Ketika Allah Masih Sayang

Bismillahirrahmaanirrahiim
Sejak tadi malam, hati saya bersyukur karena Allah masing sayang. Bukan hanya dengan saya, namun juga kepada orang terdekat saya. Allah menunjukkan kasih sayangnya melalui sebuah pengingat dan mungkin sekaligus peringatan. Seperti hanya sesama manusia yang saling menyayangi, indikator utamanya adalah saling menjaga agar saudaranya tak terjerumus dalam dosa agar kelak bisa berjumpa di Surga :') Namun, kita juga merasakan sendiri betapa setan tak mau lepas untuk menggoda agar mengikuti arahannya :'( Dibalik itu semua, hati selalu tau tempat berpulang, dan hati menyadari jika ia mulai berubah tanpa disadari. Fitrahnya hati masyaa Allah, sangat peka sekali. 


Akhirnya, hati saya terasa sedikit lega hari ini, karena pengingat Allah tersebut. Memang, sulit dirasa, memang berat, tapi untuk sebuah kebaikan, kadang memang hati harus dipaksa untuk taat. Satu minggu terakhir hal yang selalu saya pikirkan adalah betapa besar dosa selama ini sampai untuk fokus saja saya butuh berhari-hari, sampai ibadah tak lagi menghasilkan ketenangan meski beserta sunnahnya. Astaghfirullah...tertimbun dosa apa saya ini. Sejak ibadah tak lagi terasa efeknya, disitulah saya merasa tertutupi dosa sehingga belum bisa merasakan kembali interaksi dengan-Nya. Sungguh hari-hari yang menyiksa karena terasa sangat jauh dari-Nya :'( 

Saya masih bersyukur Allah masih sayang, Allah masih ngingetin, kebayang kalau gak diingetin, mau sampai kapan, takut. Takut kalau tetiba ajal datang meminang, lalu dipanggil dalam keadaan seperti itu, na'udzubillahi min zalik :'( Semoga Allah panggil kita dalam keadaan khusnul khatimah ya sahabat semua T.T

Meski sekarang saya dalam proses "penyembuhan" kefuturan dan ketidak fokusan ini, saya mengusahakan atau tepatnya memaksa saya untuk terus melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk Allah, menata kembali niat yang mungkin sebelumnya tercampur nafsu :'( Sungguh, saya teringat sebuah cerita. Seorang anak kecil yang membawa keranjang anyam kotor dan diminta bapaknya untuk mengambil air di sungai yang jaraknya jauh. Logika saja, keranjang anyam pasti bocor. Benar saja, beberapa kali kembali tanpa hasil. Lalu ia mengadu keluh kesah ke bapaknya, menganggap apa yang diperintahkan tak ada gunanya. Bapaknya lalu menasehati, meminta anak tersebut melihat apa ada perubahan di keranjangnya. Hal yang tak disadari anak tersebut adalah keranjangnya menjadi bersih walau airnya tak didapat. Suatu hikmah seperti ketika kita membaca ayat Allah, membaca Al Qur'an, meski belum paham maknanya, jika diulang terus menerus, minimal akan membersihkan hati. 

Saya juga teringat sebuah doa yang selalu terlantun, "alhamdulillah ya Allah atas nikmat iman, islam.....", sungguh memang ketika Allah cabut satu saja, nikmat ibadah, hampa, sesak dipikiran dan gak ada obatnya. Saat Allah menunjukkan kasih sayangnya inilah kadang, jiwa-jiwa ini baru sadar, betapa nikmat bersama-Nya. Saya memang masih sangat banyak dosa T.T tapi semoga Allah masih berkenan mengingatkan, masih berkenan untuk nyentil kalau saya menduakan, masih mau memaafkan meski teteup waeh gak berenti buat kesalahan T.T

Ya Allah, terima kasih atas pengingatmu ya Allah, sungguh, semoga tak terulang kami menduakanmu :'( Engkau Maha Pengampun, semoga mengampuni kesalahan kami yang kami tak sadari selama ini...
***
Sudut Kampus, 8 Juli 2019
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments