Reuni dan Renungan di Journey Coffee Tebet

Bismillahirrahmaanirrahiim
Jum'at, 31 Maret 2016. Saya telah mengagendakan untuk menemui mbak Upil, dan beberapa alumni Ekspedisi Nusantara Jaya Jawa Timur 2015. Setelah dikonfirmasi di grup ENJ Jawa Timur, yang dapat hadir adalah mbak Muthia, mbak Yunita dan mbak Upil pastinya. Mbak Upil sedang ada agenda di Jakarta, makanya langsung ada agenda meet up. Atas saran mbak Muthia agar ketemu di tengah-tengah, kami sepakat berjumpa di Journey coffee Tebet. 

Saya berangkat dari Bogor usai kegiatan kampus dan mengestimasikan jam 17.00 WIB sudah sampai lokasi, namun kenyataannya saya sampai sana sekitar jam enam kurang seperempat karena kebablasan dan harus putar balik dari Kota Kasablanka. Beberapa menit sebelumnya, mbak Upil sudah sampai di lokasi. Dia berangkat dari Senayan. Muthia menunggu pulang kerja, begitupula mbak Nita. 

Alhamdulillah, sesampainya di Journey coffee saya langsung menyapa mbak Upil yang notabene baru bertemu setelah 2 tahun tak bertemu. Alhamdulillah masih diijinkan Allah bersilaturahim. Kemudian, kami berbincang sejenak dan kami sholat magrib terlebih dahulu. Mengenai Journey coffee, saya suka konsepnya, apalagi ayunan di depan baristanya. Lalu ada fasilitas untuk beribadah juga walaupun kecil. Menu utamanya kopi, tapi banyak juga menu makan berat maupun hanya camilan.
Pizza vs sosis vs kentang...

Setelah sholat magrib, kami melanjutkan obrolan, dan entah mengapa lama tak jumpa membuat kami banyak saling bercerita. Kami menceritakan tentang jatuh bangun menggapai sesuatu. Dimulai dari mbak Upil yang gagal saat tes di Net TV tahun lalu, padahal sebelumnya banyak hal yang direalisasikan Allah. Disitulah ada fase "jatuh" dan bermonolog dengan Allah. Melalui fase bangkit yang tak mudah membuat mbak Upil mengerti akan arti "yakin" atas segala kehendak Allah. Lalu, sayapun akhirnya terpancing menceritakan topik yang sama, saat ada masa-masa ketika saya protes "kenapa ini ya Allah" dan beberapa ungkapan lainnya, hingga saya mengerti "oh ini rencana indah-Mu ya Allah". Kami melanjutkan curhatan kami, hingga tak sadar diantara kami saling menahan air mata. Hingga saat ia sudah berada di pelupuk mata, kami memanggil mbak-mbak untuk meminta tisu. Alhamdulillah, ini pertemuan sekaligus rencana-Mu untuk kami saling mengambil pelajaran dan kembali yakin atas segala yang telah Engkau rencanakan. Pada akhirnya memang kita mengerti, bahwa apa yang Allah beri dan siapkan, adalah terindah, sekalipun pada awalnya hati terasa gundah. 
Kamera tipuan...Mbak Nita, mbak Muth, saya dan mbak Upil (dari mbak Nita)

Kamipun menyeka air mata dan kembali menunjukkan wajah bahagia setelah mbak Muthia datang, seolah tak terjadi pergolakan batin luar biasa sebelumnya.hehe...Kami berganti topik, dan mulai memesan satu persatu pelepas lapar dan dahafa. Coffee latte menjadi pilihan bersama pizza chicken black pepper. Filosofi kopi lagi, kopi saja pahit tapi bisa dinikmati. Begitupula hidup, jika terasa pahit pasti ada kenikmatan yang dapat dirasakan. 
Coffee latte...

Kemudian kami bernostalgia, dan menjadikan saya salah satu bahan nostalgia. Tentang pulau yang kami kunjungi dan drama-dramanya. Kami menguak satu persatu yang tak pernah kami ceritakan sebelumnya, seperti konflik internal namun terlihat baik-baik saja. Pada akhirnya memang baik-baik saja, hanya terjadi di pulau sejenak mewarnai kehidupan ENJ kami. Pukul 20.00 WIB mbak Nita baru akan sampai, dan beliau berjalan kaki dari stasiun Tebet. Jaraknya kurang lebih 700m.Ampun mbak Nita, ternyata mbak mengikuti arahan saya jalan kaki, padahal ada angkot mbak...hehe

Kami terlarut dalam obrolan hingga HP kami terkesampingkan. Quality time katanya. Mbak Nita juga mengeluarkan karya Tubotnya alias kreasi tutup botol. Buat kalian yang ingin belajar boleh hubungi mbak Nita, ada yang mau kontaknya? 
Hasil karya mbak Nita..tubot...

Berawal menceritakan kreasi tutup botol, lalu kami membahas tas yang berbahan dasar koran hasil kreativitas mbak Nita. Mbak Upil juga menceritakan karya-karya seni seperti lampu dari botol bekas dan lain-lain. Sayapun menyimak dengan baik dan berharap bisa menghasilkan kreativitas tersebut. Lalu, obrolan berputar, ganti saya menjadi topik. Tentang kuliah dan beasiswa. Kamipun berdiskusi hingga lupa jika waktu sudah melebihi pukul sebelas malam. Takut terlalu larut, kami memutuskan mengakhiri perjumpaan dan berharap bisa berjumpa lagi di kemudian hari. 

Malam itu, mbak Nita langsung pulang ke Bekasi sedangkan kami bertiga pulang ke rumah mbak Muthia. Alhamdulillah, pada meet up ENJ ini saya dapat menyerap beberapa hal dari mereka, saya dapat belajar mengembangkan kreativitas serta tentunya memperkuat keyakinan saya kepada Allah. Semoga dijaga Allah keistiqomahan diri ini. Alhamdulillah ya, jika suatu pertemuan yang kita lakukan itu bisa memberikan manfaat ke masing-masing pribadi. Bukan hanya berakhir dalam sebuah potret saja. Alhamdulillah, semoga kita dikumpulkan dengan orang-orang yang saling mengingatkan di jalan Allah SWT. Aamiin
***
Wisma Wageningen, 4 April 2017
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments