Bismillahirrahmaanirrahiim
Pernah diingatkan dan mengingatkan? In syaa Allah pernah semua ya... Lalu, mengapa kita mengingatkan dan kenapa kita terkadang mau diingatkan, terkadang kita kta juga pernah merasa tidak mau diingatkan?
Sebelum itu, saya ingin membagikan kisah saya kemarin ketika di angkot. Seperti biasanya, seminggu sekali saya ada jadwal menuntut ilmu di Cibinong. Saya lebih sering naik angkot daripada Gojek, sebab dengan angkot saya bisa beristirahat atau bahkan tidur disela kemacetan Kota Bogor. Kemarin masih seperti biasa, angkot 32 menunggu penuh penumpang agar dapat berangkat. Setelah sekitar 10 menit menunggu, alhamdulilah penumpang penuh dan berangkat. Angkot melaju dengan kecepatan sedang dengan pengemudia Bapak yang sudah sepuh memakai topi. Perawakannya tak begitu tinggi namun wajahnya meneduhkan. Ia kerap mengingatkan penumpangnya ketika akan turun "hati-hati ya, awas kepalanya", begitulah ia sering mengulang-mengulang.
Penumpang di angkot juga bervariasi, warga dengan dandanan biasa hingga dengan make up lengkap bak pejabat. Jika dilihat dari usia, penumpangnya juga bervariasi ada debay yang masih dalam kandungan, batita, anak-anak hingga yang sudah renta.
Ketika melintas di jalan baru, Bapak sopir berkata "Maaf pak, dibelakang ada anak-kecil, bisa dimatikan dulu pak rokoknya?". Kemudian lelaki paruh baya yang duduk didepan mengelak "tapi ini ga keluar asap pak". Bapak sopir menambahkan "ia pak tapi masih ada uapnya, kasihan anak kecilnya, nanti kalau tidak ada anak kecil ga papa pak, saya juga merokok kok". Ramah sekali tutur katanya, tidak menyinggung, apalagi Bapak sopir mengiringinya dengan senyum simpul. Lalu lelaki paruh baya itu meletakkan rokok modernnya dan melanjutkan perbincangan dengan Bapak sopir mengenai harga dan perkembangan rokok.
Indahnya..mengingatkan tanpa menyinggung. Saya salut dengan bapak sopir tersebut, apalagi beliau juga mengakui jika beliau juga merokok. Sungguh perhatiannya dia, pedulinya ia dengan orang disekitarnya agar tidak menjadi perokok pasif atau mengganggu sekitarnya. Disaat banyak diluar sana orang yang tak peduli, berbuat sekehendaknya, masih ada orang-orang yang peduli.
Lalu kembali kepertanyaan awal, mengapa kita mengingatkan, mengapa kita mau diingatkan? Semua bermula dari hati yang tulus, hati yang tergerak atas kuasa-Nya, untuk peduli, untuk berbuat baik, untuk tidak egois, untuk mau memperbaiki agar lebih baik. Begitupula saat diingatkan, ketika hati kita keras, tak pernah peduli, makan akan sulit diingatkan.
Semoga kita selalu dalam langkah dijalan-Nya dengan saling menyebar kebaikan melalui saling mengingatkan.Semoga Allah senantiasa melembutkan hati kita agar dapat menerima saran dari orang lain...Ya Allah jaga kami, lindungi kami dari perbuatan yang tidak bermanfaat....
***
Puri Fikriyyah, 21 Februari 2017
Vita Ayu Kusuma Dewi
Comments
Post a Comment
Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^