Bismillahirrahmaanirrahim
Alhamdulillah kemarin novel 3 Srikandi yang saya pesan melalui Gramedia online telah datang. Ohya buat teman-teman yang berminat beli, saya sarankan bulan Agustus ini saja belinya, mumpung Gramedia memberi diskon dan potongan ongkir. Kemarin saya hanya membayar Rp38250,- sudah termasuk pengiriman ke Bogor. Ohya kalau untuk filmnya sudah saya tulis disini.
Tadi malam sesampainya di Kos, saya langsung mengambil paketannya di Ibu Kos, sampai kamar langsung membacanya dan diniatkan langsung diselesaikan. Tapi kenyataannya pada halaman 150 sekian, sudah tengah-tengah banget, saya ngantuk bukan main, akhirnya saya hentikan, istirahat dulu dan baru selesai pagi tadi.
“Menghindar bukan solusi, penyesalan bukan penyelesaian” –Namboru, halaman 64
Secara fisik, sampulnya timbul, kertas pada isinya seperti buku biasanya dan ada bonus foto-foto cuplikan film diakhir. Buku ini karangan Sylvarani, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama serta launching bukunya hampir bersamaan dengan tayang perdana film 3 Srikandi. Di sinopsis sudah disampaikan bahwa dalam novel tersebut merupakan kisah tentang impian, kerja keras serta keyakinan yang mengantarkan Indonesia pada medali pertama olimpiade. Poinnya adalah impian, kerja keras dan keyakinan, jadi pemaparan cerita pada olimpiade hanya pada akhir dan tidak mendetail.
“Tuntaskan apa yang belum selesai” –Namboru, halaman 68
Kalau menurut pemaparan di film kemarin, porsi difilm kisah nyatanya 70% dan 30% fiksi. Namun untuk novel ini saya tidak mengetahui pasti berapa persen nyatanya, hanya dituliskan berdasarkan kisah nyata. Novel ini terdiri dari 15 Bab utama dan ada Epilog diakhirnya.
Pada awal-awal membaca, saya seperti melihat filmnya, mirip bahkan ada yang persis sekali. Baru ketika beberapa bab membaca, saya merasakan ada perbedaan antara film dan novelnya. Novel lebih jelas ceritanya, itu pasti. Misalnya pada adegan Bapaknya Yana membanting piala Yana, kalau di film Bapaknya membanting tepat dihadapan Yana, tapi kalau berdasarkan novel, Yana sengaja meninggalkan medali, piala tersebut dimeja dekat Bapaknya, baru ketika Yana akan kekamarnya terdengar suara yang ternyata bukti prestasinya itu sudah tergeletak dibawah.
Kemudian saat Lilies mendapat telepon bahwa orang tuanya kecelakaan, kalau di film kan yang mengantar ke RS hanya Bang Pandi. Berbeda halnya di novel, kalau di novel semua ikut ke rumah sakit kecuali Mang Ujang. Jadi Adang Adjidji, Suma, Yana dan Bang Pandi ikut semua ke rumah sakit yang di Bogor itu. Akhirnya dengan adanya novel ini saya tahu juga darimana asal muasal Denny kok tiba-tiba di rumah sakit.hehe.. Namanya juga film sama novel, saling melengkapi, biar tidak monoton satu cerita.
“Jangan ada ganjalan yang bisa menggoyahkan kebersamaan kalian” -Donald Pandiangan, halaman 122
Saya juga akhirnya mendapatkan jawaban tentang pertanyaan saya sendiri mengenai cinlok antara pelatih dan anak didiknya itu. Intinya penuturan di novel ini menjawab adegan-adegan film yang tiba-tiba muncul. Sedangkan filmnya merupakan visualisasi pada jamannya, misalnya dengan latar 80’an dengan bahasa, pakaian serta keseharian yang ditampilkan.
Saya kira di novelpun akan di jelaskan tentang panahan, namun ternyata hanya beberapa, mayoritas memang menceritakan “kisah” yang dihadapi sebelum menuju olimpiade. Ada beberapa teknik-teknik yang diajarkan Bang Pandi yang diceritakan di novelnya. Yang membuat saya terkesima masih tentang cara unik untuk melatih tim putri.
Eh iya..berdasarkan novel ternyata waktu akan final di olimpiade atlet Amerika tidak sampai kontak fisik dengan Yana yang menyebabkan Yana terjatuh, atlet Amerika hanya menyindir kalau Indonesia ga akan masuk final kemudian karena ga cermat Yana terjatuh. Waktu atlet Amerika mau menolong, Yana gengsi ditolong sama orang yang sudah menganggap remeh Negara Yana. Astaghfirullah..pas nonton kemari suudzon berarti saya.
“Tidak ada yang bisa kita lakukan selain berdoa dan membuatnya bangga” –Donald Pandiangan, halaman 196
So far, bukunya bagus, banyak nilai-nilai motivasi perjuangan, dan nilai sejarah yang diangkat. Saya jadi tahu tentang olimpiade, tentang olahraga panahan, atlet, dan 3 Srikandi aslinya serta aktivitasnya sekarang yang masih loyal dengan olahraga panahan. Novel dan film 3 Srikandi sukses mengedukasi saya.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah..... apa ya passion saya sebenarnya? Nulis, badminton, modelling, nari atau apa? Sebab pada pekan-pekan terakhir 4 hal itu yang membuat saya “rela” waktu istirahat berkurang tapi tidak merasa capek sama sekali. Jika Bang Pandi saja mulai mengenal panahan pada saat bekerja tepatnya usia 20-an, maka bukan hal yang terlambat jika saya ingin fokus dan memberikan kontribusi bagi sekitar pada bidang yang saya tekuni.
Ya begitulah sedikit mengenai isi novel 3 Srikandi, sok yang suka baca segera beli mumpung banyak diskon.hehe..
Semoga bermanfaat ^^
***
Puri Fikriyah, 15 Agustus 2016
Vita Ayu Kusuma Dewi
menurutmu antara novel dan filmnya, bagus yang mana???
ReplyDeleteKalau saya pribadi dari segi konten lebih bagus novelnya.hehe..namun jika tidak terlalu suka baca lebih baik tonton filmnya
DeleteAku belum nonton filmnya mbak, apalagi baca novel, bisalah masuk list abis baca reviewnya
ReplyDeleteBaca novelnya aja mbak sudah mencangkup filmnya.hhe tapi klau mau lihat visualisasinya lewat film bagus juga kok mb aktingnya :)
Deleteooh jadi gitu ceritanya, jadi penasaran.
ReplyDeletewah ada diskon luamyan juga nih, selama bulan agustus masih ada waktu buat beli. hehe.
eh iya salam kenal.
Salam kenal mas adi..beli mas mumpung diskon.hehe apalagi kaya saya ni otak mahasiswa suka diskonan.hhe
DeleteEmang bener mb, novel dan film itu saling melengkapi, tapi di novel lebih diperjelas lagi, saya juga punya novel radit, terus nonton filmnya, eh jadi gak asik, ketebak semua, hahha... berarti film dulu baru novel, eh, bener gak sih, ah, pokoknua gitu lah.
ReplyDeleteBtw, bagus tuh bukunya, walopun filmnya belum nonton sih, ada diskon juga lagi ya, udah lama nih belum ada target baca lagi, hahaha.
Kalau aku sih gitu Yog jadi film dulu baru novel..soalnya pengalaman novel dulu ngerasa kaya kecewa soalnya filmnya banyak kepotong :D beli ajaa mewakili filmnya udahan
DeleteKenapa ya.. kalo film diangkat dari novel, saya lebih seneng baca novel daripada nonton filmnya...tapi yang ini belum pernah baca novel atau nonton filmnya...
ReplyDeleteIya mbak retno mungkin karena lebih detail dan lengkap ceritanya :)
DeleteAku kemaren baru mau nonton ini. Ternyata dimana-mana emang bukunya jauh lebih rinci, ya, kalau soal cerita.
ReplyDeleteEh itu seriusan kena diskon jadi segitu doang buku ama ongkirnya? Aku mau, tapi kali aja buat daerah Bogor doang harganya segitu. Lah aku di Manado :((
Iya ka dev kalau soal cerita memang bukunya lebih rinci tapi kalau seneng sama visualisasi tetep film menang.hehe...iya seriusan..coba cek aja ka kl manado..soalnya ak beli di gramedia online
DeleteKak 3 srikandi diskon 71% pakai tcash..buruan beli kak.hehe
DeleteQuotenya ngena ya mbak, aku belum nonton filmnya :D
ReplyDeleteSalam ekenal mbak vita, aku folwower mu yang ke 212 (ahahahahah jadi inget wiro sableng 212 :D)
Hehe tonton gih mbakhehe..siap mbak makasih..jangan bosen mampir. Hehe.. aku cek dlu mbak takutnya belum follow mbak
Deletenovelnya aku belum baca tapi filmnya sudah nonotn minggu lalu :) boleh juga nih aku baca novelnya jadi bisa lebih menghayal
ReplyDeleteBoleh banget mbak lebih lengkap dari film.hehe mumping novelnya diskon juga.hehe
DeleteAda nilai-nilai perjuangan dan ada nilai-nilai sejarahnya, waaah bener harus baca nih ya...
ReplyDeleteDi usia dua puluhan baru menemukan ketekunan memang tidak ada kata terlambat untuk meraih kejayaan di bidang yang ditekuni itu, setujuuuuuuuu.... :D
Dapet kak nilai2nyaa...sejarahnya juga..hehe kenapa setuju kak..sama ya baru nemu passion di usia 20an.hehe
DeleteKalo lagi down sepertinya film dan novel ini cocok membangkitkan semangat ya. Nonton filmnya bonus lihat Reza Rahardian *eh
ReplyDeleteHaha kak Helen...Pilarez juga? Iyaps kak novelnya memotivasi kak ^^
ReplyDeleteTemanya apaba?
ReplyDeletepanahan kak :)
Delete