Bismillahirrahmaanirrahiim
Ada saatnya kita akan menyadari bahwa yang kita cari ada didekat kita sendiri [VAKD, 2016]
26.03.2016.
Aku ingat betul pertanyaan teman di kelas ketika usai kuliah, “akhir pekan ini
mau kemana Vit?”, kemudian aku jawab “Kosan Mbak, capek, mau istirahat”. Waktu
aku menjawab seperti itu, teman tak percaya gara-gara selama bulan maret, tiap
weekend atau hari libur pasti ada saja trip, walaupun beda yang mengajak.
Begitu juga sabtu pagi kemarin, ternyata tidak jadi istirahat di Kos, setelah
hari jumatnya menghabiskan waktu bersama kawan-kawan WRE Jabodetabek sampai
malam.
Malamnya masih di Jakarta meet up dengan WRE Jabodetabek
Sabtu
pagi, dengan koordinasi singkat bersama Dik Riski, Forsmawi Bogor, akhirnya
kami berangkat untuk ke Puncak Batu Roti atau Puncak Roti, Gunung Roti yang
terletak masih satu kawasan Bukit Kapur. Alhamdulillah tanpa basa-basi langsung
eksekusi. Sudah mencoba mengajak beberapa anggota Forsmawi lainnya, namun
mereka ada kegiatan di Kampus. Akhirnya tetap berangkatlah walaupun berdua.
Mungkin
Puncak Batu Roti ini belum terlalu terkenal dimata netizen. Soalnya aku taunya
dari Bang Heri yang waktu itu ngajak naik, tapi sayang malamnya hujan jadi aku
tak berani. Kemudian aku search di internet yang muncul hanya satu artikel
saja. Berawal dari rasa penasaran itulah akhirnya perjalanan pagi kemarin
terlaksana. Kami bertemu di depan BNI IPB jam setengah 8 dan langsung naik
angkot kearah Leuwiliang. Didalam angkot ada seorang ibu dan beliau bertanya:
“mau
naik gunung Teh?”
“Iya
bu, ke Puncak Roti” jawabku
Waktu Bang Heri naik beberapa pekan lalu...
Kemudian
ibu tersebut bercerita bahwa beliau-lah yang berjualan diatas, tapi hari sabtu tersebut libur jualan dulu karena mengantar anaknya sekolah. Kata Ibunya malam jumat
banyak yang camping, diantaranya ada yang dari Pademangan 9 orang. Sepanjang jalan kami berbincang, pun Dik Riski
yang menanyakan jalur. Ibu tersebut menyarankan lewat jalur terjal karena lebih
cepat, sebab yang jalur dibuat baru jaraknya 3x lipat katanya. Ok, penasaranpun
bertambah. Setelah ibu tersebut turun dari angkot, kamipun turun dari angkot.
Petunjuk
Arah
Kalau
start dari IPB, naik angkot jurusan Leuwiliang turun depan Indomaret Cikampak
atau pertigaan kearah Gunung Bunder. Patokannya didepan pertigaan ada Alfamart,
disamping Indomaret ada RM.Padang Harapan Bundo (jika belum berubah ya). Ongkos
angkotnya hanya 3500. Jika start dari non-IPB, bisa naik angkot yang kearah IPB
khususnya ke Leuwiliang warna angkotnya biru.
Ini Indomaret Cikampak dan RM.Padang Harapan Bundo
Sesampainya
di Indomaret Cikampak, kamipun memutuskan makan pagi terlebih dahulu di
RM.Padang Harapan Bundo. Ya, memang naik Puncak Batu Roti ini kami santai,
sebab sabtu tersebut kami tak ada acara di Kampus. Hanya ada tumpukan tugas
kuliah yang sudah tersentuh namun dihadang jenuh, tapi ke alam dahulu untuk
menghilangkan peluh.
Jalan
masuk ke Puncak Batu Rotinya ada di seberang RM.Padang Harapan Bundo, lurus aja
mengikuti jalan hingga bertemu sebuah makam. Nah dari makam itulah terlihat
puncak Gunung Rotinya dan terlihat ada monyet bertengger diatas batu tertinggi
tersebut. Hmmmm....jadi teringat lagi puncak kehidupan pertama, mati. Seperti kisah Rob
Hall yang meninggal di Mt.Everest karena hipotermia, padahal beliau sudah
sering mendaki Mt.Everest, pun Yasuko yang di film Everest, meninggal di
Mt.Everest setelah menggenapkan seven summits. Pun masih banyak contoh orang
yang meninggal sesuai dengan kesukaannya. Ya Allah, sejenak berdoa, matikanlah
aku dan seluruh pembaca blog ini dalam keadaan yang Engkau ridhoi. Jauhkanlah
kami dari siksa api neraka :’(
Puncak kehidupan dan Puncak Batu Roti
Ok,
lanjut setelah makam akan kita temui kebun jati. Ini mirip seperti startnya
Puncak Galau, gunung kapur Ciampea. Ceritanya ada
di Puncak Galau, Bukit Kapur Ciampea
Jalur
Kebun
jatinya bersih dan tenang sekali, ada satu warung disana dan lengkap dengan 2
anjing penjaga yang sepertinya sudah jinak. Jika membawa motor maka parkirnya
di depan warung ini. Setelah menaiki undakan tanah, kami sampai di pos bawah.
Warung di Kebun Jati
Undakan menuju basecamp
Di
Pos tersebut ada beberapa saung, ada seorang Bapak yang terlihat sedang
membersihkan lingkungan sekitar saung. Kamipun ijin naik dan membayar retribusi
5000/orang. Kamipun juga diberitahu ada 2 jalur serta batas jangkauannya hanya
sampai di Goa AC.
“Yang
lewat sini banyak pemandangannya Teh, kalau lewat sana terjal tapi cepet
sampai” kata Bapak tersebut.
Pos basecamp
Sedikit
berdiskusi dengan Dik Riski, akhirnya kami memutuskan untuk naik lewat jalur
banyak pemandangan, dan turun lewat jalur terjal. Biar adil.hehe...hidup ini
memang selalu dihadapkan dengan beberapa pilihan ya, tergantung bagaimana kita
memutuskannya, dan semua pilihan ada konsekuensi yang harus
dipertanggungjawabkan.
Selamat memulai perjalanan ke Puncak Batu Roti...
Sambil
menikmati pemandangan kami terus berjalan. Disini kembali aku ulang, jika dalam
perjalanan aku istirahat , Dik Riski lanjut saja, karena aku sadar diri tentang
tubuh ini. Pasti tau sebabnya kalau sering baca cerita di blog ini.
Alhamdulillah, Dik Riski memahami. Memang sepanjang perjalanan naik
pemandangannya keren, Maha Kuasa Allah yang telah menganugerahkan alam yang
indah untuk Indonesia.
Kiranya
sekitar 10 menitan berjalan kami menemui batu besar. Kami kira masih lanjut perjalanan
ternyata itulah Puncaknya, tapi harus naik batu besar tersebut. Nah, untuk
terakhir ini haruslah sangat berhati-hati, karena untuk sampai Puncaknya harus
semi merayap di batu. Ingat, banyak jurang dan rawan. Jaga keselamatan ya, jika
dirasa sangat membayakan diri, jangan naik, cukup dibawahnya batu-batu sudah
banyak view menarik.
Tanjakan batu terakhir..hati-hati..
Tanjakan terakhir dilihat dari atas
Alhamdulillah,
bisa naik, dan meski ditutup kabut karena hujan semalam, ciptaan Allah tetap
sangatlah indah. Viewnya bebas, termasuk bisa melihat aktivitas galian C untuk
pengurukan jalan yang ada disisi gunung kapur. Kalau sedang beruntung, jejeran
gunung Halimun-Salak, Gede-Pangrango akan kelihatan dari sini. Jadi saran saja lain
kali kalau memang bisa ditunda, jangan kesana pas kabut.hehe...
Alhamdulillah atas ijin Allah...
Tetap indah meski kabut...
Salah 2 dari anggota Forsmawi kabur sejenak..
Alhamdulillah
diatas tidak ramai, bisa bebas. Lah hanya berdua, sampai akhirnya da 3 siswa SMP
menyusul. Kamipun sarapan bersama, yey...niatnya nunggu sampai kabut pergi tapi
ditunggu sampai jam 10 tetap masih kabut, akhirnya kami turun ke saung, tempat
ibu yang di angkot tadi berjualan. Setelah aku dan Dik Riski turun ke saung,
ada banyak anak SD datang. Hmmm....aku dulu waktu SD belum main ke gunung.
Kenalnya baru SMA pas ada acara organisasi, naiknya baru kuliah.hehe
Bisa dipakai untuk ngecamp
Aku
dan Dik Riski turun ke saung dan di saung itu kami membicarakan perihal kuliah,
kerja praktik dan apapun yang berkaitan dengan akademik. Disela kami berbincang
kami ingat ada monyet diatas batu saat kami lihat dari bawah, dan beberapa saat
kemudian dari balik batu muncullah seekor monyet dan ia mendekat. Jujur, lihat monyet ingat seseorang, eh
sesuatu...Kamipun makan richeese dan roti bersama. Kemudian saat aku
memasukkan kamera ke tas sepertinya monyet ini penasaran. Kami merasa akan ada
banyak monyet yang datang dan kami memutuskan turun saja. Benar saja, baru beberapa
langkah, saung itu dikuasai monyet, ada lebih dari 8 ekor monyet kalau tidak
salah hitung.
Makan roti sama monyet di Puncak Roti
Kamipun
turun lewat jalur terjal. Ohya, kami memang sengaja tidak ke goa AC, jadi kami
langsung turun. Menurut Bapak penjaga, Goa AC ditempuh 20 menitan dari saung Puncak Batu Roti, kearah kanan.
