Annisa Day : Dan Cinta...

Bismillahirrahmaanirrahiim

[lanjutan cerita Annisa-day: Karena Aku Wanita] 
Amilya sudah menjemput. Kita bergegas menjalankan skenario. Sesampainya di Watu Gong 40. Lintang ternyata sudah memberi prolog perannya. Suasana menegang dan  diluar dugaan, Ketua Himpunanku menghubungiku untuk segera datang rapat. Alhasil baru menjalankan setengah permainan aku absen untuk rapat terlebih dahulu.

Aku meninggalkan tempat itu dan segera ke Gedung Baru Teknik. Rapat ternyata belum dimulai. Akhirnya jam menunjuk pada angka tujuh, rapat dimulai. Ada tugas baru untuk divisi yang diamanahkan kepadaku.

Rapat usai belum akhir, ternyata ada rapat lanjutan namun entah mengapa aku ingin kembali meneruskan peranku. Akhirnya aku  ijin untuk tidak ikut rapat namun akan segera menyusul setelah agendaku selesai.

Ternyata adegan sudah selesai, tinggal sesi foto-foto saja. Tak luput akupun ikut berjejer dalam baris pengambilan gambar. Satu take usai, dan butiran krem rasa manis mendarat dimukaku. Sungguh, ternyata ini modus. Akupun bermandikan butter cream  lezat yang sesekali kurasakan. Hal itu berulang sampai semua merasa lelah bercanda. Aku dengan usilnya tak sengaja membaca pesan sahabatku.


Kami sudah terbiasa melakukannya, menjadikan telepon seluler menjadi hak umum untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Dan…. Ternyata ada sesuatu yang membuatku sontak kaget serta beberapa teman lain pun seperti itu. Ya, sahabatku belum bercerita kepada kami.

Ditempat kami langsung eksekusi sesuai prinsip persahabatan yang telah kita sepakati. Detik bergulir menyelesaikan permasalahan tersebut. Akhinya ada titik temu. Akupun lupa kalau aku harus kembali ke Kampus. Namun disinilah aku tersadar untuk mengesampingkan egoku, dimana keselamatan seorang sahabat lebih berharga dari sebuah agenda rapat, pada posisi saat ini.

Banyak sekali yang kudapatkan malam ini. Ya, nalurinya sebagai wanita mengalahkan segalanya. Bahkan cinta terasa ringan tidak sesuai lagi dengan kadarnya. Aku dan beberapa teman yang pernah mengalami janji-janji tak pasti itupun tak ingin sahabat kami mengalami hal yang sama. Akhirnya sahabat kami pun mengiyakan, dan sebenarnya memang dia sudah tahu bagaimana hukum syariatnya hanya saja nafsu lebih mendominasi.

Aku semakin belajar tentang makna cinta. Cinta yang bukan hanya sekedar membuat mata hati ini dibutakan nafsu, cinta yang tidka membuat dungu terhadap ajakan kebaikan dan cinta yang selalu lurus dijalan-Nya dari hulu hingga hilir. Akupun semakin memahami mengapa Allah mengatur sedemikian rupa hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Selain menjaga satu sama lain juga tetap menempatkan wanita sesuai derajat kemuliaannya. Sungguh, malam ini malam perenungan kembali tentang mengungkapkan cinta kepada lawan jenis.

Seperti yang kurasakan sekarang, aku merasa kagum dengan seorang laki-laki yang sebenarnya sudah lama ku kenal dan kita pernah bekerjasama. Namun aku baru sadar jika perubahannya menjadi lebih baik bahkan jauh lebih baik membuat fitrah itu hadir. Untuk kali ini, aku tidak akan menodainya. Aku diam dan bungkam untuk memantabkannya terlebih dahulu. Aku yakin, tujuan yang baik dengan dilalui dalam proses sesuai syariatnya pasti tidak akan berujung sakit karena ikhlas mengekor dibelakangnya.

Karena waktu sudah menunjukkan angka sepuluh, akupun bergegas pulang. Sesampainya di Kos, aku mengevaluasi diriku kembali. Sudah benarkah caraku selama ini? Masih adakan nafsu yang mendominasi? Ataukah aku lebih banyak melontarkan pembenaran. Hanya hati ini dan Allah yang mengetahui rahasia dibalik fitrah yang Allah berikan.

***
*Basic on true story, diambil dari buku diary 11 October 2013
GBT, 8 Januari 2015
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments