Wisata Kuliner, Suryakencana atau Taman Kencana?

Bismillahirrahmaanirrahiim
Apa kabar sahabat semua, masih ingatkah dengan kisah petualangan WRE Jakarta tepat saat hari Idul Adha? Iya, saya masih punya hutang melanjutkan cerita.hehe... Jadi, ba'da magrib kami memutuskan untuk wisata kuliner ke Suryakencana. Kenapa Suryakencana menjadi pilihan? Sebab mbak Eva mengawali tanya,hehe...sayapun meng-iya-kan, jadilah kami bertiga pergi kesana dengan angkot menuju Laladon disambung angkot 02/03. Aslinya pakai angkot 02 jadi tepat berhenti di jalan Suryakencana, tapi karena saat itu lama menunggu angkot 02 akhirnya kami naik 03, yang mana turunnya di gerbang Suryakencana atau depan BTM.

Awalnya di angkot kami baik-baik saja, dan sayapun bersama mbak Eva masih membahas pekerjaan selepas menikah nanti. Lalu celetuklah kalimat "jauh" dari mas Henu, dan saya merasa bersalah karena sepertinya mereka sudah lapar. Namun kami masih optimis akan mendapatkan wisata kuliner di Suryakencana. Menurut sumber mbah Google salah satu gang terkenal di Suryakencana adalah gang Aut. Kamipun kesana dengan berjalan kaki sejauh 1 km lebih dari pintu gerbang kawasan pecinan tersebut.
Pada langkah ke 200m, kamipun curiga kenapa tidak ada tanda-tanda ada jual makanan, padahal pada saat itu saya melihat mbak Eva sudah kelelahan, tapi kami masih tetap optimis pada gang Aut tersebut. Mulai ada hening tanda tanya saat mendekati gang Aut tapi tak ada tanda-tanda warung. Saya semakin takut kalau mbak Eva dan mas Henu kecewa karena tak sesuai ekspektasi. 

Tibalah kami akhirnya di gang Aut, dan benar ada ekspresi kecewa dan lapar tak sanggup dibendung. Tanpa pikir panjang kamipun mencari angkot 02 untuk kembali ke KFC Stasiun. Setelah melihat jam, ternyata sudah pukul 20.00 WIB, sebelum benar-benar meninggalkan Suryakencana saya menanyakan kepada warga sekitar, mana tempat kuliner. Lalu warga memberi tahu ada Laksa di gang Aut tapi sudah tutup. Saya yang salah, waktunya tidak pas, gumam saya dalam hati.

Saya benar-benar tidak enak dengan mbak Eva dan mas Henu, sebab mereka sudah lapar. Apalagi saat itu angkot 02 dari kawasan Suryakencana ke Stasiun harus berputar terlebih dahulu. Kalau saya sih tidak masalah, tapi saya memikirkan kawan-kawan saya. Saya meratapi mbak Eva dan mas Henu, berharap angkotnya segera sampai KFC depan stasiun Bogor. Seketika itu pula saya ingat Taman Kencana, karena mbak Eva menunjukkan WA dari temannya yang merekomendasikan kuliner. Temannya mbak Eva menyebut Kedai kita, Momo milk, dll, yang mana kalau saya tidak salah ingat lokasinya di Taman Kencana. Kalau Taman kencana mah memang tepat hits  untuk nongkrong.

Jadi buat sahabat semua yang mau kuliner di Bogor, perlu dipertimbangkan waktu kunjungan. Kalau misal siang hari atau pagi hari bisa ke Suryakencana tapi kalau malam hari saya sarankan di Taman Kencana saja. Kalau dari stasiun tinggal naik 03 bisa turun Taman Kencana, dan disekitar Taman Kencana itulah banyak outlet makan dan minum. Yang saya tahu, yang terkenal Kedai kita, makaroni panggang, apple pie, dan masih banyak lagi. 

Ohya, perjalanan di Suryakencana di malam hari yang nihil itu juga menjadikan persahabatan semakin terasa karena kita akan tau bagaimana reaksi orang terhadap apa yang kita alami, dan akan tau siapa yang akan menemani kita dikala susah. Lalu, perjalanan ke Suryakencana mengajarkan saya untuk tidak banyak berekspektasi, kalaupun tak sesuai realita tetap bersyukur, karena Allah sedang berbisik suatu pesan ke diri saya. Pasti, setiap kejadian ada hikmahnya. Saya merasakan dalam perjalanan dari Suryakencana hingga KFC stasiun, saya jadi mengetahui tempat-tempat baru seperti prasasti Batu tulis, karena angkotnya lewat situ. 

Begitulah sedikit hikmah dari perjalanan pamungkas bersama mbak Eva dan mas Henu, semoga bisa diambil hikmahnya ^^
***
Lab. THP FPIK IPB, 17 September 2017
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments

Post a Comment

Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^