Goanya sedalam 26 meter, namun pada kedalaman 4 meter sudah dapat menikmati karya
Allah yang luar biasa. Bawa peralatan ya kalau mau turun, atau minta tolong
diantarkan Bapak penjaganya.
Sisi puncak dengan view galian C di Ciampea
Mengenai
jalur terjal, ternyata memang lumayan menguras tenaga kalau berangkat lewat
jalur terjal. 11-12 sama trek Puncak Galau, tapi aku dan Dik Riski sepakat
bahwa treknya masih mudah Puncak Batu Roti daripada Galau, lebih tinggi Puncak
Galau juga.
Nah,
bagaimana proses turun? Tunggu di cerita selanjutnya ya, sekarang bernafas
dulu.hehe...
Next cerita selanjutnya ada di Duo-hiking ke Puncak Batu Roti, Bogor (2/2)
Next cerita selanjutnya ada di Duo-hiking ke Puncak Batu Roti, Bogor (2/2)
***
Puri
Fikriyyah, 27 Maret 2016
Vita
Ayu Kusuma Dewi
Kapan ya bisa muncak begitu :(
ReplyDeletediluangkan waktunya bang :)
ReplyDeleteWih bagus mbak, kemaren tgl 17 saya abis dari puncak batu roti juga, cuacanya cerah dan gak ada kabut, bener2 keren masyaallah
ReplyDeleteAlhamdulillah ya kak dapat viewnya pasti bagus banget... Tapi rame bgt yak 17an.hehe alhamdulillah dapat menikmati... keren banget ciptaan Allah
ReplyDeleteAssakamualaikum...salam kenal mba 😊 mau tanya yaa..untuk sampe ke camp area di bukit roti itu,apa harus lewatin jalur pendakian yg cukup ekstrim? Suami ada rencana ke bukit roti dan bawa anak kami umur 5 tahun. Saya masih pikarpikir bakal kasi ijin atau enggak 😁
ReplyDeleteWa'alaykumsalam wr.wbga mbak kalau ke campnya aja ddket ama parkiran. Kalaupun sampai atas menurut saya gpp..trekingnya singkat haNya 12 menitab mbak..recomended kok :)
DeleteOh gitu ya..sebenernya sy juga diajak. Plus anak kedua umur 2 tahun. Bisa kali yaa emakemak yg seumur-umur blom pernah naik gunung ini coba ke puncak roti? Plus bawa duo krucils. Slama ini paling mentok ke curug aja sih. Hiking beneran blom pernah. Hahaaa ...
DeleteMakanya ini lagi searching sanasini tentang bukit roti. Tapi gak banyak ketemu review nya 😁
Oh gitu ya..sebenernya sy juga diajak. Plus anak kedua umur 2 tahun. Bisa kali yaa emakemak yg seumur-umur blom pernah naik gunung ini coba ke puncak roti? Plus bawa duo krucils. Slama ini paling mentok ke curug aja sih. Hiking beneran blom pernah. Hahaaa ...
DeleteMakanya ini lagi searching sanasini tentang bukit roti. Tapi gak banyak ketemu review nya 😁
in syaa Allah sangat bisa, ibu saya usia diatas 50 juga alhamdulillah bisa naik :)
ReplyDeleteOkedeh mba. Makasi banyak infonya yaa 😊
DeleteOkedeh mba. Makasi banyak infonya yaa 😊
DeleteKak Atika, sama2 kak :)
ReplyDeleteMengenai peralatan, bawa apa aja ya kak? Apakah sama seperti naik gunung2 tinggi atau bawa tas kecil saja cukup?
ReplyDeleteUntuk alat2 yg dibawa apa aja kak? Apakah seperti naik gunung2 tinggi atau cukup bawa tas kecil saja?
ReplyDeleteSeptian Bayu : Task kecil cukup kak trackingnya bentaran aja, dan kalau butuh logistik dekat pintu masukny ada indomaret :) tapi yang penting minumnya ja
ReplyDeleteOke makasih kak atas infonya
DeletePuncak roti walaupun terbilang pendek sunrise nya enggak kalah sama gunung-gunung tinggi di Jawa barat lainnya. Keren Poko NY. Monyet NY juga lucu''
ReplyDeletePuncak Roti : benar banget kaka ^^
ReplyDeletesama-sama kak :)
ReplyDeleteassalamualaikum... senin-jumat dibuka utk umum ngga ya? ada larangan / pantangannya ngga? bisa nyambung ke puncak galau / lalana atau beda pintu ya? terimakasih sebelumnya...
ReplyDeletewa'alaykumsalam. Buka tiap hari kok kak, aman. Kalau mau nyambung beda pintu tapi dekat. Semoga lancar perjalanannya. Postingan puncak Galau ada di postingan terbaru kak :)
DeleteDingin pastinya disana...jadi pengen nyoba kesana
ReplyDeletesok kak kesini asyik bangett looh
Delete