WRE Jakarta: Petualangan IPB dan Puncak Batu Roti

Bismillahirrahmaanirrahiim
Apa kabar sahabat blog semuanya? ^^ Semoga senantiasa dalam lindungan Allah. Saya ingin berbagi kisah tepat Idul Adha kemarin (1/9/2017). Jadi, hari Jum'at kemarin saya dan rekan-rekan WRE Jakarta sepakat meet up  di Bogor. Pada akhirnya yang bisa di hari H adalah mas Henu dan mbak Eva. Kami sepakat bertemu di Bogor siang, karena mereka berdua berangkat dari Jakarta pukul 09.00 WIB. Saya sangat bersyukur Allah berikan kawan-kawan yang mau menyempatkan silaturahim walau waktu kita tidak sama. 


Ini adalah Idul Adha tahun kedua saya di Bogor. Alhamdulillah paginya masih diberikan kesempatan untuk mengikuti sholat Idul Adha di GWW IPB. Saya sedang berhalangan jadi hanya mendengarkan khutbahnya di samping barisan yang sholat. Setelah sholat Idul Adha, saya dan keluar kos Puri Fikriyyah memasak gulai dan ketupat. Alhamdulillah juga atas nikmat kebersamaan dari Allah :').


Sekitar pukul setengah 12 mbak Eva dan mas Henu sudah sampai di BNI dan alhamdulillah kamipun dipertemukan kembali setelah pertemuan terakhir ramadhan saat bukber WRE Jakarta. Lalu kamipun menuju Al Hurriyyah karena mas Henu harus sholat jum'at terlebih dahulu. Kamipun jalan kaki ke Al Hurr, dan mengisi perjalanan dengan sharing. Sesampainya di Al Hurr, saya dan mbak Eva menunggu di Aula. Kamipun menunggu dengan sharing tentang proyek yang tengah di jalankan. Seru punya rekan-rekan yang bekerja di pemerintahan dengan bidang berbeda, sayapun jadi bertambah informasi, walau saya pribadi belum bekerja :').

Usai sholat, ganti saya dan mbak Eva menuju lantai 3 Al Hurr untuk sholat. Setelah itu kami bertiga makan dahulu di Aula Al Hurriyyah sembari memandangi sapi dan kambing yang mau dijadikan qurban. Ada yang tenang, ada yang teriak-teriak mendekat ke temannya saat akan di sembelih. Terharu melihatnya :').

Setelah itu kamipun jalan ke depan kampus kembali, mau pinjam motor di ARM, depan kampus. Qadarullah, ternyata tutup. Lalu kamipun menuju Pangkot, buka namun motor habis. Tak berhenti di situ, kamipun mengikuti saran dari mas Agung  rental motor, kamipun melihat di Bara, ternyata habis juga. Ya Allah sepertinya tidak rejekinya mau main ke Pabangbon, Leuwiliang. Akhirnya kami berhenti sejenak meneguk minum di tengah panasnya Dramaga. Di sela itulah ada informasi kalau di Bara VI ada rental lagi. Kamipun semangat kesana dan motornya juga habis. Mungkin hari itu banyak yang pinjam untuk main ataupun penelitian. 

Awalnya kami memang merencanakan ke Wisata Pabangbon di Leuwiliang lalu melajutkan ke Gunung Kapur. Akhirnya kamipun merubah plan menjadi jalan-jalan di IPB dan melihat sunset di puncak Batu Roti. 

Jalan-jalan ke Gladiator IPB
Sayapun mengajak mereka ke Gladiator IPB. Iconnya IPB ya koin dan gedung Rektoratnya. Di sana kami awalnya tidak berfoto-foto tapi ngobrol sambil nyemil biskuit di kursi-kursi samping air mancur. Lalu, saya dan mbak Eva sharing tentang tugas istri di rumah tangga. Eaa...kami ini duo yang mengiyakan kalau suami tidak mengijinkan kami bekerja. Semoga niat kami berbakti di ridhoi Allah. Obrolan kamipun ditemani kucing yang nempel terus dengan kami. Merasa nyaman dia.hehe...Lalu kamipun menyempatkan mengabadikan kebersamaan kami di depan koin IPB yang hits. Sayang huruf "O" di tulisan belakangnya hilang. 

