Panahan dan Rejeki Tak Terelakkan

Bismillahirrahmaanirrahiim 
Alhamdulillah atas segala kesempatan yang Allah berikan dan segala kenikmatan yang telah Allah anugerahkan untuk hari kemarin, hari ini, dan semoga seterusnya selalu dalam limpahan rahmat-Nya. In syaa Allah pada kesempatan ini ingin sharing meneruskan postingan Panahan : Bukan Olahraga Pelampiasan

“Lahwun (yang bermanfaat) itu ada tiga: engkau menjinakkan kudamu, engkau menembak panahmu, engkau bermain-main dengan keluargamu” (HR. Ishaq bin Ibrahim Al Qurrab [wafat 429H] dalam Fadhail Ar Ramyi no.13 dari sahabat Abud Darda’, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ 5498 ) 

Hari ini alhamdulillah masih diijinkan Allah untuk latihan pagi bersama rekan-rekan Al-Hurr Archery Community dan Rimaya. Semakin kesini semakin bersyukur kepada Allah karena semakin bertambah silaturahim melalui olahraga panahan. Saya jadi ingat awal-awal main-main dengan olahraga ini, shooting dengan posisi ngawur dan anak panah yang kemana-mana.hehe...


Hanya sebagian dari keluarga Rimaya

Kemudian pada suatu waktu, saya kebingungan mencari tempat untuk belajar teknik panahan dengan benar. Atas ijin Allah, yang awalnya mengurungkan niat bergabung di club, akhirnya bergabung juga. Ketika itu Rimaya menjadi pilihan, karena melihat kekeluargaan yang begitu kental. Kemudian, perlahan di Rimaya diajarkan teknik yang benar. Awalnya pakai karet dulu, benerin badan. Kemudian setelah dirasa cukup mencoba menggunakan bow atau busur untuk tarik kering, lalu menembak dengan jarak pendek. 

Sejak saat itu baru menyadari kalau selama ini saat saya main-main, posisi tubuhnya salah, bisa mengakibatkan cidera walau tidak saya sadari, apalagi terkadang tanpa pemanasan dan pendinginan.


Latihan kedua bersama AAC

Melalui Rimaya saya juga mendapat rejeki ilmu dari Allah. Sekitar bulan September kemarin, saya mendapat tawaran dari coach Fery untuk mengikuti TFT Grade D INASP (Indonesia Archery School Program) di Depok. Awalnya penuh kebimbangan juga, antara ikut atau tidak karena bulan september hingga oktober hampir full dengan kegiatan dan takut tidak bisa maksimal meraup ilmunya. Atas  ijin Allah, akhirnya dimantabkan untuk ikut. Pelaksanaan TFT Grade D dipertengahan bulan Oktober kemarin, tanggal 15-16 Oktober 2016. 



TFT Grade D Angkatan 60 INASP

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah!” (HR. Abu Daud – 2153) 

Pada saat TFT inilah, saya mendapatkan keluarga baru lagi melalui olahraga panahan. Dari yang expert, mantan atlet hingga pemula seperti saya. Saya banyak belajar dari pemateri seperti coach Defrizal, coach Wicak, coach Tofik, dan pemateri lainnya, pun dari antar sesama peserta. Pesertanya juga macam-macam, ada yang memang sudah lama mengenal panahan hingga yang tergolong baru seperti saya (lagi.hehe). 

Sebenarnya dari dunia panahan saya tidak hanya mendapat ilmu tentang panahan, banyak malah. Dari yang memang Sunnah Nabi hingga kehidupan rumah tangga.hihi...Kok bisa? Ya, kalau Sunnah Nabi kan tentang panahannya, nah kalau kehidupan rumah tangga ini karena srikandi-srikandi TFT yang belum nikah hanya saya dan Mbak Desy. Mak Sisi, Bunda Ifa, Mama Iin, Bu Endang dan Teteh Tiyah sudah nikah semua.hehe.. Rejeki Allah juga, pulang TFT selalu nebeng Bu Endang, dan kami bercerita banyak, khususnya bagaimana membagi waktu antara keluarga, bisnis dan olahraga panahan. Saya sangat bersyukur sekali, sangat bersyukur, Allah memang sangat Maha Baik, baik banget...


Srikandi TFT Grade D Angkatan 60 INASP

Lalu bagaimana bisa bergabung dengan Al-Hurr Archery Community? Nah,  TFT mengantarkan saya bertemu dengan Ubay atau Abu, mahasiswa semester akhir departemen Matematika. Ubay merupakan salah satu peserta dari club Ummul Quro'. Disitulah saya menanyakan di IPB ada latihan atau tidak. Sejak saat itu akhirnya kami saling bercerita dan dia mengenalkan komunitas AAC. AAC sedang bangun kembali setelah sempat vakum karena beberapa alasan. Satu minggu pasca TFT, saya langsung bergabung dan menjadi peserta tercantik karena cewek sendiri.hehe... Namun setelah itu ada lagi perempuan yang ikut, hingga sekarang semakin banyak yang ikut panahan walau harus bergantian alat.


Latihan AAC 19 November 2016

 Umar bin Al-Khattab berkata,”Ajari anak-anakmu berenang, memanah dan naik kuda” 

Pada saat di AAC semua sepakat niatnya adalah mengikuti sunnah Nabi dan mengupayakan agar mengikuti adab-adab memanah yang telah diajarkan. Alhamdulillah yang awalnya bisa dihitung dengan jari sekarang sudah banyak yang bergabung mulai dari yang terdekat dan lama-lama ada yang tau, ingin mencoba dan berada pada level "sunah" atau susah nahan. hehe...

Ada banyak hal yang saya dapatkan dari memanah, bukan hanya fokus, tidak ragu-ragu mengambil keputusan, sabar dan hal positif lainnya, in syaa Allah sharing setelah ini ya. 

Saya bersyukur kepada Allah telah diperkenalkan dengan lingkaran yang tujuannya kepada Allah SWT, yang saling mengingatkan untuk tetap istiqomah dijalan-Nya, yang terus meluruskan untuk meniatkan dan men-tawakalkan atas segala ikhtiar kita kepada-Nya.

Saya bersyukur karena bersama mereka, saya bukan hanya belajar memanah, namun belajar juga meniatkan, mengikhtiarkan hingga mentawakalkan segala hasil hanya kepada-Nya, sang Pemilik alam semesta, pun yang mengarahkan anak panah kepada target setelah kita berusaha dengan sebaik-baik usaha. Maka dari itulah yang awalnya saya sering mencela anak panah yang terlontar, kini saya berusaha menghindari celaan itu dan terus membiasakan selalu bersyukur dengan hasil yang diperoleh. Tentu, selalu memperbaiki diri ketika hasilnya belum memuaskan adalah salah satu jalan ikhtiar yang semoga mendapat ridho-Nya :) 

***
Puri Fikriyyah, 20 November 2016
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments

  1. Mbak vita lama lama mirip dosen saya ya :)
    Calon dosen insya allah :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^