Review Film 3 Srikandi: Antara Konflik, Impian, Perjuangan dan Kemenangan

Bismillahirrahmaanirrahim 
Kemarin sore (8/8/2016), saya ke JNE lalu makan di Chick and Tea. Disaat makan itulah hujan lebat mengguyur, mau pulang pakai payung sudah pasti basah kuyup. Akhirnya saya memutuskan ke Kota, naik angkot dari depan tempat makan. Saya berniat menonton film 3Srikandi di Bogor Trade Mall BTM. Saya memilih weekday karena harga yang jauh lebih murah dari weekend.hehe..biasa mahasiswa...

Ini adalah film kelima yang saya tonton di bioskop, film pertama sampai keempat ada dipostingan ini. Sebelumnya, tanggal 5 Agustus 2016 saya melihat talkshow Kick Andy bersama Reza Rahadian, BCL dan 3 atlet panahan Indonesia yang pertama kali mempersembahkan medali untuk Indonesia di ajang olimpiade Seoul tahun 1988. Penuturan yang disampaikan di talkshow tersebut membuat saya penasaran apa yang terjadi pada tahun tersebut di dunia keolahragaan Indonesia. Seperti biasa, saya berniat membaca buku novelnya setelah menonton bioskop.

Rencana cari yang low budget gagal.hehe

Kemarin akhirnya pergi sendiri dan salah angkot. Harusnya ke BTM 02 saya naiknya 03 arah Baranangsiang. Saya lupa kalau mau ke BTM. Setelah hitung-hitungan kalau pindah angkot jatuhnya sama saja,  akhirnya saya putuskan untuk menonton di XXI Botani Square yang dilewati angkot 03. Dijadwal yang saya dapat film dimulai pukul 17.45, tapi biasanya banyak iklan diawal jadi bisa out sebentar bagi yang mau menjalankan sholat magrib. Alhamdulillah bioskop sangat sepi, penontonnya bisa dihitung jari, bahkan 6 deretan terdepan kosong. Cukup ya prolognya, kita ke filmnya. Hehe 

Film 3Srikandi ini di sutradarai Imam Brontoseno dengan produser Raam Punjabi. Kisahnya diangkat dari kisah nyata 3 atlet panahan legendaris Nur Fitriyana, Kusuma Wardhani dan Lilies Handayani serta Robin Hood Indonesia, Donald Pandiangan. Film dibuka dengan quote menarik dari Bapak olimpiade dunia serta koran-koran tempo dulu yang berkisah tentang politik pada tahun 1979. Selanjutnya adegan Yana selepas menang pertandingan panahan namun saat pulang ke rumah, Bapaknya justru menjatuhkan medali Yana. Kemudian berpindah ke agedan Suma di Sulawesi Selatan ditempat kerjanya di Toko sepatu dan dia akhirnya keluar dari pekerjaannya karena lebih memilih latihan untuk menghadapi seleksi pelatnas di Jakarta. Lalu yang paling lucu ini, Lilies yang diperankan Chelsea Islan. Duh ngakak denger Chelsea Islan ngomong pakai bahasa jawa dan hampir dialognya dengan latar Jawa Timur pakai bahasa Jawa. Termasuk ceplas ceplosnya bikin ketawa sepanjang film 

Kemudian muncullah sosok Donald Pandiangan yang diperankan Reza Rahadian. Saya ngerasa ikut geram saat Pemerintah Indonesia memboikot olimpiade Moscow yang berdampak tidak dikirimkannya atlet Indonesia untuk berlaga di olimpiade Moscow. Menurut berita-berita yang ada, Donald Pandiangan atau biasa dipanggil Bang Pandi, menghilang setelah kejadian olahraga yang dicampuradukkan dengan urusan politik itu. Cerita berlanjut, Pemerintah kesulitan mencari pelatih panahan untuk tim putri yang dipersiapkan untuk olimpiade Seoul. Pak Udi akhirnya mencari Bang Pandi  termasuk mencarinya ke diskotik  dan bertemulah mereka di  bengkel motor. Sempat bersikeras namun akhirnya luluh dan Bang Pandi datang dilapangan panahan. Akhirnya Bang Pandi mau melatih tim putri asalkan Dia diijinkan memakai metodenya sendiri dan tidak ada campur tangan organisasi.

Busur dan anak panah, adalah perpanjangan jiwa dan raga kalian [Donald Pandiangan]
Kemudian satu persatu Srikandi itu menghadapi dilema tersendiri ketika berangkat seleksi pelatnas. Yana yang akhirnya tidak pamit ke Bapaknya, dan Ibunya membawakannya mesin ketik agar Yana tetap bisa mengerjakan skripsi. Suma yang ternyata diterima PNS dan Ayahnya lebih senang jika dia jadi PNS, kemudian Lilies yang ibunya kurang setuju jika dia pacaran dengan Wendy sesama atlet. Ada yang menarik, ketiganya berhubungan dengan paradigma orang tua, tentang pendidikan, tentang hidup mapan melalui pekerjaan serta jodoh.

Waktu awal datang di Jakarta seluruh atlet perwakilan daerah berkumpul ada adegan lucu dari Lilies yang telat 7 menit dan mendapat hukuman lari 7x keliling lapangan. Tak berhenti disitu, hukuman untuk latihan sendiri diluar lapangan juga menjadikan kesan "disiplin dan galak"  Donald Pandiangan bagi seorang Lilies. Logat dan tingkahnya itu loh yang ga nahan.hehe...

Menurut saya pribadi, film ini lebih menonjolkan konflik-konflik pribadi dan juga rintangan yang dihadapi sebelum memenangkan medali perak di olimpiade Seoul. Sebab, waktu sudah berjalan sekitar satu setengah jam dan mungkin baru akhir-akhir,  olimpiade Seoul ditayangkan dan tidak terlalu banyak serta tidak mendetail. Namun, walaupun begitu film ini patut dihargai karena kesuksesan itu tidak lahir begitu saja, butuh perjuangan dan pengorbanan. Adegan-adegan selama pelatihan selama di Sukabumi juga menunjukkan cara yang khas dalam melatih panahan ala Donald Pandiangan. Secara logika sepertinya kalau saya pribadi jadi atlet malah membuat tertekan.hehe.. Sebelum berlatih potong rumput, latihannya diatas drum dan diberbagai tempat seperti gunung hingga lautan. Adegan yang penuh filosofi. Tapi juga masih ada unsur komedinya kok, apalagi logatnya Chelsea Islan pas ngucapin “matek” dengan polosnya berasa seperti di jawa.hehe... Agedan lucu lainnya adalah saat 3 Srikandi itu mengendap-endap agar tidak ketahuan pelatihnya namun sayangnya gagal.


Ada satu perkataan yang membuat saya merenung, saat Bang Pandi memberikan libur 3 hari untuk atletnya, namun Yana tidak pulang ke Rumah karena takut Bapaknya ngomel. Saat itu Bang Pandi mengajak Yana menemui wanita yang dicintainya, yang mana itu adalah Tantenya yang merawat Donald. Disitulah Yana bertanya kepada Tantenya Donald, “apakah salah kita mempunyai impian, target seperti itu?”. Tantenya menjawab intinya tidak salah, tapi yang terpenting adalah apa yang kita dapat setelah impian dan target itu tercapai. Jleb... 

Sampai sekarang adegan yang membuat saya penasaran adalah kisah cinlok Yana dan Bang Pandi, sebenarnya kurang paham juga cinlok atau ga tapi seperti digambarkan saling  memiliki rasa. Kan kalau Donald Pandiangan lahir tahun 1945 maka saat pelatnas usianya sekitar 43 tahun, sedangkan Yana berusia 26 tahun. Kalau bumbu-bumbu cinta di film ini ada Suma yang cinlok dengan Adang Adjidjie, pelatih tim panahan putra, serta Lilies yang cinta sesama atlet beda cabang, Wendy. 

Dikehidupan nyata akhirnya Suma menikah dengan Adang Adjidjie serta Lilies menikah dengan Wendy. Film ini juga menggambarkan kegigihan dan konflik batin saat menghadapi pertandingan di Seoul, namun semuanya dapat dilalui dengan kekompakan tim, kerja keras dan hasil didikan disiplin serta tegas seorang Donald Pandiangan. Ada adegan yang membuat saya ikut terpancing sebal saat wartawan meminta komentar 3 Srikandi dan Bang Pandi usai menerima kekalahan di pertandingan perorangan putri. Kalau saya jadi atletnya saya juga akan bilang seperti Yana, “menurut anda bagaimana?” Haha.. sudah tahu kalah, ditanyanya bagaimana perasaan anda. Yuk jadi reporter jangan mati rasa, pertanyaannya jangan seperti itu, apalagi menyangkut perasaan. Eaaa..

Pun ketidakspotifan Negara sebelah yang mendorong Yana sesaat sebelum laga final olimpiade, itu merupakan gambaran singkat bisa saja terjadi dilapangan hal-hal seperti itu dan bagaimana kita menghadapinya itulah yang penting. Saat menggetarkan adalah ketika 3 Srikandi meneriakkan Indonesia berulang ulang hingga di pinggir stadion panahan ikut menggelora. Sayangnya ada yang janggal, masak segitu saja penonton olimpiade tingkat dunia.

Kita tidak boleh menyerah duluan, tidak sampai anak panah terakhir ditembakkan [Nurfitriyana]

Secara ringkas film ini bagus, apalagi momennya pas saat olimpiade di Brazil tahun ini. Kalau ingin cerita lengkapnya bisa nonton dibioskop ya, masih belum mau jadi spoiler dengan cerita mendetail.hehe...

Yang jadi pelajaran adalah saat awal latihan memanah, Bang Pandi berkata “Musuh seorang pemanah adalah dirinya sendiri”. Serta Bang Pandi ini goalnya jelas, ga setengah-setengah. Beliau goal mengikuti olimpiade adalah mendapatkan medali, makanya beliau juga menegaskan di adegan ruang briefing “Tidak ada yang namanya hampir menang, yang ada menang atau kalah”. Tujuan dan goal yang jelas inilah juga sangat mempegaruhi semangat latihan serta mindset atlet.

Ya itulah review singkat ala saya, karena ini pertama kalinya menceritakan film di bioskop.hehe.. Ada beberapa adegan yang tidak saya ceritakan karena masih dalam masa tayang, takut dianggap spoiler. Buat pecinta alam, tempat-tempat di Sukabuminya mantab yang ditampilkan, kali aja jadi referensi.hehe...

Ohya tentang cast atau pemain, sebelumnya Yana di perankan oleh Dian Sastro, namun karena bentrok jadwal akhirnya diganti BCL. Sejujurnya saya lebih senang kalau lawan main Reza Rahadian adalah BCL, ga tau kenapa seperti "pas" . Walaupun Dian Sastro aktingnya tidak diragukan lagi. 

Terima kasih, filmnya telah memberikan saya sebuah ilmu sejarah yang awalnya saya tidak tahu. Saya baru tahu dari talkshow kemarin tentang 3 Srikandi legendaris itu dan tentang kiprah Merah Putih di Dunia dalam hal olahraga ^^

Yuk yang mau saling berpendapat tentang filmnya bisa diskusi dikomentar ^^ Semoga apa yang kita tonton memberikan pengaruh baik bagi diri kita ^^

Satu lagi, saya punya bacaan yang mungkin bisa menjelaskan apa yang terjadi saat olimpiade, tulisan seorang wartawan di Catatan dari seoul (2): Panahan Sukses Pandiangan dan tulisan apik  dari sutradaranya Tangis Donald Pilihan Kita.

Wassalamu’alaykum Wr.Wb

*Foto selain tiket XXI diambil dari wesite 3srikandi.com
***
Puri Fikriyyah-Wisma Wageningen, 9 Agustus 2016
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments

  1. Bener, recomended banget nih film, ada Bclnya huhuhu.. pengen nonton sih, tapi ya gitu, nunggu weekend dulu, hahaha.. maklum masih pelajar.

    ReplyDelete
  2. Jangan nunggu weekend Yogi, weekday aja malam lebih murah :D #tipshematmahasiswa

    ReplyDelete
  3. Film ini memang ok banget neh, pengen nonton lagi

    ReplyDelete
  4. Sama mbak Liswanti, saya juga pengen nonton lagi.hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^