Sepatu Winter, Kenangan yang Tak Terbeli

Bismillahirrahmaanirrahiim
Pernahkah kalian mempunyai suatu barang, suatu hari ingin menjualnya tapi pada akhirnya tidak jadi dijual? Kalau iya, kenapa tidak jadi? Hari ini saya ingin sharing mengenai hal itu. Suatu hari, saya bersih-bersih kos dan memisahkan barang-barang berdasarkan sering atau tidaknya dipakai. Kemudian saya mendapati barang yang paling banyak variasinya ada di rak sepatu dan baju di almari. Pandangan saya tertuju pada rak sepatu, yang memang saya suka koleksi terutama heels. Beberapa heels memang hanya saya pakai saat lomba fashion show dan acara-acara tertentu. Lalu, ada satu barang yang saya anggap seperti useless  di Indonesia. Sepatu winter yang saya beli di Harajuku, Jepang. 

Waktu itu saya melihat iklan olx, dan tergoda untuk menjual sepatu winter tersebut via olx, at least saya jual sesuai harga asli baru boleh nego. Kemudian tanpa pikir panjang, saya mengambil beberapa foto dari berbagai sisi  sepatu winter tersebut dan langsung membuat iklan di olx. Setelah saya upload, baru ada sesuatu yang mengganjal. Rasanya seperti banyak pertimbangan, padahal iklan tersebut sudah tayang. Tak berapa lama ada yang sudah mengontak via whatsapp menanyakan sepatu tersebut. Hati saya bergejolak, kemudian melayang pada ingatan di Jepang, betapa sepatu winter itu telah menemani kemanapun saya pergi ketika winter di Jepang. Ya Allah...ini sepatu tak ternilai harganya, apalagi saat membelinya langsung jatuh cinta dipandangan pertama, di pusatnya fashion Jepang, Harajuku. 

Sepatu winter penuh kenangan...

Sepatu ini saya beli dengan merelakan mengurangi jatah makan selama di Jepang. Saat itu karena saya ingin sekali memiliki. Lalu, keluar dari toko saya langsung memakainya jalan-jalan ke Harajuku, Akihabara dan daerah lain. Sepatu ini juga membuat tampak elegan dengan padu padan apapun fashionnya. Kenangan-kenangan bersama sepatu itu tergiang-ngiang, hingga akhirnya karena yang menghubungi belum memberikan kepastian, saya bilang ke dia sepatu sudah terjual, ke diri saya sendiri. 

Oh... hampir saja saya menjual kenangan yang harganya tak ternilai, yang aslinya tak bisa ditukar dengan uang, yang dia tak terbeli oleh apapu. Kenangan yang akhirnya membuat saya sadar untuk menilai sesuatu bukan hanya dari uang, yang memberikan pelajaran kepada saya untuk tetap bertahan pada pilihan. Alhamdulillah, saya tidak jadi menyesal dan sepatu itu in syaa Allah akan menjadi perantara Allah lagi menyusuri winter di Jepang ataupun Negara lain yang Allah perkenankan. 

Nah, begitulah kisah saya dengan sepatu winteryang menurut saya sangat berharga. Bagaimana dengan kisah benda kenanganmu?
***
Wisma Wageningen, 12 Maret 2017
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments