Cerita Sahabat, Lalui Kegagalan 25 Beasiswa hingga Lulus dari Belanda

Bismillahirrahmaanirrahiim
Baiklah, saya akan menuliskan sebuah kisah dari sahabat saya yang jatuhnya berkali-kali, semangat bangkitnya tak pernah henti. Siapa dia? Kalau pernah baca tulisan saya yang Persahabatan Indonesia-Belanda-Korea pasti tau. Hehe.. Rivandi namanya, biasanya saya panggil kak Vandi. Qadarullah beberapa waktu lalu sempat wawancara singkat saat kami dipertemukan bertiga dengan kak Fauzi juga. Pertemuan kedua kami sejak 6 tahun tidak bertemu. Semoga kisah ini ada manfaatnya ya. Lagi-lagi saya ijin pakai format listicle agar mudah dipahami poin yang ingin saya sampaikan. 
*
sumber foto: instagram.com/rivandiprananditaputra
Kuliah ke luar negeri merupakan impian banyak orang, apalagi bisa memperoleh beasiswa idaman. Namun, perjalanan mendapatkannya bisa jadi ada yang dimudahkan dan sisi lain ada yang harus melalui beratnya perjuangan. Kisah Rivandi ini bisa menjadi inspirasi untuk kamu yang mungkin tengah menyerah memperjuangkan impian mendapatkan beasiswa kuliah di universitas impian di luar negeri. Tak tanggung-tanggung, untuk impian studi masternya saja, pemuda kelahiran Lampung ini menghabiskan jatah gagalnya , 25 kali hingga akhirnya mendapatkan beasiswa penuh untuk studi di salah satu universitas terbaik di dunia, tepatnya di Negara Belanda. Simak cerita inspiratifnya ya. 

1. Sudah aktif di kegiatan internasional sejak kuliah sarjana
Alumnus program studi Agronomi, Universitas Gadjah Mada ini telah aktif mengikuti kegiatan Internasional sejak mengeyam pendidikan di tingkat sarjana.  Selain mewakili kampusnya dalam konferensi di beberapa negara benua Asia, Rivandi juga pernah mendapatkan kesempatan student exchange selama 6 bulan di University of Goettingen, Jerman dengan beasiswa bergengsi Erasmus Mundus (Lotus Project). Selain kegiatan internasional, Ia juga aktif mengikuti lomba salah satunya pernah memenangkan kompetisi bussiness plan yang diadakan kampusnya. Keaktifan pada kegiatan nasional maupun internasional ini dapat meningkatkan kemampuan bahasa asing, proses berpikir serta pengalamannya, yang sangat berguna sebagai bekal untuk mendaftarkan beasiswa pada tingkat selanjutnya. Ketertarikannya di dunia akademik membuat semangatnya untuk mengeyam pendidikan lanjut terus menggelora.

2. Tekad yang kuat dan tak putus asa adalah jiwanya, kegagalan 25 beasiswapun Ia lewati tanpa putus asa
Setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015, ia mulai mencoba mendaftar beasiswa yang diinginkannya guna mewujudkan mimpinya untuk kuliah di Luar Negeri. "Pengen merasakan sistem pendidikan sana secara utuh, tapi yang terpenting ya pengen merasakan budaya sana, memperluas networking, dan melatih mental karena tinggal jauh dari rumah" tuturnya saat ditanyai mengapa memilih Luar Negeri sebagai destinasi pendidikannya. Beasiswa yang sempat ia perjuangkan diantaranya MEXT, Ajinomoto UTokyo, Fullbright, Australian Awards Scholarship (AAS), Beasiswa Unggulan (BU) Kemendikbud RI, Jiangsu Government Scholarships (China), Shanghai Government Scholarships (China), Ghent University Scholarships (Belgia), The University of Nottingham’s Scholarships (UK), Erasmus program Experts, Erasmus program Alfabet, dan beasiswa lainnya. Bukan hanya sekadar mendaftar, hingga tahap wawancarapun pernah ia lalui namun belum menjadi rejeki. Saat ditemui, Rivandi mengaku salah satu hambatannya adalah pengalaman kerja yang belum ada. Namun semangatnya tak redup begitu saja, ia masih memperjuangkan beasiswanya. Saat ditanya mana beasiswa yang paling sulit, ia mengatakan nekat saja dulu tentunya dengan pertimbangan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. 

3. Terus perbaiki kualitas diri, akhirnya 2 universitas terbaik di Eropa menunggu dipilihnya
Bukan hanya dibimbangkan beasiswa yang mau menerimanya, pemuda Gunung Kidul Yogyakarta ini sempat dibimbangkan memilih universitas tujuannya. Balada memilih antara University of Nottingham, Inggris atau Wageningen University, Belanda pernah dilaluinya. Dengan segala pertimbangan, akhirnya pilihannya jatuh ke Negeri kincir angin nan menawan. Disela kegalauannya ia terus memperbaiki kualitas dirinya untuk mendapatkan beasiswa. "Pertama, niat buat dapetin beasiswa dan rencana karir ke depan mau ngapain dan kenapa mereka harus kasih beasiswa. Selanjutnya ya aspek lain seperti penulisan CV (grammar, konten dll) juga belajar kemampuan bahasa inggris" ujarnya saat ditanya mengenai aspek apa saja yang ia perbaiki selama perjalanan mendapatkan beasiswa. Penuh perjuangan ya. Lalu bagaimana dengan kegagalan beasiswanya, apakah ada yang menerimanya? 

4. Penantiannya berakhir, LPDP adalah jawaban untuk melanjutkan mimpinya di Belanda 
Pada tanggal 9 September 2016, Allah menjawab doa dan usahanya yaitu diterima beasiswa LPDP. Tak jauh-jauh ya, ternyata beasiswa penuh dari Negara tercinta yang menjadi perantara mewujudkan mimpinya. Februari 2017, ia bertolak ke Belanda dan berhasil lulus dari program studi Ilmu Lingkungan Wageningen university pada bulan Januari 2019. Dari perjalanannya Ia mendapat hikmah besar dalam hidupnya. Belajar sabar dan gak pantang menyerah, terus instropeksi diri kekurangan dan belajar memperbaikinya adalah salah satunya. 

5. Pesan Rivandi untuk kamu, sang scholarship hunter yang tak pernah menyerah
Pemuda yang kini mengabdi sebagai peneliti ini memiliki pesan untuk para pejuang beasiswa. Berikut adalah tips-tipsnya. 
  • Perjuangkan bahasa inggris (IELTS/TOEFL) 
  • Mulai minta surat rekomendasi dari dosen sedini mungkin
  • Buat motivation letter yang rasional dan singkat
  • Manfaatkan media sosial untuk menggali informasi dari orang-orang yang sudah berhasil 
  • Jangan pesimis dan terus perbaiki niat 
  • Jangan ditunda, lakuin aja yang nyata.

Di luar aspek teknis yang telah Ia perjuangkan, ada dua kunci besar lainnya, yaitu ridho orang tua serta memperbaiki kedekatan dengan Sang Pencipta. Nah begitulah inspirasinya, semoga kamu bisa mengikuti jejak keberhasilannya ya. Ohya, dia sering membagikan tulisan inspiratifnya di laman ini dan blog pribadinya ini, silakan dikunjungi semoga bermanfaat. 
***
Ditulis Agustus 2019
Vita Ayu Kusuma Dewi

Comments