Sultan Lampung yang terakhir. Sayangnya aku tidak akan ke Bandar Lampung untuk trip ini, aku langsung menuju Kota Metro, tempat saudara dari Mbah Buyut, Mbah Simah. Jujur aku sendiri tak paham silsilahnya dan ini baru pertama kali bertemu keluarga Bu dhe Yayuk untuk pertama kalinya. Sebelum datang ke Lampung aku memang menghubungi saudara di Lampung, karena memang itu tujuan utamanya.

Bandara Raden Inten II - Kota Metro
Bandara - Kota Metro ditempuh dalam waktu satu jam ke arah utara, didepan Bandara langsung ada bus, jadi tidak usah bingung-bingung ke Terminal. Namun rencana awal untuk nge-bus dari Bandara batal karena ternyata Bu dhe Yayuk menjemput, alhamdulillah sekaligus tidak enak. 

Di Mobil kami bercerita banyak hal, apalagi kami pertama bertemu dan akupun tak jaim.hehe... Bu dhe Yayuk menjelaskan silsilah kalau ternyata saudaraannya dari Bapaknya Bu dhe, Mbah Diyun, kemudian Mbah Diyun itu saudaranya Mbah Simah, dan seterusnya. Disela perjalanan aku diajak mampir untuk makan di tempat Soto yang katanya enak, tapi enak beneran loh setelah dicoba.

Soto..soto..bukan soto Bogor

Setelah makan soto aku langsung diajak ke Rumah beliau yang ada di dekat Koramil Kota Metro. Rencananya sore aku langsung menuju Sri Kencono, Bumi Nabung, tempat saudaraku yang satunya. Kedatanganku di Rumah Bu dhe Yayuk masih jam 9, akupun istirahat sejenak dan banyak ngobrol dengan beliau. Tiba-tiba Bu dhe memberitahu kalau Pak dhe  Marwan mau menjemput di Kota Metro sekaligus biar tahu rumah Bu dhe Yayuk.

Nah, jadi ternyata keluarga Mbah Sati, Pak dhe Marwan ini tidak mengetahui kalau ada keluarga di Kota Metro, karena kedatangankulah mereka tahu dan akhirnya mau sekalian menyambung silaturahim. Kalau dijelaskan silsilahnya semakin rumit.hehe... Susahnya kalau Mbah buyut sudah tidak ada, tidak ada yang menjelaskan silsilah rinci keluarga. Jadi sorenya itu bakal menjadi pertemuan pertama Bu dhe Yayuk dan Mbah Sati. Ah...Allah Maha Romantis...

Padahal katanya Bu dhe Yayuk sering mengadakan penyuluhan ke Bumi Nabung, dan merekapun sudah saling bertemu, tapi mereka tidak tahu kalau masih saudara. huhu..ya Allah 25 tahun berdampingan kota, baru sekarang dipertemukan sebagai keluarga...

Nah, daripada siang kosong aku menanyakan lokasi bangunan air di Kota Metro ini. Kata Bu dhe paling dekat Dam Raman. Sebenarnya aku sudah searching juga dan Dam Raman itu yang ada di Kota Metro. Kalau di Lampung ada salah satu bendungan yang masuk 10 besar di Indonesia, tapi di Kabupaten Tanggamus. Sayangnya belum bisa kesana karena estimasi waktu tidak sampai kesana. Buat teman-teman yang bingung mau kemana selama di Lampung, ini list yang aku gunakan kemarin, yang penting tentukan saja Kabupaten mana, karena antara satu Kabupaten dan Kabupaten lain kalau tempat wisatanya lumayan memakan waktu jika menggunakan kendaraan umum.

List tempat wisata di Provinsi Lampung 

Siang itu aku mengunjungi Dam Raman yang ada di Kecamatan Purwoasri, Metro Utara, Kota Metro. Sepanjang perjalanan menuju Dam ini, dipapan arah aku membaca banyak nama-nama tempat di Jawa yang dijadikan nama di Kota Metro ini, misalnya Pekalongan, Karangrejo, Banjarsari, dan masih banyak tempat bernama sama dengan Kota-kota di Jawa.

Sambil perjalanan aku banyak mendapat cerita dari Bu dhe, katanya kalau di Kecamatan Pekalongan itu sentranya bibit-bibit buah. Bu dhe sendiri sudah di Lampung sejak tahun 1989. Sekitar 15 menit menempuh perjalanan sampailah kami di Dam Raman.
Jangan tertipu, aslinya dalam sekali hulunya

Saat turun ke Dam Raman, Pak dhe berpesan untuk hati-hati. Percaya tidak percaya, Dam Raman ini terkenal angker, sudah ada yang pernah menjadi korban katanya. Hulu bendung yang terlihat seperti dangkal ini sebenarnya dalam, kata Pak Dhe ada sekitar 15 meter. Sayangnya hulu ini hampir tertutup keseluruhan oleh enceng gondok.

Hulu bendung yang terlihat tanpa perawatan, disana ada trashtrack


Dihulu bendung alhamdulillahnya ada trashtrack, jadi air yang masuk ke intake sudah bersih. Luas Dam ini 26 Ha, kalau secara kasat mata aku melihat tipe pelimpahnya OGEE, kolam olaknya tipe USBR.Saat  aku melihat tugu peresmiannya ternyata yang meresmikan Ir.Suyono Sosrodarsono, DR.h.c (delft). Ah...anak pengairan mah pasti tahu siapa bapak ini.

Tubuh bendungnya sudah diamankan

Menurut cerita di Dam ini ada buaya putih sebagai penunggu,wah..tak tahu pasti juga kebenarannya bagaimana, cerita yang banyak berkembang seperti itu, bahkan katanya pernah di liput di Misteri Tukul. Terlepas dari itu semua, kehadiran Dam Raman ini sangat bermanfaat terutama melayani irigasi yang bukan hanya di Kota Metro. Sepertinya sih sepele, tapi kalau lihat manfaatnya itu sangat luar biasa. Ketika aku disana juga banyak anak-anak pulang sekolah yang ngadem dipinggiran intake dan dibawah pohon rindang yang ada.

Nah, masih ingat kan beda bendungan dengan bendung? Masyarakat sering tertukar dalam menyebutnya. Bendung Raman inipun disebutnya bendungan, padahal bendung. Kalau bendung itu bangunan melintang sungai yang fungsinya meninggikan muka air ya guys fungsinya, kalau bendungan dia konstruksi yang  dibangun untuk menahan laju air menjadi tampungan, waduk. Kalau aku berpendapat bendungan itu pasangannya waduk. Menurut ICOLD, bendungan dibagi menjadi beberapa tipe, misal dari segi ukuran (Bendungan besar, bendungan kecil), segi tujuan (single purpose, multi purpose), segi penggunaan (storage dams, diversion dams, detension dams), segi konstruksi (urugan, beton, kombinasi), segi fungsi (primary cofferdam, cofferdam, high level dam, main dam, saddle dam, industrial waste dam, dll) dan segi jalannya air (menahan air (non overflow), dilewati air (overflow)).

Kalau bendung juga banyak macamnya, seperti bendung tetap, bendung gerak dan dari segi konstruksinya ada beton, ada bendung karet, dll. Bendung Raman ini tergolong bendung tetap. 

Puas berjalan-jalan ala watertrip di Dam Raman, aku kembali ke Kota, yang jaraknya sekitar 5-6 km, sembari menunggu sore untuk menjemput Dik Intan, putri Bu dhe Yayuk. Sembari menunggu, ngadem dulu minum es cincau yang laris manis.hehe..
es cincau..sayang gelasnya habis karena rame pengunjung

Es cincaunya enak, murah dan adem diperut.hehe.. Karena rame jadi aku tidak mendapatkan gelas, hanya diplastik. Tak apa, ini sudah sangat cukup, biasanya juga tak pakai gelas. Selain itu aku juga menyantap pisang muli atau pisang gadis. Entahlah rasanya beda dengan pisang susu di Jawa. Kata Bu dhe memang rasa pisang Lampung beda dengan di Jawa.

Pisang muli yang mirip pisang susu

Setelah jam 3 aku berangkat menjemput Dik Intan ke sekolahnya di depan Universitas Muhammadiyah Kota Metro. Kota Metro ini juga terkenal dengan kota pendidikan lo guys, kata Bu dhe sih Kota Metro jadi tujuan anak-anak dari Lampung Timur dan daerah Lampung sekitar Kota Metro untuk melanjutkan pendidikan. Tak heran sih disini banyak Kampus.

Kota Metro ini dulunya merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung tengah. Lokasinya sekitar 45 km dari pusat Bandar Lampung. Nah, jemput Dik Intannya di area Kampus. Dinamakan daerah Kampus karena memang sepanjang jalan banyak berjejer Kampus-kampus seperti UM Metro, STAIN dan ada kampus swasta lainnya, berjejer disana pula ada MAN dan SMP. Pantas saja kalau di angkot juga jurusan "kampus".

Jaman penjajahan Belanda, Kota Metro ini terletak di onder distrik Sukadana, sedangkan pada zaman penjajahan Jepang termasuk dalam wilayah Metro Ken.
Ini saat didepan Masjid Kota Metro

Setelah menjemput Dik Intan, kami langsung pulang. Takut Pak dhe Marwan dari Bumi Nabung sudah sampai. Bu dhe juga menyiapkan makanan, minuman dan apapun yang ada untuk menyambut saudara yang baru sekarang dipertemukan oleh Allah sebagai keluarga. Alhamdulillah ya Allah. 

Akupun tak lupa mandi, sholat dan menunggu kedatangan Pak dhe Marwan, lebih dari 10 tahun kami tak berjumpa. Ini juga diluar rencana, karena awalnya aku ingin naik bus Kota Metro-Gaya Baru. Sekitar setengah 5 kiranya Pak dhe  Marwan datang, dan semua heboh. Kamipun melingkar sambil menikmati es dan menceritakan silsilah keluarga. Indahnya silaturahim...

Aku jadi bingung dengan silsilahnya, karena persaudaraannya dari Mbah buyut. hehe...Alhamdulillah akhirnya tambah saudara di Lampung. Kami bercerita hingga magrib tiba, dan magrib aku bersiap siap menuju SK1, Bumi Nabung. Disinilah aku merubah rencana hari kedua ke Way Kambas dengan agenda keliling di SK1, ingin tahu semua saudara yang ada di Lampung. Ketika mau meninggalkan rumah Bu dhe  Yayuk, diminta esok harinya tidur rumah Bu dhe Yayuk.hehe jadi rebutan..
Sekolahnya Dik Intan 

Mbah Sati bilang kedatanganku seperti hanya mimpi, kalau orang Jawa menyebutnya "mung ngimpi", sebab hanya 2 hari bersih ketemu keluarga, itupun kata beliau tidak cukup kalau untuk berkeliling keluarga di Lampung satu rumah ke rumah yang lain. Setelah magrib kami meninggalkan Kota Metro menuju SK1, Bumi Nabung yang termasuk dalam Kabupaten Lampung Tengah. 

Kota Metro - Bumi Nabung, Lampung Tengah
Lampung Tengah ini Kabupatennya luas, sudah mengalami pemekaran, salah satunya Kota Metro tadi, dan kata Pak Dhe  Marwan masih mau dimekarkan lagi menjadi 3 Kabupaten, mungkin tahun 2020 rencana itu akan terlaksana. Kami melewati jalur Munggur. Awalnya jalannya masih enak namun setelah masuk Kecamatan Rumbia, jalannya benar-benar membuat badan bergoncang. hehe..kok bisa ya..padahal ini jalan satu-satunya menuju Gaya Baru, dilewati bus, truk bahkan tronton dan truk SPBU.

Kalau ingin ke Kampung Sri Kencono ini bisa langsung naik bus dari Kota Metro-Gaya Baru turun di Lapangan SK1. Harganya sekitar 50000. Kampung SK1 ini merupakan Kampung transmigrasi Solo-Jogja. Disini juga ada yang dari Bali, tapi bukan di SKnya, melainkan di SBnya. 
Kampus didepan sekolahnya Dik Intan

Tahukah kawan bahwa Lampung adalah Provinsi Lampung digunakan untuk tujuan transmigrasi yang pertama? Ini bisa dibuktikan dengan adanya Museum Nasional Ketransmigrasian di Kabupaten Pesawaran. Makanya penduduk di Provinsi Lampung ini ada pribumi dan pendatang. Paling banyak di Lampung Tengah, mayoritas sukunya Jawa dan Bali, ada Sunda tapi jarang. Mbah Sati sendiri datang ke Lampung dengan transmigrasi ini tahun 1977, yang dulunya hanya Mbah, sekarang keturunannya banyak karena anaknya Mbah Sati saja ada 5.

Berbicara tentang transmigrasi, dulunya ini merupakan program Belanda bernama Kolonisasi. Menurut referensi yang aku baca, tahun 1901 Belanda memindahkan 155 KK dari Desa Bagelen, Kabupaten Purworejo, DIY ke hutan belantara di Lampung. Orang-orang di Jawa diangkut ke Lampung dengan kapal laut untuk membuka areal pertanian di Lampung untuk kepentingan Belanda. Ini kata sejarah sih sebagai program balas budi Belanda. Eh..jadi berfikir, jadi kenapa Museumnya di Bagelen, Kabupaten Pesawaran, mungkin karena ini tempat pertama di Lampung yang didatangi kolonis atau transmigran.

Sejarah ini pulalah yang menjawab pertanyaanku kenapa sepanjang perjalanan ke Dam Raman siang itu banyak nama-nama Daerah di Jawa yang digunakan di Lampung ini, ya jawabnya karena selain transmigran berpindah ke Lampung, mereka juga membawa nama asal daerah mereka kesini.Hmmmm..pantes namanya Seputih Surabaya, Ponorogo, Solo, Jogja..bisa dikatakan ini daerah mereka dulu sebelum berpindah ke Lampung.

Berasa perjalanan sejarah, karena selama tiga jam di Mobil kami bercerita kenapa dulu Mbah memilih transmigrasi ke Lampung. Kalau estimasi waktu, jika menggunakan mobil pribadi saja ditempuhnya dalam waktu 3 jam, mungkin dnegan kendaraan umum bisa sampai 4 jam, tergantung seberapa lama ngetem.
Bekal dari Garuda masih ada, bisa untuk perjalanan

Tiga jam berlalu dan sampailah aku di Kampung Solo, SK1, Bumi Nabung.Waaaa...aku disambut semua saudara, terharu. Kekeluargaan disini sangat erat, apalagi mereka mendengar ada saudara Jawa berkunjung, malam itu pula meski hampir jam 10, mereka mencariku dan mendengarkan ceritaku menuju ke Lampung. Bahagia itu sederhana ya, saat kita bertemu keluarga..termasuk bertemu denganmu nanti.haha..gagal fokus

Mereka heran kenapa aku berani sendirian mencari keluarga di Lampung. Akupun ketawa ketiwi karena aku menikmati perjalanan ini, seketika malam itu juga aku menjadi rebutan esok hari mau berkunjung ke Rumah saudara yang mana dulu. Kenyataan inilah yang membuatku semakin yakin tidak jadi ke Way Kambas. Way Kambas tak akan berpindah, in syaa Allah bisa dilain waktu, tapi kalau bertemu dengan saudara, bisa jadi terhalang nyawa.

Kami berbincang sampai tengah malam, dan memutuskan melanjutkan esok hari karena takut aku capek. Malam itu sebelum aku tidur aku hanya sempat update "Opening Solo Trip Lampung". Sinyal internet IM3 di Daerah ini lumayan susah, jadi mau upload gambar perjuangan, akhirnya aku putuskan update blog setelah pulang, sekalian ngetik di laptop lebih nyaman.hehe

Sudah dini hari, saatnya malam itu tidur dan esoknya keliling Kampung. Alhamdulillah perjalanan ini menyadarkanku banyak hal. Tentang rencana-Nya akan sebuah pertemuan, kekeluargaan hingga sejarah transmigrasi yang semakin membuatku bersyukur. Perjalanan ini juga menyadarkanku bahwa sebuah perjalanan bukan hanya ketempat wisata yang hits, namun bisa ke tempat manapun baik terkenal atau tidak, yang dapat membuka wawasan baru yang bermanfaat untuk kita dan ketika kita ceritakan kelak. Terima kasih ya Allah atas ijin dan ridho-Mu.
***
Wisma Wageningen, 6 Februari 2016
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments

  1. Wah ... semoga hari-hari selanjutnya punya pengalaman yang lebih berkesan dari hari pertama ^^

    ReplyDelete
  2. Waaah ini panjang sekali mbak postingnya, saran saya sih di pisah pisah biar yang baca enggak capek. Tapi saran aja yaaah ^^
    Semangatnya keren banget buat nulis sepanjang ini.

    Btw yang sungai diatas, awalnya itu cacing. Hahaha. Ternyata itu lintasan sungai dari pesawat ya.

    ReplyDelete
  3. hehe...iya mbak ini mengalir nulisnya waktu di lab, ga nyadar eh pas posting panjang banget..nah kalau mau dipisah masih ada part selanjutnya.ehe

    iya sungai itu mbak, kata temen juga kaya cacing :D

    ReplyDelete
  4. Kearifan lokal seperti ada buaya putih penunggu bendungan bagus juga buat jaga kelestarian alam...masyarakat lebih percaya sm yang begituan daripada diberi pemahaman tentang menjaga kelestarian alam yang berkelanjutan... :D

    ReplyDelete
  5. Iya mbak makanya orang yang sekitar dam ga semena-mena mbak, tapi masih ada anak2 muda, smeoga saja mereka mengetahui kearifan lokal.hehe:D

    ReplyDelete
  6. Es cincaunya,,,seger banget tuh kayaknya......

    ReplyDelete
  7. asyik ngetrip di lampung, banyak juga destinasinya

    ReplyDelete
  8. Sebuah catatan perjalanan yang menarik.
    Moga saya dapat ber 'holiday' atau shopping2 di Indonesia nanti ya..

    ReplyDelete
  9. kak wahab : segar sekali kak, apalagi kondisi panas dan cuaca mendukung buat minum es.hehe adem-adem seger...

    ReplyDelete
  10. kak wong crewchild: iya kak unjungi aja semuanya :D saking banyaknya sampai bingung mau kemana :D

    ReplyDelete
  11. Kak Fidah : Aamiin kak..semogs egera bisa holiday sambil shopping2 :D jangan lupa ajak aku ya kak :D

    ReplyDelete
  12. Waaaa :D baru day1 aja udah panjang begini ya harimu :)) besok day 2 dan seterusnya gimana ya :D

    ReplyDelete
  13. hehe..day nya ga selesai selesai nih kak. lebih berwarna yang pasti :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^