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, kamipun menuju gerbang depan kampus IPB dan sayapun mengenalkan gedung Rektorat dengan khas segi-6nya ke mbak Eva dan mas Henu. Kemudian kami menuju ke depan kampus untuk mencari angkot menuju pertigaan Cikampak, titik awal menuju puncak Batu Roti.

Mendakimanjat bukit Kapur Ciampea puncak Batu Roti
Kami naik angkot jurusan Jasinga/Leuwiliang dan alhamdulillah hari itu tidak macet. Sekitar 15 menit di angkot dan kami sampai di Indomaret pertigaan Cikampak. Ini adalah kali kesekian ke puncak Batu Roti dan sama sekali setiap kunjungannya tak ada yang sama. Selalu ada rasa yang berbeda karena datang dengan orang yang berbeda-beda. Kamipun membeli air mineral di Indomaret dan sholat di mushola warga sebelum sampai di basecamp puncak Batu Roti.

Bagi yang berkunjung jangan lupa bawa mukena ya, karena mukena di mushola ini tidak ada, mungkin pas kedatangan kami sedang di cuci. Kalau mau sholat di basecamp ada mukena tapi airnya harus bawa sendiri. So, pintar-pintar mengatur saja ya yang terbaik bagaimana.hehe...Setelah sholat kamipun bergegas menuju basecamp dan melapor. Setelah urusan administrasi, kamipun langsung mendaki, memanjat lebih tepatnya.hehe.. Seperti yang pernah saya ulas di cerita sebelumnya, jalur treknya ada 2 landai dan terjal. Durasi waktunya lebih singkat yang terjal, dan kamipun memilih berangkat melalui jalur terjal, pulang jalur landai. Alhamdulillah, mbak Eva dan mas Henu menyetujui jalur terjal. Kamipun memanjat jalur tersebut dan sekitar 10 menit kemudian kami sudah di atas.hehe.. Cocok buat pemula atau yang mau latihan naik gunung.
Kamipun memandangi arah gunung Salak dari area camp puncak batu roti. Sambil sejenak menghela napas dan ngobrol lagi. Setelah itu, kamipun naik ke puncak Batu Roti. Di persimpangan ending jalur landai dan menuju puncak kami bertemu rombongan yang startnya sama dengan kami, tapi mereka lewat jalur landai. Lumayan perbedaan waktunya ada 5 menit lebih, memang jalur landai ini sedikit lebih lama karena memutar di sisi bukit. 

Sesampainya di atas kamipun menikmati sore. Walau gunung Salak tertutup kabut, pemandangan masih menenteramkan, apalagi ditemani matahari yang siap terlelap. Bersama mereka berdua sayapun merasa berbeda lagi di lokasi ini, merasakan kembali kehangatan sahabat yang bisa meluangkan waktunya untuk bersilaturahim. Mereka juga mengajarkan jadi sahabat yang suka duka, karena waktu tadi mau pinjam motor, saya ingin ke rental motor sendiri dan mereka menunggu di BNI karena saya takut sudah jalan jauh rentalnya tutup. Tapi mereka enjoy dengan proses itu walaupun tak ada motor yang bisa di rental dan tak bisa ke tempat rencana semua tetap saja menikmati. Benar-benar berpetualang bukan hanya sekedar sampai ke tujuan. 

Kamipun menikmati bersama proses sunset dan sebelum adzan magrib kami memutuskan untuk turun. Kamipun turun di jalur landai dan sampai bawah masih belum adzan magrib. Di tengah perjalanan seperti biasanya, tercipta obrolan dengan pengunjung lainnya. Alhamdulillah, tambah silaturahim lagi walau berawal dari bercanda.

Alhamdulillah silaturahim sore itu kita lanjutkan di masjid dekat pertigaan Cikampak. Kami sholat magrib di sana dan muncullah kata "Suryakencana". Kamipun naik angkot menuju kota dan mencari lokasi kata tersebut. Ceritanya seru dan bahkan banyak hikmah hanya karena satu kata tersebut.hehe..Penasaran sama kisah kami yang lebih penuh warna? Tunggu ya postingan setelah ini.hehe...


Cerita perjalanan lanjutan ada di sini....
***
Puri Fikriyyah, 5 September 2017
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments