Bismillahiirahmaanirrahiim
Menulis di media massa juga dapat memunculkan rasa kepuasan diri dari tantangan bisa gak sih kita melebihi batas diri, melawan ketakutan selama ini dan ketidak-PD-an dengan tulisan diri sendiri. Jujur sebelum ini saya banyak bertanya kira-kira bisa tidak ya lolos, perkara penghasilan mah bonus, saat ini targetnya otak muter, nulis bisa lolos redaksi, banyak yang baca dan bermanfaat, cukup itu dulu rasanya.
Alhamdulillah, setidaknya melalui sharing singkat ini saya ingin berbagi ke kawan-kawan, mungkin bisa sesekali mencoba rasanya menulis di media massa, ya walaupun untuk menulis di blog masih tetap terlaksana seperti biasanya. Sayapun masih belajar meningkatkan kualitas tulisan, saya yakini kalau belajar itu seumur hidup, sampai akhir hayat juga harus belajar. Saat ini, saat semangat sudah kembali ada, yang terpenting adalah menjaganya agar tak berhenti lagi setelah ini. Iya, mempertahankan lebih sulit daripada memulai.
Pada kesempatan ini saya juga berterima kasih buat pemantik semangat menulis akhir-akhir ini, kak Rivandi, lewat tulisan-tulisannya yang berhasil terbit dan inspiratif (da aku mah masih ala-ala nulisnya), dan Randi, yang kadang di sekret jadi narasumber diskusi mengenai pengetahuan media massa dan pengalaman dia menulis disana. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan balasan terbaik ya :')
Terakhir, semoga kita istiqomah ya sahabat blogger semua ^^
Alhamdulillah, jujur saya bersyukur sampai detik ini Allah berikan kesempatan untuk tetap menulis. Sungguh, nikmat menulis ini harus sangat saya syukuri karena beberapa waktu kemarin saya merasakan stuck yang parah baik di akademik dan non akademik, jadinya sama sekali tidak produktif.
Beberapa hari terakhir, disela kejenuhan penelitian saya, saya mencoba menulis di Terminal Mojok dan IDN Times. Salah satu alasannya agar otak ini tetap berputar, minimal dipakai berpikir agar tidak terhenti begitu saja. Saat keinginan saya menulis tumbuh kembali, khususnya saat melihat tulisan-tulisan kak Rivandi, sahabat yang pernah saya ceritakan disini, banyak yang terbit di IDN Times. Bagi saya hebat, jika seseorang menulis lalu dimasukkan ke media "terkenal", karena melalui proses moderasi redaksi sebelum terbit, jadi tidak sembarangan apalagi asal-asalan.
Setelah keinginan itu tumbuh, saya menanyakan ke Randi, kawan ekspedisi sekaligus adik tingkat yang sering menulis di media massa. Saya tanyakan mana yang kiranya worth it (siapa tau dapat menghasilkan pendapatan), dan bisa untuk pemula seperti saya. Sayapun terlibat diskusi dengan Randi dan berakhir pada saran, mencoba di Mojok.co. Tahun lalu, saya sudah mencoba untuk menulis 2 artikel di IDN Times, namun tidak ada yang terbit, lebih tepatnya pending sampai saat ini. Ada efek "malas dan takut" sebenarnya. Haha...
Akhirnya, bulan ramadhan kemarin, tetiba saya punya pikiran menulis mengenai pandangan wanita yang lebih tinggi pendidikannya daripada pria. Setelah jadi, saya submit ke Terminal Mojok, dan keputusannya tidak terbit. Hehe... Tak apa, coba lagi. Akhirnya besoknya, saya menulis lagi mengenai keraguan lamaran, entah pengen nulis aja dari hasil menghimpun curhatan kawan. Alhamdulillah, dimoderasi 1 hari, besoknya tulisan ini terbit. Semangatlah saya. Saya revisi tulisan pertama dan alhamdulillah terbit. Menulis ini masih menjadi prioritas, jadi belum sesering biasanya. Setelah lebaranpun saya mencoba menulis naskah lagi mengenai "Menangis di Nikahan Mantan", alhamdulillah sebuah naskah mengandung pesan buat yang pernah jadi "mantan" ini akhirnya tersampaikan di khalayak.
Satu hal yang saya sadari, ternyata melalui media yang sudah punya nama dan reputasi di masyarakat, tulisan kita menjadi lebih bermanfaat, tepatnya karena banyak yang membaca dan tersebar sangat luas serta cepat. Apalagi bagi saya, yang blog pribadinya masih belum ramai ini, jadi menulis di media massa ini bisa melebarkan sayap berbagi kebaikan dan kebermanfaatan (semoga). Salah satu pencapaian awal yang membuat saya bersyukur adalah ada artikel saya yang masuk ke featured dan trending mingguan di Terminal Mojok. Itu saja sudah membuat saya semangat dan bahagia.
Menulis di media massa juga dapat memunculkan rasa kepuasan diri dari tantangan bisa gak sih kita melebihi batas diri, melawan ketakutan selama ini dan ketidak-PD-an dengan tulisan diri sendiri. Jujur sebelum ini saya banyak bertanya kira-kira bisa tidak ya lolos, perkara penghasilan mah bonus, saat ini targetnya otak muter, nulis bisa lolos redaksi, banyak yang baca dan bermanfaat, cukup itu dulu rasanya.
Alhamdulillah, setidaknya melalui sharing singkat ini saya ingin berbagi ke kawan-kawan, mungkin bisa sesekali mencoba rasanya menulis di media massa, ya walaupun untuk menulis di blog masih tetap terlaksana seperti biasanya. Sayapun masih belajar meningkatkan kualitas tulisan, saya yakini kalau belajar itu seumur hidup, sampai akhir hayat juga harus belajar. Saat ini, saat semangat sudah kembali ada, yang terpenting adalah menjaganya agar tak berhenti lagi setelah ini. Iya, mempertahankan lebih sulit daripada memulai.
Pada kesempatan ini saya juga berterima kasih buat pemantik semangat menulis akhir-akhir ini, kak Rivandi, lewat tulisan-tulisannya yang berhasil terbit dan inspiratif (da aku mah masih ala-ala nulisnya), dan Randi, yang kadang di sekret jadi narasumber diskusi mengenai pengetahuan media massa dan pengalaman dia menulis disana. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan balasan terbaik ya :')
Terakhir, semoga kita istiqomah ya sahabat blogger semua ^^
***
Puri Fikriyyah, 9 Juli 2019
Vita Ayu Kusuma Dewi
Comments
Post a Comment
Komentar dimoderasi, yuk sambung silaturahim, saya akan langsung berkunjung balik ke sahabat semua ^^